2. Kenal

1 1 0
                                    

Tak bersrlang lama, datanglah, 3 orang siswa ke meja, Lina DKK, ekspresi Ghina berubah, tak kala melihat salah satu dari ke 3 siswa itu.

"Gabung, boleh gak?" ucap salah satu pemuda tadi.

"Emang gak ada tempat lain gitu, selain disini. Perasaan banyak deh tempat yang kosong," ucap silvi, dengan nada sinis, dan siap untuk menerkam, mereka bertiga.

"Palingan si Aldi mau modusi lo Sil" celetus Ghina, yang puta-pura bodo amat sama 3 makhluk yang baru dateng itu.

"ENAK AJA LO YA GHIN KALAU NGOMONG" ucap silvia dengan nada tinggi.

"Woy, gak usah teriak-teriak juga kali, malu-maluin aja" ucap salah satu dari mereka lagi.

"Apa lo?!" Sarkas Silvia dengan sinis.

"Eh,,, buset, biasa aja kali, gak usah ngegas" ucap salah satu dari mereka yang bernama Aldi.

"Bodo amat, serah gue lah" ucap silvia ketus.

Disaat yang lain berdebat, Lina, dia malah tidak nyaman berada di situ. Buakan apa-apa, dia terus saja dipandangi oleh satu pemuda yang baru datang tadi. Tanpa bisa berbuat apa, dia hanya bisa pasrah, dan berharap ada sang penolong melinduninya.

Sedangkan si pemuda tersebut, entah mengapa, ada perasaan aneh yang muncul dalam dirinya, di saat memandangi gadia yang ada didepannya ini. Tanpa dia sadari, bibirnya tersungging membentuk senyum yang menawan, dikala melihat, ekspresi wajah gadis didepannya. Entahlah, menurutnya, ekspresi gadis itu sangatlah menggemaskan, dan dia harus kuat menahan dirinya, supaya tidak mencubit pipi gadis itu.

"Woy, ngelamun aja lo" ucap salah satu temannya, dengan menepuk pundak sahabatnya itu.

"Hm" dia hanya berdehen menetralkan rasa gugupnya itu.

Dia melihat lagi, pada gadis yang ada di depannya itu, sunggu manis. Itu yang dapat dia depinisikan dari pandangan pertama pada gadis tersebut.

"Gue, Lean" Cowok yang bernama Lean itu, mengulurkan tangannya. Dan dusambut dengan uluran tangan Lina.

"Gue, Lina" sapa Lina kembali. Lina melepas jabatan tangan dari Liam, namun sepertinya Liam malam salah fokus, akibat senyum yang tak sengaja Lina berikan.

"Emm...maaf apa boleh dilepas tangannya?" Tanya Lina, dengan agak sedikit canggung.

"O-oh, iya" Ucap Liam dengan gugup.

"Gue Arya" Ucap cowok yang tadi sempat berdebat dengan Silvia.

"Kagak nanya" sahut Silvia.

"Bukan ke elo ye" ucapnya sambil menjulurkan lidah.

Lina terkekeh kecil, dikala melihat, perdebatan dua sejoli itu.

Lean, tak henti-hentinya mengagumi senyum manis Lina. Dan sepetinya mulai sekarang, dia akan candu, dengan senyum manis Lina.

"Aldi" singkat padad nan jelas, begitulah Aldi, tapi jangan salah, jika kalian sudah mengenalnya lebih dekat, dia itu orangnya humoris.

Mereka ngobrol berbincang-bincang satu sama lain, dan disini lah kesempatan bagi Liam, untuk mengetahui tentang gadis yang memiliki senyum manis itu. Ya siapa lagi, kalau bukan Lina.

Tak berselang lama, bel masukpun berbunyi, menandakan waktu istirahat telah selesai. Lean, Arya, dan aldi, mereka berjalan menuju, ke kelas mereka, Kelas IPA III, dan Lina, Silvia, dan Ghina, mereka berjalan menuju kelas mereka.

***

Bel menandakan pulang sekolah, telah berbunyi, dan itu tandanya, mereka para siswa sisiwi pulang ke rumahnya.

"Lin, lo pulang sama siapa?" tanya Silvia.

"Mungkin dijemput sama, Nyokap gue kali, tadi kan gue dianter sama dia" jawab Lina dengan fokus pada ponsel pintar, yang digenggamnya.

"Ya udah, kita pulang duluan ya Lin" ucap Ghina.

"Oke, sip" ucap Lina yang masih tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari ponselnya.

Setelah kepergian ke 2 sahabatnya itu, Lina terus berusaha, menghubungi Ibunya. Namun, sudah berkali-kali, panggilan darinya, tidak ada yang terjawab, bahkan pesan dia pun hanya bercebtang satu.

"Ya ampun Ma, Mama dimana, kok belum jemput Lina sih" grutu Lina, yang mulai gelisah, karna sekolahnya, mulai sepi, dan langit pun sepertinya, akan menuringkan tangisnya. Ta berselang lama, motor besar berwarna hitam berhenti didepannya. Lina merasa takut, dia takut kalau itu pemjahat, dan dugaan dia salah, itu bukan penjahat, melainkan pangeran tampan, yang berkenalan, dengannya tadi, saat istirahat.

"Eh, elo Lean" ucap Lina cengengesan, karna merasa malu.

"Lo ngapain masih disini, kenapa belum pulang?" Tanya Lean penasaran.

"Gue lagi nunggu nyokap jemput, tapi gak tau kenapa, udah gue hubungi berkali-kali, tapi gak diangkat-angkat" ucap Lina yang tak sadar dia cemberut, karna merasa kesal. Lean yang merasa gemas sendiri, dia tidak bisa menahan tangannya lagi, untuk mengacak surai hitam milik Lina.

Lina yang diperlakukan seperti itu, tersentak kaget, dan memating, ada getaran aneh dalam dadanya, dikala Lean memperlaukannya seperti itu. Lean yang sadar dengan perbuatanya itu, dia langsung menarik tangannya, sambil cengengesan, dan menggaruk tengkuknya.

"Eh, sorry Lin, kagak sengaja, abis gemes sih" ucap Lean balak-balakn. Sedangkan Lina yang mendengar kata itu, jantungnya seakan-akan mau copot, dia beresaha menyembunyikan rasa malu dan gugupnya itu, dengan melihat kearah lain.

"Emm,,, Lin, pulang bareng gue aja yuk, takut keburu hujan kalau lo nunggu Nyokap lo kemput" ucap Lean, beusaha menghilangkan kecanggungan diantara mereka.

"Emang gak papa, kita gak searah kayanya" ucap Lina yang mulai tenang, tepatnya berusaha terliat tenang sih.

"Gak papa, gue anter lo sampai rumah, aman, selamat sampai tujuan, gratis juga" ucap Lean lagi sembari cengengesan.

"Apa sih lo, bisa aja" ucap Lina dengan cengengesan juga.

"Buset dah, bisa-bisa diabetes nih gue" cupa Lean dengan terkagum-kagum akan senyum Lina.

"Loh, kok bisa?" ucap Lina kaget.

"Ya bisa lah oneng, orang senyum lo manis banget." Ucap Lean apa adanya. Sedangkan sang empu, dia, lagi-lagi harus menahan jantungnya supaya tidak kabur dari tempatnya. "Ya udah yuk, jalan" ajak Leam.

"E-eh, iya" ucap Lina yang tak bisa menyingkirkan rasa gugipnya itu.

Sepanjang perjalan, tak ada percakapan sedikitpun dari mereka, Lean dia hanya fokus menyetir, dan Lina dia seakan-akan sangat menikmati, aroma parpum dari, cowok yang memboncengnnya itu.

Sesampainya dirumah, Lina langsung disambut dengan Ibunya.

"Lina, maafin Mama na, tadi Mama ada miting mendadak" ucap sang Mama dengan merasa bersalah.

"Gak papa tante, aku sebagai calon Imam yang baik, akan menjaga anak tante dengan baik dan teliati" Potong Lean dikala Lina mau menjawab ucapan Mamanya. Mama Lina yang mendengar itu tekekeh geli, mendengar pemuda, di depannya ini berkata seperti itu.

"Kamu pacar Lina?" tanya Mama Lina te the poin.

"Calon pacar tepatnya tan," ucap Lean tanpa rasa malu. Lina yang mendengar percakapan Mama dan temanya itu, sangat malu dan gugup.

Tanpa basa basi Lina, dia langsung lari menuju kamarnya, karna bisa-bisa dia mati disitu juga, kalau terus-terusan harus mendengar ucapan Lean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mystery Fo Love (on Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang