Restoran terkemuka yang berada di lantai tiga hotel bintang lima itu disewa oleh keluarga Jinhyuk untuk acara pertemuan keluarga Jinhyuk dan Wooseok. Acaranya tentu berjalan lancar Wooseok dan Jinhyuk tak menolak pertunangan mereka. Karena kesibukan orang tua Jinhyuk, mereka memang memutuskan untuk acara pertunangan hanya makan bersama keluarga dua belah pihak. Senyum Jinhyuk terus merekah selama acara, lain halnya dengan Wooseok yang terus memasang wajah masamnya yang kemudian berkali-kali ditegur mamanya untuk tersenyum.
Bagi Wooseok ini mungkin kali pertama dirinya bertemu Jinhyuk karena tentu dirinya tak ingat kejadian saat usianya lima tahun dahulu kala. Sementara bagi Jinhyuk ini adalah kali keduanya melihat Wooseok sedekat sekarang, karena selama ini meski Jinhyuk selalu memperhatikan Wooseok tetapi itu dari jauh dan Wooseok pun pasti tidak menyadarinya.
“Nak Jinhyuk, nanti kalau Wooseok manja dimaklumin aja ya,” ujar Lee Nayoung.
Jinhyuk tersenyum malu, “Iya Tante.”
“Apasih Mama,” Wooseok mendengus kesal.
“Wooseok, kok ketus gitu malu sama calonmu dan keluarganya,” tegur Kim Dojin.
“Gak apa malah keliatan makin gemes kok Om ... eh, Papa,” bela Jinhyuk.
“Iya bener, malah keliatan gemes,” Yoo Inna mendukung pernyataan Jinhyuk.
“Kamu ajak Wooseok ngobrol biar kalian makin dekat,” bisik Lee Dongwook pada Jinhyuk.
Jinhyuk menuruti ucapan Dongwook, dirinya berdiri dan mengajak Wooseok melihat pemandangan di luar ruangan restoran membiarkan orang tua mereka saling mengenang masa lalu. Jinhyuk menatap kerlip lampu jalanan dan kendaraan, disisinya ada Wooseok yang juga ikut memandang pemandangan kota malam hari.
Jinhyuk mencoba memulai percakapan, “Kamu udah besar ya Dek, dulu Kakak pertama lihat kamu, kamu masih sekecil ini,” ucap Jinhyuk sambil tangannya menunjukkan tinggi Wooseok kala itu.
“Udahlah, dikasih makan,” Wooseok menanggapi dengan ketus.
Jinhyuk sedikit terkejut mendengar nada bicara Wooseok yang sama sekali tidak bersahabat. Sejak awal berjumpa, Jinhyuk memang tidak melihat senyum maupun tawa Wooseok yang biasa ia lihat.
Jinhyuk tertawa mencoba membuat keadaan diantara mereka tidak dingin, “Kamu bener ju—.”
“Gue gak suka lo dan keluarga lo lebih dari gak suka malah, yang lebih tepatnya gue benci,” tandas Wooseok.
Jinhyuk kali ini lebih terkejut mendengar pernyataan Wooseok.
“Gue setuju pertunangan ini demi papa. Papa punya hutang sama keluarga lo, kalau gue nikah sama lo tandanya hutang papa bakal lunas. Pasti keluarga lo kan yang punya ide jodoh-jodohan ini? Karena anaknya udah setua ini belom juga nikah,” tutur Wooseok sambil menatap Jinhyuk dari ujung kepala hingga kaki dengan sinis.
“Pantes rasanya aneh banget papa tiba-tiba nyuruh gue nikah padahal gue masih semuda ini, bilangnya karena biar gue ada jagainlah, pengen lihat gue nikahlah padahal alesan utamanya gue yakin bukan itu. Selama ini papa selalu dukung pilihan gue baru kali ini tanpa nanya pendapat gue langsung ngejodohin gue sama lo. Gak salah lagi pasti karena papa gak bisa bayar hutang ditambah sekarang papa sering sakit jadi satu-satunya cara nurutin ide keluarga lo,” tambah Wooseok.
Jinhyuk terdiam mencerna setiap kata yang diucapkan Wooseok.
YOU ARE READING
Fond Lover
Fanfictionwhen you can tolerate everything his act is it love? or fool? Naration sosmed au on my twitter