suara genjrengan gitar berpadu dengan nyanyian tak beraturan menemani malam seorang pemuda yang tengah termenung dengan tatapan kosong.
raganya mungkin tengah duduk diantara ke-empat teman nya namun, jiwanya tengah berkelana dalam sebuah bayang.
begitu pula pikiran yang hanyut akan masa lalu.
pemuda itu, Langit. tengah memandang langit yang sama muramnya dengan dirinya saat ini.
ia hanyut dalam labirin masa lalu nya padahal ia kini tengah melingkarkan tangan pada pinggang kekasihnya.
ya, Langit masih terjabak dalam masa lalu nya.
masa lalu bersama pemuda manis yang ia labeli sebagai bintangnya.
seorang pemuda manis yang tawanya selalu menghias harinya.
pemuda manis yang namanya tak pernah pudar dari relung hatinya.
bodohnya ia meninggalkan bintangnya dan membuat kisah baru pada pemuda pemilik senyum kelinci hanya karna sebuah tantangan.
ah, hatinya tercubit.
ia semakin merasa bersalah karna menyakiti dua pemuda yang layak mendapat rasa yang tulus.
lamunan nya semakin masuk kedalam labirin masa lalu yang tak dapat ditemui jalan keluarnya.
ia kembali memasuki lorong lorong kenangan lama.
sampai pada titik ingin segera memeluk dan menyuarakan rindunya pada bintangnya.
'tuk'
lemparan kulit kacang membawa jiwanya kembali pada raganya.
"Maneh ngapain? Kusut amat muka nya"
Devano, teman nya berdarah sunda yang melempar kulit kacang padanya tadi berhasil menyadarkan nya dari lamunan.
tangan kecil mengusap lembut pipinya, "you okay?"
ah, itu kekasihnya. Galendra.
tangan Langit juga turut mengusap lembut punggung tangan Gale yang berada dipipinya.
ia mengangguk, menjawab pertanyaan kekasihnya bahwa ia tak apa.
namun sepertinya, itu tak cukup membuat pemuda mungil dengan senyum kelinci percaya bahwa Langit baik baik saja.
Langit tersenyum tipis, meyakinkan kekasihnya bahwa ia baik baik saja.
sepertinya mereka tak sadar masih berada di tempat yang sama dengan teman nya yang lain.
beberapa pasang mata disana menatap geli dengan adegan romantis mereka.
"Pacaran tau tempat, dong"
itu Harsa, yang menyadarkan kegiatan romantis mereka.
Gale yang salah tingkah seketika memalingkan wajah dari Langit, pipinya bersemu merah.
Langit tertawa kecil dan mengusak rambut kekasihnya.
ia membalas Harsa, "Sirik amat jomblo"
tak terima diejek oleh Langit Harsa mengelak, "Bukan Jomblo—"
"tapi terjabak dalam katingzone" timpal Sadewa
tawa mereka menyeruak menghias malam mendung kala itu.
"Gak asik ah, masa main nya bawa status"
tingkah Harsa yang sok merajuk itu membuat tawa nyaring yang mengubur sunyi dalam ruang hati Langit.
ah, teman teman nya memang sangat andal membuatnya merasa lebih baik.
ingatkan Langit tuk berterimakasih pada mereka nanti.
ah, udah lama ngga nulis narasi panjang. semoga ngga aneh, hehe. maaf ya, aku baru bisa lanjutin karna lupa jalan ceritanya.
waktu itu, aku buat buku ini karna lagi berasa di fase yang sama dengan tokohnya dan setelah berhasil melewati fase itu, aku jadi lupa semua emosi yang ada di fase itu. it's take a long time to remember all the feelings that's why, im so sorry for the late update.
ditulis pada,
5 agustus 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii]. renjana senja berbicara. | noren
Fanfiction" m e n u n g g u terasa seperti dibunuh berkali kali oleh rindu. " ─ 31 Desember 2020