linimasa.

26 2 0
                                    

sesak. dadanya terasa sesak dan nyeri.

entahlah. karna sebuah cuitan lewat linimasa miliknya, tiba tiba saja dadanya terasa sesak dan nyeri.

seakan ada yang menghantam dadanya.

padahal, kini ia tengah berada di sebuah taman yang dikelilingi pepohonan rindang.

—sangat tidak mungkin dirinya kekurangan pasokan udara yang membuatnya sesak.

kepalan tangan ia bawa memukul dadanya, berusaha menetrasi nyeri yang tak kunjung pudar.

"Naren, lo ngapain?"

sebuah suara menghentikan kegiatan memukul dadanya.

ia menoleh, "sesak jana"

Jana, seorang teman yang selalu menemaninya.

dibawa nya badan mungil Naren kedekapan nya.

meskipun mereka sama sama memiliki basan yang mungil, setidaknya Jana ingin membuat rasa nyaman untuk mengurangi luka Naren.

isakan mulai terdengar, Naren menangis dalam dekapan Jana.

Jana sudah terbiasa, ia hanya akan membiarkan Naren menangis hingga dirasa Naren puas. kadangkala, hingga teman nya itu tertidur pulas.

teman nya yang biasanya ceria itu, kini terlihat murung. semenjak hubungan nya dengan sang mantan kandas.

kalau boleh jujur, Jana sangat membenci bagaimana Langit dengan bodohnya meninggalkan teman nya ini, –membuat redup sinar ceria yang biasa terpancar oleh.

tapi mau sebenci apapun ia pada Langit, hanya Langit yang dapat membuat Naren tersenyum manis. hanya Langit yang dapat membuat tawa Naren mengembang lebar.

semua kecewa dengan sikap Langit namun, kecewa pun tak ada artinya.

nasi sudah menjadi bubur, kaca telah terpecah belah.

begitu pula kisah Langit dan Naren, semua nya telah usai.

Langit juga sudah menemukan tambatan hati yang baru.

ah, sepertinya ia disana sedang berbahagia. menyisahkan Naren yang tengah terluka.

dirasa isakan Naren sudah berhenti, Jana bertanya, "Sudah puas?"

dan balasan anggukan ia dapatkan.

Jana tersenyum tipis, "Langit lagi ya?"

Naren bungkam, enggan menjawab.

"Narendra, kamu berharga. Air mata kamu mana pantes nangisin si brengsek Langit? Pelan pelan, kita coba lukis senyum kamu lagi ya?"

Naren masih enggan menjawab.

baginya, yang bisa membuat dirinya merasa lebih baik hanya Langit.

mau seberapa keras ia berusaha. semua sia sia, karna Langit tak lagi ada di sisi nya.

Jana menghela nafas, "belum mau ya?"

Naren sebenarnya tak enak dengan Jana yang selalu berusaha menyembuhkan lukanya namun, untuk saat ini ia benar benar tak ingin kembali seperti dulu.

kecuali, kembali mengulang kisah bersama Langit, –walau kemungkinan sangat kecil.

Jana kembali membuat penawaran, "Kak Erlang ganteng, baik dan kayanya dia tertarik sama kamu, gamau coba?"

Naren menggeleng, "Gamau Jana, cuma mau Langit"

baiklah, jika begini Jana bisa apa?

yang menjalani Naren, mau bagaimanapun keputusan ada ditangan Naren.

Naren mencoba mengalihkan topik, "Kamu sendiri, sama Kak Harsa gimana?"

"Ih, kok jadi aku? Gamau, ah"

Jana merengek tak suka, mengundang tawa kecil Naren walau tak seceria dulu asal Naren sudah mau tertawa, Jana turut senang.

"Kasian tau, masa digantungin adek tingkatnya"

saling melempar godaan membuat suasana hati Naren membaik, Jana bersyukur teman nya lebih baik.

semoga saja, tawa teman nya bisa bertahan lama.

aku akuin yang ini aneh t_____t tapi, semoga masih bisa dipahami alur nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

aku akuin yang ini aneh t_____t tapi, semoga masih bisa dipahami alur nya.

ditulis pada,
7 Agustus 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ii]. renjana senja berbicara. | norenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang