[ 1 ] - Perpustakaan

504 79 26
                                    

SMA Jujutsu, tempat orang-orang biasa bersekolah dan mencari ilmu. Selain karena fasilitasnya yang nyaman, alasanku untuk masuk sekolah ini adalah satu hal: Perpustakaan.

Perpustakaan adalah tempat favoritku. Disana tenang, sunyi, dan damai. Tempat yang cocok bagi tipikal introvert seperti diriku ini.

Berdasarkan foto yang kulihat di internet, perpustakaan sekolah ini lumayan besar dan luas dengan banyak rak di dalamnya. Sungguh perpustakaan impianku.

Setelah bel pulang berbunyi, disinilah aku sekarang. Berdiri di hadapan sebuah pintu yang akan mengantarkanku masuk ke dalam perpus. Hatiku berdebar saking senangnya. Tangan kananku mantap memegang gagang pintu.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka dengan sendirinya, padahal tanganmu sama sekali belum mendorong. Sontak aku langsung melepas peganganku.

Sosok laki-laki berseragam berantakan itu berdiri muncul dari balik pintu.

"Huh?"

"A-ah, maaf." aku berjalan minggir ke samping agar tidak menghalangi jalannya. Tapi bukannya berjalan, dia malah terus memperhatikanku! Bagaimana ini?!

"Oi, coba lihat aku."

"Eh?! B-baiklah."

Wajahnya dipenuhi dengan garis-garis hitam, apakah itu tato? Atau hanya cat saja? Entahlah, aku tak tahu. Dia nampak sangar dengan rambut yang berdiri itu. Sayangnya, warna merah muda pada rambutnya malah menimbulkan kesan feminim. Aku bisa menyimpulkan kalau dia adalah berandalan sekolah, tidak salah lagi.

"Kau anak kelas mana?" Tanyanya dengan menaruh jari di dagu.

"A-aku...."

"Oi, jangan ganggu dirinya!" sebuah suara menggema dari belakangku. Aku berbalik dan mendapati seorang siswa dengan seragam yang rapi, tapi tidak dengan rambut hitamnya.

"Hah? Aku tidak mengganggunya. Hei, aku tidak mengganggu bukan?" dirinya melotot ke arahku.

"iya...tidak mengganggu kok."

"Hm?" Siswa berpenampilan rapi itu memasang ekspresi tidak yakin. "Ngomong-ngomong, tumben sekali siswa nakal sepertimu datang ke perpus," lanjutnya.

"Kenapa? Kau keberatan?" balasnya dengan nada sinis.

"Tidak, sama sekali tidak."

"Cih." Siswa berandalan itu pergi meninggalkan kami berdua.

"Kau pasti murid pindahan itu ya? Namaku Fushiguro Megumi, salam kenal."

"Salam kenal, aku [Name] [Last Name]."

Kami masuk ke dalam perpustakaan. Dirinya langsung duduk di meja piket yang berada di dekat pintu. Sepertinya hari ini adalah tugasnya untuk menjaga perpustakaan.

"Silahkan membaca sesukamu, jangan pedulikan aku," katanya sambil merapikan lembaran kertas yang berserakan di meja.

Aku mengangguk dan pergi mencari kursi yang jauh darinya. Aku punya masalah dalam berkomunikasi, setiap kali bertemu orang asing pasti langsung gugup dan grogi. Itulah sebabnya aku memilih kursi yang jauh. Untuk menghindari kontak sosial dengan orang lain.

Pada akhirnya aku memilih kursi yang berada di pojok ruangan. Selain karena jauh dari pintu dan orang, tempatnya juga dekat dengan pendingin ruangan. Sungguh tempat yang sangat strategis.

Setelah menaruh tas, aku langsung beranjak. Kedua kakiku membawa diriku berkeliling rak buku, sementara tangan kananku asyik meraba-raba punggung buku.

Ada begitu banyak judul buku di perpustakaan ini. Tapi daritadi aku belum kunjung juga menemukan buku incaranku.

Buku yang sedang kucari adalah No Longer Human karya Osamu Dazai. Ini pertama kalinya aku ingin mencoba literatur klasik, jadi untuk permulaan, aku akan membaca literatur klasik yang terkenal dulu.

ꜱʜᴇ'ꜱ ᴍɪɴᴇ | ᴊᴜᴊᴜᴛꜱᴜ ᴋᴀɪꜱᴇɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang