BAB 12 - Kecupan Hangat di Sebelah Pipi Adit (Part 1)

15.6K 1.2K 55
                                    

Kedatangan Alena yang secara tiba-tiba membuatku curiga. Curiga kalau sebenarnya Arka menghubungi Alena. Dia memberikan kecupan hangat di sebelah pipi Adit yang membuat wajahku seketika memanas. Aku melihat dua orang teman Arka yang tersenyum dan berbincang-bincang. Mereka pasti membicarakan aku, Adit dan Alena.

"Kenapa kamu nggak ngajak aku ke sini sih, Sayang?" Alena meletakkan tas branded-nya di atas meja. Dia melirikku dengan lirikan yang bisa dipastikan mengandung kecemburuan.

"Untung Arka ngasih tahu kamu ada di sini. Terus—" Alena kembali menatapku. "Arka dan kamu kencan di sini dan merelakan kehadiran Adit yang mengganggu kencan kalian."

"Ya, aku bilang pada Alena kalau aku dan Nika kencan, tapi ada Adit yang mengganggu kami." Arka menatap Adit dengan senyuman yang tidak ramah.

Kenapa dia melakukan ini?

"Kamu akhir-akhir ini nggak ngabarin aku."

"Aku banyak kesibukan." Kata Adit yang seperti enggan menanggapi Alena.

"Sesibuk apa pun kamu, kamu selalu mengabariku. Selalu membalas pesanku tepat waktu. Kenapa akhir-akhir ini kamu seperti menghindar dari aku, Dit?"

"Dit, aku dan Arunika jalan dulu ya." Kata Arka kemudian dia menatapku. "Ayo, Nik. Biar Alena dan Adit bisa berduaan dan menyelesaikan permasalahan mereka."

"Iya, kalian lebih baik meneruskan kencannya biar aku di sini sama Adit."

Aku menatap Adit yang hanya menatapku tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku akhirnya menuruti perkataan Arka untuk pergi dengannya.

Aku sebenarnya nggak mau pergi sama Arka. Aku ingin pulang. Hanya itu.

***

Arka membawaku ke sebuah kafe berkonsep outdoor. Kami duduk berhadapan. Meja bulat kecil dan dua kursi besi yang saling menghadap.

"Kamu tahu nggak malam ini kamu cantik banget." Pujian Arka membuat kedua sudut bibirku tertarik ke atas membentuk kurva senyuman.

"Makasih."

"Tante Eveline bilang kalau dia menyuruh Adit memutuskan Alena. Aku sengaja menelpon Alena. Aku ingin tahu apa Adit bakalan mutusin Alena seperti perintah Tante Eveline."

Jadi itu tujuan Arka sebenarnya menelpon Alena? Bukan karena dia memang ingin kencan denganku? Ya ampun, aku pikir Arka menelpon Alena karena ingin berkencan denganku.

"Kalau Adit nggak mutusin Alena gimana, Ka?"

"Aku akan bilang yang sebenarnya pada Tante Eveline. Biar Tante Eveline yang bertindak." Arka tersenyum kepadaku. "Jari kamu nggak papa kan?" Arka meraih tanganku dan memperhatikan jari telunjuk yang terbungkus plester.

"Nggak papa kok." Kataku.

Dia membelai punggung tanganku hingga mataku sedikit melebar.

"Kalau kamu merasa nggak aman dengan Adit, kamu bisa bilang ke aku, Nik." Arka menatapku serius.

Dari matanya aku tahu pria ini tulus dan penyayang. Dia pria baik hati yang memiliki aroma menyegarkan. Kalau saja aku bisa memilih antara Arka atau Adit mungkin aku akan menjatuhkan pilihan pada Arka. Tapi, aku merasa perasaanku pada Adit mulai tumbuh dan semakin tak terkendali.

"Oh ya, kalau besok kita jalan lagi gimana? Habis pulang kerja?"

"Emmm—kayaknya Adit nggak bakal ngijinin, Ka."

Arka menggembungkan pipi. "Iya, tapi aku mau kita bisa bicara lebih dalam lagi dari ini, Nik."

"Lebih dalam?" Aku nggak ngerti sama maksud dari perkataan Arka.

Marriage Life With The Boss (Young Adult Romance 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang