Kecelakaan

0 0 0
                                    

Hidup memang tak selalu seperti yang diinginkan…
Tapi selalu bisa disyukuri kok.

Kalian pernah mendengar lagu Bondan Prakoso yang berjudul 'Kau Tak Sendiri'? Apapun yang sedang kau alami hari ini, kau tak sendiri sebagai penderita, karena di luar sana ada banyak pribadi yang pernah ada di posisi itu. Tak ada manusia yang menginginkan dirinya mengalami luka, entah itu luka di hati, atau luka fisik. Siapa yang pernah bisa menebak jika ternyata hari ini tertawa, besok mungkin kita menangis.
***

Tak seperti biasanya, hari ini Matta membawa sepeda motor, padahal jelas-jelas anak itu belum memiliki SIM. Tapi yasudahlah, hari gini juga sudah banyak anak SD yang membawa motor ke mana mana. Entah apa alasannya hingga terniat mengendarai sepeda motor ke sekolah. Dia memang pernah membawa motor ke sekolah, saat itu dia menjadi dewa penolong bagi Susan yang tiba-tiba sakit.

Sesampainya di sekolah semua sama seperti hari Selasa biasanya. Pagi hari akan dibuka dengan apel pagi, lalu kelas X-2 akan masuk mata pelajaran kimia, bersama ibu guru berambut keriting tentunya. Lalu mata pelajaran geografi bersama guru laki-laki yang kocak, setelah itu mencatat buku sampai habis di mata pelajaran komputer. Barulah di 2 les terakhir mata pelajaran Seni Budaya.

Para siswa kelas X-2 sudah bersiap-siap dengan kostum mereka. Wajah mereka tampak berseri-seri karena akan tampil. Jangan lupakan wajah para gadis yang sudah dilapisi bedak dan make up. Tenang saja, Susan bukan bagian dari mereka.
Wajahnya tak disentuh oleh apapun, bahkan bedak baby sekalipun. Ia hanya mengenakan kostum kaos hitam dengan celana jeans, serta sebuah selendang terikat di pinggang. Kostum yang juga digunakan oleh anggota timnya yang lain.

Tak berapa lama setelah bunyi bel selesai jam istirahat kedua bergema, bu Emsit memasuki kelas. Matta dan Daniel sedang sibuk mengatur speaker. “Baik, siapa yang ingin tampil lebih dulu? Akan ibu beri nilai tambah.” Mendengar itu, setiap kelompok segera kasak kusuk, ada yang memohon pada anggotanya untuk mau tampil duluan. Paling sulit diajak kerja sama ialah kaum pria. Mereka cenderung tidak peduli dengan tambahan nilai, gengsi masih mengalahkan kewarasan mereka. Hingga akhirnya kelompok Kesya maju lebih dulu. Mereka menampilkan tarian tradisional Batak dengan variasi Hip-Hop. Cukup memukau hingga membuat kelompok lain berdecak kagum.

Selama 90 menit jam belajar, 5 kelompok yang dibentuk sudah menampilkan hasil kreasi mereka. Terkadang saat satu kelompok maju, terdengar sorakan menyemangati, hingga menertawakan. Sang guru juga tak jarang tersenyum dan tertawa menyaksikan gaya para laki-laki yang ogah-ogahan untuk menari. Maklumlah, keterbatasan wawasan, serta mindset yang beranggapan jika tarian hanya pantas dilakukan oleh perempuan masih melekat dengan kuat. Tak heran jika laki-laki di kampung sangat enggan dalam hal menari. Febriandi tampak lucu dengan gerakan kakunya saat kelompok Susan tampil. Belum lagi Wallop yang sering salah gerakan. Tapi hingga penampilan mereka selesai, tidak ada komentar menjatuhkan antara mereka. Sadar jika kemampuan setiap orang tentu tidak bisa disamaratakan. Meski Matta mungkin tampil keren hampir menyamai keluwesan perempuan, bukan berarti pria lain juga demikian.

Orang yang tertawa paling keras saat menyaksikan adegan kocak saat menari adalah Santoso dan Reynaldo. Mereka tidak sadar jika tubuh mereka juga sempat hampir terjungkal saat berjinjit dalam suatu gerakan. Belum lagi salah arah pada proses formasi berputar. Tapi mereka sangat berbahagia di akhir mata pelajaran tersebut.

Semua baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda buruk yang akan terjadi. Masing-masing siswa bergegas menuju angkutan masing-masing begitu barisan apel siang dibubarkan. Demikian juga kelas X-2, mereka segera mengurus sisa-sisa penampilan mereka dan berlari keluar sekolah agar tidak tertinggal angkot.

Matta menjadi yang terakhir pulang, karena dia menggunakan sepeda motor, jadi tidak ada yang perlu dikejarnya. Ia melewati teman-temannya setelah 1 km dari sekolah. Ia mengendarai sepeda motornya sendirian, tanpa boncengan, karena memang teman-teman satu kampungnya sudah pulang terlebih dahulu. Ia membawa kendaraannya dengan kecepatan sedang di jalan raya yang penuh dengan kelokan. Jalur lintas Sumatera di daerah tersebut memang cukup rawan akibat tikungan tajam yang beruntun, dipadukan dengan turunan dan jalan menanjak. Kontur jalan yang memang menjadi kendala untuk melihat kendaraan lain sering mengakibatkan kecelakaan apabila kendaraan melaju kencang.

DI BATAS KATA SAHABATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang