Sore ini seperti biasa, aku sedang duduk di kamar kos ku. Aku baru saja selesai mengerjakan tugas Pembangunan Wilayah, kebetulan aku sudah mengajukan diri sebagai salah satu mahasiswa yang akan melakukan presentasi terkait tugas tersebut. Selalu begitu, aku akan dengan senang hati melakukan presentasi agar nilai dan pengalaman ku bertambah.
Setelah menutup laptop, aku mengambil ponsel dan membuka aplikasi Facebook.Ku lihat berbagai postingan dari teman teman ku dan aku mulai menekan tombol like. Jika ada yang menarik maka aku juga akan meninggalkan komentar di postingan mereka. Tidak lama kemudian ku lihat ada satu pesan yang belum ku buka dan ternyata itu dari si laki-laki aneh.
Aku mulai berpikir, sejak kapan aku dan dia berteman di media sosial?. Dengan malas ku buka pesan darinya.
Dimas Saputra
Mau makan malam apa nonton?Gila
Lho, aku serius nihDenger pengajian aja
Oke bisa bisaaaa.
Nanti ba'da Maghrib aku jemput kamu ya, terus kita berangkat ke masjidKamu pergi aja sendiri
Lho, kok gitu? Tadi katanya kamu mau dengerin pengajian. Nggak baik kalau perempuan keluar malam sendirianDasar stress. Coba kamu kerjain aja tugas mu, biar cepet kelar.
Aku nggak punya laptop Lis...😭Bodo amatlah. Mending aku mandi terus keluar cari makan daripada harus ladenin gayas stress ini. Ku tekan tombol keluar dari aplikasi Facebook dan ponsel ku pun terkunci.
Setelah rapi aku berniat keluar untuk membeli makan malam. Namun kebiasaan buruk ku yang malas sepertinya kumat lagi. Aku merasa lapar dan malas kemana-mana dalam waktu yang bersamaan.
Tok Tok Tok...
Terdengar seseorang mengetuk pintu kamar kos ku. Aku pun segera menuju pintu dan ku lihat Shafa sedang berdiri disana. Shafa merupakan tetangga kos sekaligus sahabat ku sejak SMA. Sejak kami diterima masuk UNRAM kami memutuskan untuk mencari kos yang sama dan sampai saat ini kami sudah pindah kos sebanyak satu kali. Shafa merupakan perempuan yang baik dan pintar. Meskipun kami beda jurusan namun jika ada tugas yang membuat ku bingung aku akan bertanya pada Shafa bagaimana cara menyelesaikan tugas tersebut."Eh Shafa, kenapa?" tanyaku padanya.
"Kamu udah makan belum Lis? Kita beli makan yuk"
"Hm.. belum sih, tapi gimana ya aku lagi males keluar" aku hanya menjawab dalam hatiku.
"Gimana Lis, mau yaaa?"
"Mau beli dimana?"
"Udah ayo nanti aja kita tentuin tempatnya di perjalanan"
"Oke oke aku ambil dompet dulu ya"
"Siap ku tunggu di bawah ya Lis"
"Oke Shafa" aku pun mengambil dompet dan menyusul Shafa ke parkiran.
Kami menyusuri jalanan kekalik seraya melihat dagang dagang makanan yang kelihatannya enak. Tidak banyak pembicaraan antara aku dan Shafa karena sepertinya kami larut dalam pikiran masing-masing.
~~
Drrrtt...Drrrtt...
Ponsel ku terus saja bergetar dari tadi. Ya ampun siapa sih yang nelpon jam segini? Kurang kerjaan banget sih."Halo, Assalamualaikum".
"Waalaikumussalam, eh Ririn. Ada apa Rin? Tumben malem malem gini nelpon".
"Nggak ada apa-apa. Cuma mau ngobrol aja sama kamu".
"Kok aneh? Pikirku seraya mengetuk ngetukkan jari telunjuk ke lantai".
"Halo Assalamualaikum" suara bariton khas laki-laki terdengar dari seberang sana.
Nah kan. Bener dugaan ku. Sepertinya aku mengenal pemilik suara ini.
"Hai Lisa, kamu lagi ngapain? Udah tidur kah?".
"Udah, ini lagi mimpi" jawab ku dengan malas.
"Ini ada apa ya?" Lanjut ku langsung to the point.Ririn pun mulai mencairkan suasana dan kami terus mengobrol sampe pukul 01.00.
Kami membicarakan banyak hal mulai dari hal serius sampai hal hal yang tidak ada manfaatnya.Dari percakapan sekian jam tersebut aku bisa menarik kesimpulan bahwa selain stress, ternyata Dimas juga adalah teman ngobrol yang menyenangkan. Bagaimana aku tidak menyimpulkan seperti itu, aku ini orang yang sangat payah dalam berkomunikasi dengan orang lain terutama orang baru. Namun Dimas sepertinya tahu hal tersebut dan dia selalu bisa membuat percakapan kami tidak terputus.
Selain itu, aku pun mulai mengetahui beberapa hal tentang Dimas. Dan aku mulai memikirkan dia. Tapi tunggu dulu, ini sudah terlalu larut. Untuk apa aku memikirkannya, sekarang lebih baik aku istirahat saja.
Lagi lagi aku berhasil mengalihkan pikiran ku darinya, namun lain kali bagaimana? Apakah masih bisa seperti ini? Atau apakah aku akan jatuh cinta padanya?
Lalu apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Untuk sekarang memang hanya ada rasa takut, namun bagaimana dengan esok?
Aku selalu berharap semua yang terjadi bisa terjadi dengan indah. Dan bukankah itu adalah hal yang wajar?
~~
To be continued ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Terimakasih Dimas🥀
RomanceSetelah hampir empat tahun bersama, belajar saling memahami dan menjaga nyatanya tak membuat Alisa bisa terus bersama dengan Dimas. Lembaran-lembaran indah yang pernah dilewati pun nyatanya tak membuat Dimas mau untuk sedikit lebih lama menjalin kas...