Wanita cantik itu mengerutkan keningnya. Rasa pusing memenuhi kepalanya. Ia mengurut pelan pelipisnya sebelum turut membuka matanya secara perlahan. Mengedipkan matanya berkali-kali.
'aku pasti sudah gila', batin Joy sambil mencoba kembali menutup matanya dan kembali membukanya beberapa detik kemudian.
'aku benar-benar gila', ia kembali membatin. Lalu ia menepuk wajahnya dan mencubit pipinya keras-keras. Matanya membulat sempurna.
"KAU SUDAH GILA YA?! BERANI-BERANINYA KAU TIDUR DISINI!", ia memaki keras membuat pria tampan bermarga Kim itu terbangun dan menatapnya sebal.
"Ini tempatku. Sebagai yang menumpang haruskah kau sekesal ini nona?" balas Vante kesal dan kembali menarik selimut untuk menutup tubuhnya untuk tidur.
"Aish! Kim Jennie, Kim Yeri! ARGH!!!"
.............................................................
"Sedang badai salju diluar sana. Kau tidak akan bisa keluar. Mau wartawan membuat skandal untukmu?", pria itu berujar saat melihat Joy tengah merapikan dirinya setelah numpang mandi, berpakaian dan memakai syal dan coatnya kembali. Wanita itu mendengus kesal.
"Kalau kau tidak datang juga posisiku tidak akan semenyulitkan ini. Lebih baik jika kau tidak pernah kembali, pengacau!", lagi. Nada sinish dari bibir wanita ini seperti tidak pernah berhenti dilontarkan pada Vante. Pria itu tersenyum miring menatap tajam Joy. Tatapan intimidasi yang cukup membuat Joy berusaha membalas tatapan tajam itu dengan tatapan yang sama meskipun terlihat jelas ia sedikit gugup.
"Semalam kau memintaku untuk tidak pernah pergi lagi. Kau menginginkanku kembali, Joy. Itu faktanya",
"Kau terlalu percaya Vante-ssi"
"Kau pikir aku sedang mengarang?", tanya Vante. Joy mengangguk sambil bangkit dari kursinya, berjalan beberapa langkah mendekat pada pria itu. Ia menjinjitkan tubuhnya mensejajarkan bibirnya dengan telinga pria itu.
"Itu keahlianmu bukan? Seribu alasan untuk kembali setelah pergi", Vante terdiam. Ia menunduk menatap wanita itu. Ia menghela nafas kasar berusaha menenangkan kembali dirinya.
"Kau boleh menganggapnya seribu alasan, Joy. Terserah padamu. Alasannya terletak pada dirimu. Jika kau menganggap bahwa itu seribu alasan? Maka hentikan seribu tingkah kekanakanmu itu", Vante berucap tenang. Namun nadanya begitu menusuk, dan mampu meningkatkan emosi Joy. Joy membuang mukanya menghentikan kontak mata antara keduanya.
"Nikmatilah waktumu selagi menunggu badainya berhenti. Kau bisa pergi setelah itu" suara berat itu kembali melontar sebelum punggungnya semakin mengecil dari pandangan mata indah Joy.
'jika aku alasanmu untuk kembali, lalu mengapa kau tetap pergi setelah aku memintamu untuk tinggal?'
.............................................................
"Kau mau makan?" suara itu lagi. Joy menatap dingin suara itu tanpa menjawab pertanyaan pria pemilik mansion dimana ia numpang menonton sekarang. Vante mengendikkan bahunya sambil berjalan menuju dapurnya. Dan apa yang ia dapatkan?
Beberapa hidangan yang terletak di meja makannya, dengan plastic wrap yang menutup rapi. Ia tersenyum kecil mendapati ini dan segera menyantap makanan yang ada. Senyumnya melebar kala wanita itu datang ke ruang makan untuk mengambil segelas air untuk Joy sendiri. Vante pria itu berhenti menyeruput orange juice nya dan melangkah cepat untuk menghentikan langkah Joy yang sepertinya ingin kembali ke ruang TV.
'cup!' Vante menariknya cepat dan kembali mengecup bibir penuh milik Joy.
"Terima kasih atas makanannya"
"DASAR BRENGSEKK!!!", Joy berteriak histeris dengan Vante yang tertawa puas sambil berjalan meninggalkannya di ruang makan.
.............................................................
Joy menghela nafasnya pelan, sepertinya ia benar-benar harus menurunkan gengsinya kali ini. Ia menatap pria yang tengah membaca di ruangan yang sama dengannya. Ia menghela nafas kasar berkali-kali. Ragu untuk melontarkan niatnya.
"To the point saja apa maumu?" tanya Vante sambil melepaskan kacamata minusnya dan menutup buku yang dibacanya.
"Eung... Itu, aku perlu mengganti pakaianku. Jadi... Aku memiliki koper berisi cadangan baju-bajuku di bagasi mobilku. Tapi tidak memungkinkan untuk aku ambil. Jadi bisakah, aku.."
"Berikan kunci mobilmu", Vante berujar cepat sebelum Joy menyelesaikan kalimatnya.
"Ini"
"Mana ucapan terima kasihnya?", tagih Vante. Joy memutar bola matanya malas.
"Terima kasih banyak, Vante-ssi", ia berusaha berucap semanis mungkin dengan muka malasnya.
"Ingat! Ini tidak gratis" Joy kembali mendumel mendengar kalimat yang keluar dari pria tampannya itu.
'aku merindukan momen-momen seperti ini Vante-ssi', senyum pahit di wajah cantiknya kembali muncul dan berlanjut dengan helaan nafas frustasinya.
.............................................................TBC
Jadi guys author bahkal rajin2 update deh ntar okayy!! Asal rajin vote juga kaliannya hehe. 50++ vote fix up dalam Minggu ini. Oh iya jangan pernah mikir kalo mereka dulu itu hubungannya mantan pacar ya. Karna bukan wkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTEMIS (VJOY) M
Fanfiction'Tidak mau mengulang kesalahan yang sama. Itu saja! Kau tidak mengerti ucapanku?' - Park Joy 'Kesalahan? Tidakkah haruskah kau harus meminta maaf jika menurutmu itu kesalahan?' - Kim Vante 'Tinggalkan aku sendiri!' - Park Joy