Part 1

314 65 24
                                    

Lagi. Wanita bermarga Park itu lagi-lagi berdebar. Mengingat beberapa waktu lalu bibirnya dinodai didepan publik. Tangannya terkepal erat penuh emosi. Handphone nya berdering terus menerus. Bibir indahnya mengumpat terus menerus tanpa henti. Sang pelaku seolah tak merasa bersalah sama sekali hanya tersenyum miring mendengarkan semua umpatannya. Entah mengapa pria itu rasanya ingin membenarkan apa pendapat publik tentang sikap buruk wanita yang baru saja ia cium beberapa waktu lalu. Menarik pria tersebut keluar dari ruangan pesta dirumahnya alih-alih menampar pria itu sekeras tenaga, Park Joy menjebak dirinya sendiri dalam asumsi publik.

"Berhentilah mengumpat. Aku bisa saja menyumpal kembali mulutmu", Joy menatapnya kesal lalu tangan indahnya bergerak cepat seolah ingin segera mencakar muka aristrokat pria itu. Terlambat, tangannya malah digenggam erat oleh pria itu.

"Kurang ajar kau, Kim Vante", merasa namanya disebut pria itu tersenyum kecil. Tak ada lagi embel-embel oppa saat wanita itu memanggilnya. Sepertinya ia memang kehilangan rasa hormat dari wanita yang mengatainya kurang ajar beberapa detik yang lalu.

"Aku lulusan S3 di luar sana. Karirku cemerlang, masa depanku cerah. Bukankah sikapmu terhadap orang yang lebih tua yang keterlaluan nona?",

"Oh ya? Gelar tidak akan memengaruhi etika seseorang kan? Setelah bertahun-tahun kau kembali yang kau lakukan alih-alih memperbaiki segalanya, kau malah merusak citraku. S3 kepalamu", tak mau kalah Joy juga menyerangnya.

"Aku berhak untuk menciummu. Kau tahu jelas itu. Toh ini bukan pertama kalinya" ujar Vante ringan sambil kembali meneguk segelas champagne. Joy menggeram kesal lalu menarik tangannya cepat-cepat dari genggaman erat pria itu.

"Hidupku jauh lebih baik jika kau tak pernah kembali", Joy berujar lemah namun penuh penekanan. Wanita itu segera membalikkan tubuhnya meninggalkan pria yang ia cap sebagai pria dengan sikap seenaknya yang ada di ruangan keluarganya itu.

'tidak boleh ada tangisan kali ini. Tak boleh lagi. Ingat tentang siapa dirimu sekarang. Semua orang memujamu layaknya Dewi. Seorang Dewi tidak akan menangisi pria kurang ajar'

.............................................................

"Oh sayang. Good pair! Aku suka melihat kalian berdua kembali berbincang setelah sekian lama", Joy menatap tajam ibunya dan mendengus kesal.

"Ibu tahu bahwa Vante kembali?",

"Eoh! Tentu ibu tahu", jawab ibunya singkat. Joy menatap ibunya tajam.

"Kenapa tidak bilang?",

"Memangnya sejak 8 tahun lalu sampai sekarang, kau pernah peduli? Ibu selalu memberitahumu kepulangannya tapi kau tak berniat berbicara dengannya", ujar sang ibu. Joy memijat keningnya pelan.

"Isn't he a good kisser, darlin'?"

"EOMMA! AKU BENCI KALIAN", bentak Joy kesal segera mengisahkan perbincangannya dengan sang ibu.

'hanya dia yang mampu menghancurkan benteng pertahananmu sayang', ujar sang ibu membatin.

.............................................................

Kim Jennie, Kim Yeri. Kedua wanita bermarga Kim itu tertawa puas menatap Joy yang sedari tadi mendumel dengan pengaruh alkohol. Meneguk lagi dan lagi, di mansion milik keluarga Kim. Tenanglah! Tidak ada kaum orang tua di tempat ini. Hanya tempat bersenang-senang Kim siblings -Kim Vante, Kim Jennie, dan si bungsu Kim Yeri-

"Akan seru kurasa jika Oppa melihat semua ini Yer", Jennie berucap jahil sambil tertawa terpingkal-pingkal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Akan seru kurasa jika Oppa melihat semua ini Yer", Jennie berucap jahil sambil tertawa terpingkal-pingkal. Yeri tersenyum. Oh hayolah Yeri memang si kecil di keluarga mereka. Tapi ia yang paling dewasa, setidaknya dibandingkan Jennie. Yeri menggeleng tidak setuju.

"Joy akan marah besar, Jen. Aku rasa lebih baik jika mereka menyelesaikan ini sendiri"

"Sudah bertahun-tahun tak selesai juga kan?", ujar Jennie sebal.

"Apa lebih baik kita menelpon oppa saja? Biarkan ia mengurus bayi besar ini", Jennie kembali memberikan usulan. Yeri mengendikkan bahunya, dengan gestur bingung dan terlihat berpikir keras.

"Mari lakukan itu"

.............................................................

"Aku dan Jennie mau ke club, oppa. Selesaikanlah", Yeri berucap singkat sambil menepuk pelan pundak kakaknya. Vante mengangguk pelan dan memeluk adik kecilnya hangat. Mengecup pipi adik kecilnya pelan.

'Aku tahu hanya Joy yang mampu Oppa. Dan aku tahu perasaanku padamu sudah jelas salah' - Kim Yeri.

Vante menghela nafas menatap Joy yang tetap dalam keadaan terus mendumel tidak jelas. Menyebut namanya teratur dan berkali-kali dengan umpatan-umpatan.

"Joy, hentikan! Jangan minum lagi", Vante merebut gelas wanita itu.

"Kau... Beraninya kau kembali! Kim Vante! Yya!", Joy kembali berteriak-teriak emosi sambil merontah-rontah.

"Tapi kau juga tidak boleh pergi! Gajima! Gajima", suaranya melemah, Joy terduduk lemah kembali menangis. Menangis sejadi-jadinya sama seperti saat itu. Padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan ada lagi tangisan seperti ini.

Kim Vante mematung ditempat. Terdiam tanpa kata. Hanya satu yang ada dipikirannya
.
.
.
.
.

'apakah masih ada tempat bagiku didalam sana?'

ARTEMIS (VJOY) MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang