L-1

87 0 0
                                    

Suara knalpot motor menusuk indra pendengaran murid saat si pengendara memasuki gerbang sekolah. Bisik-bisik terdengar dari siswi-siswi karena kepo dengan pemilik motor Ducati Diavel Carbon yang harganya membuat semua orang mengelus dada.

Si pengendara melepas helm lalu menyugar rambutnya ke belakang membuatnya menjadi objek para siswi saat ini.

Ganteng dan tajir.

Itulah yang ada dipikiran para siswi saat ini.

Elrangga melewati perempuan yang menghampirinya begitu saja lalu ke sepupunya yang sudah menunggu. Ngomong-ngomong, Elrangga adalah siswa baru kelas sebelas di SMA Yrama Satya. Sorakan-sorakan dan tepuk tangan teman-teman dari sepupunya menyambut kedatangannya dengan meriah.

Lebay.

"Anjir pagi-pagi dah dipepet cewek lu, bro. Gimana rasanya?" tanya Andika memainkan kedua alisnya. Nama panjangnya adalah B. Andika Prananda. Cowok ini adalah yang paling humble bin friendly, penyuka warna toska, tidak suka yang manis-manis dan pengoleksi sepatu. Dan satu fakta lagi yang perlu diketahui dan menjadi pertimbangan untuk menjadikannya teman adalah Andika merupakan anak tunggal dari pengacara terkenal di tanah air. Sampai sini bisa dibayangkan bagaimana harta mengelilinginya?

"Ah mantap!" sambung Nakash mengacungkan jempol. Dirgantara Nakash adalah nama lengkapnya. Cowok ini tidak bisa ditebak, orangnya moody-an seperti cewek, kalo diibaratkan dia itu seperti bunglon. Sama seperti sifatnya yang berubah-ubah. Orang tua Naka sudah tidak lengkap, dia hanya tinggal dengan ibunya yang kerjanya sebagai penjahit biasa. Alhamdulillah sudah punya dua puluh cabang butik di tanah air.

"Udah biasa jadi biasa aja," jawab Elrangga menyugar rambutnya ke belakang.

"Sombonggg!" ucap Andika.

"Temen-temen gue, rada sedeng," tutur Arnold yang diangguki oleh Elrangga. Arnold Indrawijaya, sepupu Elrangga dari pihak papanya. Dalam lingkaran pertemanan, pasti ada yang pendiam. Nah, Arnold adalah orang yang tepat untuk kategori itu. Yah meskipun tidak banyak gaya tapi masih banyak yang mengantri untuk menjadi pacar.

Wajar sih, good looking.

"Welcome to SMA Yrama Satya," ucap Andika merentangkan kedua tangan dengan latar belakang gedung SMA.

"Anjim diliatin adkel Dik! Malu woi!" Nakash berteriak tertahan sambil senyum ketika melewati para adik kelas yang memandang heran.

Mereka berempat mulai menyusuri koridor dan sempat bermain futsal juga. Masalah menemui kepala sekolah sudah diselesaikan oleh Om Indra alias ayah Arnold, berhubung mereka punya koneksi yang kuat.

Elrangga menghabiskan minuman dengan sekali teguk, napasnya masih terengah-engah dan keringat masih bercucuran di pelipis. Masih hari pertama tapi auranya sudah menebar ke seluruh antero sekolah.

Sambil mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja kantin, pikiran Elrangga dikuras habis oleh perkataan Arnold saat mereka bermain futsal tadi.

(:::)

Matanya mengikuti gerak-gerik perempuan yang sedari tadi membelakanginya. Ada yang aneh dan tidak biasa. Hatinya menghangat saat perempuan di depannya menoleh ke belakang.

Salah tapi benar.

Senyum Elrangga terbit bak mentari dari ufuk timur. Dia menemukan sesuatu yang hilang. Dia menemukan kepingan kebahagiaannya, dimulai dari perempuan itu mulai berjalan melewatinya.

"Ayla? Lo kah itu?"

Perempuan di depannya ini berhenti untuk beberapa detik setelah itu dia kembali melangkahkan kakinya.

(:::)

Zela mengerutkan keningnya saat mendengar kata 'Ayla'. Apakah laki-laki tadi berbicara padanya? Tapi apa iya? Aish, kenapa juga dia tadi berhenti padahal bukan namanya yang disebut, siapa tahu dia kan salah orang.

"Zel lo gak papa?" tanya teman sebangkunya, Ananda Kaivaro.

Zela mengangguk, "I'm okay, Kai." Ananda Kaivaro atau yang sering dipanggil Kai mengelus lembut surai miliknya, "Cerita ke gue dulu ya Zel kalo ada apa-apa, biar gue ngerasa berguna buat jagain lo."

"Iya Kai, iya."

"Perpus or kantin?" tanya Kai.

Zela menggelengkan kepala, dia sedang malas untuk melakukan kegiatan apa pun. Pikirannya masih mengarah ke tadi pagi? Dan kalo dipikir-pikir, itu tadi anak baru gak sih?

"Kan ngelamun lagi," ujar Kai mengangkat dagu Zela.

Zela memalingkan wajahnya, "Udah sana ngantin cari pacar, ganteng-ganteng kok jomblo."

Kaivaro melebarkan senyumnya, "Kamu mau gak jadi pacar saya?"

"Kai..."

"Nah itu masalahnya," ucap Kai pura-pura ngambek.

"Apasih Kai sana pergi." Zela berbicara sambil melotot, Kai langsung tertawa lepas saat sudah berhasil menggoda Zela. Setelah itu dia pergi menuju kantin.

"Bikin tambah ngerasa bersalah aja," gumam Zela saat menelungkupkan wajahnya di meja.

Tanpa Zela tahu diam-diam setelah keluar kelas Kai tersenyum miris pada dirinya sendiri karena bersikap bodoh, namun satu hal yang Kai yakini bahwa perasaannya untuk Zela tidaklah main-main.

TBC

Friendzone semakin di depan:)

Perkenalan dulu sama tokohnya hshshs.

Sebenernya cerita ini udah lama di draft dan sempet juga di upp, tapi karena gak percaya diri akhirnya aku hapus.

Karena gabut aku tulis ulang dan benerin jalan ceritanya. Aku gak tau cerita ini bakalan tamat apa engga, hahaha. Tapi, aku mau menyelesaikan apa yang udah aku mulai.

Maafin kalo ada kesalahan kata maupun kalimat ya, aku di sini masih belajar juga.

Daaa

nana







ELRANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang