Sejarah peradaban manusia tentu tak luput dari perang dan penindasan itu sendiri,
semakin pesatnya industri dan kapitalisasi pada abad modern paska revolusi prancis dimana peran serta perempuan begitu banyak terlibat dalam kemajuan
peradaban manusia. kisah inferioritas perempuan bermula bahkan jauh sebelum era revolusi prancis, pada abad ke 4 Masehi perempuan ditempatkan sebagai mahluk yang irrasional. perempuan yang sudah menikah harus tunduk pada suaminya, hukum positif di athena pada abad ke 4 Masehi mengijinkan seorang suami untuk
memperlakukan istrinya sebagai budak, bahkan jika sang istri ketauan selingkuh,
sang suami berhak membunuhnya.
Lelaki selalu menganggap perempuan sebagai mahluk yang tidak pernah
menggunakan nalar berpikirnya, mereka selalu berkeyakinan jika perempuan hanya
mengandalkan intuisi atau perasaan nya saja. bahkan pada abad kegelapan ( Pra-renaissance) perempuan di tuduh sebagai jelmaan iblis, pada masa inilah perempuan yang mencoba keluar dari strukturalisasi yang dibuat laki laki banyak dituduh
sebagai Penyihir.
Gelombang pertama terjadinya pembodohan perempuan dicatat dalam sejarah terjadi pada abad 18 Masehi lalu, sedangkan pada abad 19 Masehi para perempuan mulai sadar akan hak hak nya sebagai manusia, hal ini ditandakan dengan banyaknya gagasan atau pemikiran dan aliran aliran pada feminisme.
Feminisme dilatari atas terjadinya ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan dalam tatanan masyarakat hingga timbul kesadaran dan upaya untuk menghilangkan ketimpangan tersebut.
Pada realitasnya feminisme sendiri sering disalah artikan yang hanya melulu tentang gerakan gerakan emansipasi kaum perempuan. Emansipasi adalah sebagian
kecil gerakan perempuan yang hanya berfokus pada kegiatan kegiatan sosial
politik saja.
Mary Wollstoncraft ( Turner, 2012 hal. 337 ) perintis gerakan feminisme inggris pada abad 19 dalam karyanya yang berjudul " A Vindication of the right of woman "
( Perlindungan hak hak perempuan ) mengemukakan bahwa perempuan khusunya dari kalangan menengah merupakan kelas tertindas yang harus bangkit dari belenggu rumah tangga. Dalam masyarakat patriarkal, perempuan dimasukan dalam kubu rumah yang terbatas pada lingkungan dan kehidupan luar rumah. Sedangkan laki - laki menguasai kubu umum, yaitu kehidupan dan lingkungan luar rumah. Perempuan seringkali berada pada posisi keterikatan dan kekangan. ketidak - merdekaan perempuan dalam mendapatkan hak - hak dan tanggung jawabnya sendiri sebagai manusia, dan merupakan bukan sesuatu yang alamiah sebagaimana lazimnya diyakini oleh banyak budaya dibelahan dunia.
( Foucault, 2017 hal .237 - 249 ).
Feminisme, dalam kamus besar bahasa indonesia
( KBBI ) diartikan sebagai gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya atas kaum
pria, yang merupakan gabungan berbagai doktrin atas hak kesetaraan.
Jika dicermati baik baik sepanjang abad-19 dimana gelombang pertama pergerakan perempuan di inggris hingga pada abad ke-20, ada dua corak atau semacam "kultur" dalam feminisme, yang pertama adalah para pemikir yang mengembangkan wacana nya di inggris dan amerika seperti "J.S Mill, George Elliot dan Elisabeth Gaskell". wacana yang diusung adalah bagaimana pentingnya pendidikan tinggi dan profesionalitas perempuan disamping harus memperjuangkan hak hak politiknya sebagai gerakan perubahan secara holistis perempuan pada tatanan sosial.
kelompok kedua dipopuleri oleh" Karl Marx dan Engels" yang menyepakati jika pentingnya hubungan antar struktur masyarakat dan
pembagian peran kerja berdasarkan jenis kelamin. dalam masyarakat sosialis emansipasi perempuan selalu dipertimbangkan pada aspek kebutuhan akan peran mereka pada ranah kerja publik di sektor industri. Akan tetapi diantara
keduanya memiliki kemiripan atau benang merah sendiri yaitu jika antara laki - laki dan perempuan yang dalam Term mereka adalah Female dan Male, Maskulin dan Feminim sebagai hal yang melekat pada jenis kelamin memiliki perbedaan mutlak antara keduanya dan akan terus dipertahankan dalam kehidupan dan tata masyarakatnya.
Masih pada abad 19, Sigmund Freud memberi sudut pandang yang berbeda, Menurut Freud Yang terpenting adalah memberikan satu bagian yang paling krusial bagi perempuan didalam hubungan hubungan sosialnya. baik secara material maupun simbolik yang dengan itu kemudian didapatkan identitas seksual.
Lalu pada sekitar abad 20 an muncul Simone De Beaviour yang dijadikan icon ke dua pergerakan feminisme dengan The second sex nya yang terbit pada tahun 1949an.
Disini kita tidak akan mengulas secara keseluruhan perihal sejarah dan gerakan Feminisme itu sendiri. pada abad paska modern ini khususnya di indonesia, pergerakan - pergerakan perempuan guna mendapatkan hak utuhnya sebagai manusia atau Feminisme, bukanlah perkara mudah seiring perjalanan gejolak Feminisme sendiri selalu berbenturan
dengan kelompok kelompok konservatis. dan tentunya ini melanggengkan budaya
patriarkal di nusantara.
*****
Pustaka
John Stuart Mill, 2005, On liberty, Terjemahan Alex Lanur,Jakarta : Yayasan Obor IndonesiaMarx and Engels, 1984, The origins of the family, Private property and the state, London : PenguinMichel Foucault, 2014, Power knowledge, Wacana kuasa pengetahuan,Terjemahan Yudi Santosa, Yogyakarta : Narasi dan pustaka PromotheaKamus Besar Bahasa Indonesia.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
PEREMPUAN DALAM LINGKAR FEODALISME
RandomArtikel ini diambil dari jurnal literasi trotoar, untuk rilis fisik maupun PDF bisa DM kita di : Instagram : @literasitrotoar Twitter : @literasiliar Email : literasitrotoar@protonmail.com