"Kal gila lo. Edan. Sumpah ra waras."
Sempat ingin memaki, tapi rasanya malas sekali. Meskipun Esa sama sekali tidak membantu dan hanya menyerapahiku daritadi, mengataiku gila, goblok, nggak waras, dan bla bla bla lainnya karena oke, iya, aku memang sudah nggak punya akal. Karena apa yang bisa dilakuin dua orang laki-laki bodoh ketika menghadapi bayi umur sebulan yang haus dan kelaparan disaat yang bersamaan?
"Kal! Umurnya baru 42 hari, anjir ya! Bahkan kucing aja masih nyusu sama emaknya! Yakali-"
"Eh kampret! Lo bisa diem nggak?!"
Mulutnya yang dari tadi hanya bisa berkicau akhirnya mingkem juga.
Mengabaikan Yven yang masih mengoek keras, aku menolehkan kepalaku, menarik napas. "Pertama, gue nggak punya susu--maksudnya asi. Kedua, gue masih kakak lo ya, njing. Panggil gue Mas!" aku menghertak.
"Ya jangan dikasih air gula juga, njir!"
"Terus gue harus gimana, nyet?! Mau gue kasih susu punya gue juga nggak bakal keluar, kampret lo."
Esa menggerutu, menyeruak poni rambutnya yang lurus ke belakang.
"Lo tuh ya, bego banget, heran gue."
Sialan.
Lalu dia berjalan ke arah meja konsol, mengambil ponsel---tunggu. "Sa, lo jangan macem-macem!"
"Halo."
Sialan.
Adek laknat.
"Kirain dah mati lo Mbak." bola matanya berputar, sambil menoleh ke arahku. "Nih, gue speaker ya. Dengerin nih anak lo nangis kelaperan gini."
Sialan.
"Emang yang tadi udah habis?"
"Eming ying tidi idih hibis?" dia menirukan suara di telepon dengan lagat dramatis. "Yo mbok pikir wae piye, su?!"
Aku melotot, sumpah.
Menghindari percakapan semakin memanas, aku mengambil paksa ponsel ku, mematikan fitur loudspeaker dan mendekatkannya ke telinga.
"Ya kamu kira pumping segampang itu apa?!"
"Nadi...ini aku."
Jeda sebentar.
"Oke, maaf. Tapi Yven emang laper, daritadi nangis terus. Dia butuh asi. Yang tadi pagi dari kamu udah habis karena cuman sedikit."
"Punya gue sakit semua kena alat pumping terus tiap pagi, nggak kuat lagi gue Kal. Sakit."
Mendadak kepalaku pening.
"Cari ibu asi ajadeh ya. Atau kalo mau beli di sekitaran Jogja juga banyak yang jual online."
"Dia anak kamu."
Jeda lagi.
"Lo nggak ngerasain."
"Iya, aku emang nggak ngerasain gimana sakitnya pumping asi. Tapi aku lebih sakit lihat dia nangis gitu karena lapar. Kamu ibunya, Nad."
"Lo emang brengsek banget ya Kal."
"Nadi please."
"Gue sibuk, kasian partner gue manggang roti sendirian di toko. Dah, gue kerja dulu Kal. Sori."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ GOT7 Fan Fiction ] CAPILLARIS
General FictionGOT7 fanfic 💚 [Ini tentang Kala dan Nadi, yang dipertemukan dan dipisahkan oleh semesta dengan begitu kejam. Ini tentang Vena, yang tumbuh dewasa tanpa mengenal sosok siapa ibunya.] She was my destiny. But time won't give me a chance." -Kala Capill...