Trente-six

11.1K 1.1K 93
                                    

Harry POV 

Begitu mendengar suara mobil Ansel berderu, aku segera bersiap untuk membuntuti mereka. Diam-diam aku telah memasang pelacak pada mobil Si Keparat Ansel itu__Hanya untuk berjaga-jaga saja sebenarnya. Siapa tahu dia akan bertindak jahat kepadaku kan?  

Turun ke bawah, kutemukan segelas susu di atas meja makan. Ternyata gadis itu benar-benar membuatkanku segelas susu, manis sekali dia. Kuteguk perlahan susu itu, harus kuakui Blue memang gadis luar biasa. Bahkan dia tak bisa membuatkanku susu dengan rasa yang wajar. Coba tebak apa yang kurasa? Hambar kurasa? 

Aku bersumpah jika Ia menjadi kekasihku, dan dia tinggal serumah bersamaku, aku takkan membiarkan dia memasak. 

Segera aku masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mobil. GPS dalam mobilku menunjukkan mereka di Opera Sydney. Ansel mengajaknya kesana?! Sialan! Harusnya aku yang pertama kali mengajaknya kesana. Aku tahu Blue begitu ingin kesana sejak pertama kali Ia menginjakkan kaki di Australia. 

Ketika aku tiba disana, suasana riuh tepuk tangan dapat kudengar samar-samar. Operanya mungkin saja baru dimulai atau bahkan telah usai. Aku tidak terlalu memperhatikan jam tayang mereka disini. Aku sudah jarang sekali kemari sejak aku dan Emma--mantan kekasihku yang tergila-gila pada opera, putus.  

Kira-kira sudah hampir setengah jam aku duduk didalam mobilku seperti orang dungu yang tak harus melakukan apa. Sialan karna aku begitu ingin masuk kesana untuk menghajar Ansel sampai mati, sayang aku tak bisa melakukan hal keji itu karna dia saudara sepupuku. Keparat!  

Pun aku keluar dari mobil berjalan keluar dari parkiran menuju gedung utama.  

"Bisakah aku membeli satu tiket untuk masuk ke dalam? Aku meninggalkan tiketku di rumah saat menuju kemari" Kataku pada salah satu penjaga yang berjaga didepan pintu ruang utama pertunjukkan.  

Dia menatapku sedikit bingung. "Anda yakin Tuan ingin masuk ke dalam? Pertunjukkan sudah dimulai sejak tadi. Tiket yang Tuan bayarkan tidak akan senilai dengan sisa pertunjukkan" 

"Tak apa. Aku menyukai opera disini. Aku akan sangat kecewa sekali jika melewatkannya" Jawabku berusaha meyakinkannya. 

Kemudian lelaki paruh baya itu menghampiri salah satu rekannya dan berbisik pelan.Entah apa yang mereka bicarakan namun rekannya mengangguk setuju dan menghilang dibalik konter. 

"Tuan, kami sedang mengusahakannya. Silahkan menunggu sebentar untuk informasi lebih lanjut" 

Menunggu kau bilang? Sialan. Jika ini bukan karna gadis yang bernama Blunada itu aku tidak akan melakukan hal menyebalkan itu. 

Aku hanya bisa menunggu. Menunggu. Menunggu. Sudah lewat lima belas menit aku menunggu namun tak kunjung pria itu memberiku titik terang.  

"Tuan, kami sudah mencarikan tempat duduk untuk Anda"  

Akhirnya. 

Aku berjalan masuk sebelum memberi orang itu beberapa lembar uang. Mengambil tempat duduk yang entah dekat atau jauh dengan Blue dan menikmati pertunjukkan musik klasik yang kukira opera. Aku tak begitu menyukai musik klasik karna hanya membuatku mengantuk.  

Mataku terus mencari dimana Blue berada tapi aku tak mendapati dirinya dimana pun sampai pertunjukkan berakhir. 

Siapa sangka aku malah bertemunya dihalaman luar gedung ini bersama Si Keparat Ansel sembari menikmati lautan? 

... 

Edward memarkirkan mobilnya di depan salah satu rumah sederhana dengan taman bunga yang tidak terawat menghiasi. Cat rumah yang telah usang itu menggambarkan jelas bahwa rumah ini sudah tak pernah ditempati.  

"Aku akan pergi membeli bir, kau masuk saja ke dalam dulu dan beristirahatlah" Ucap Edward seraya memberikan kunci rumah itu pada Ellena. 

Gadis itu mengangguk sekali. Walau begitu Ellena masih setia menunggu di depan rumah sampai mobil Edward menghilang di pertigaan.  

Gagang pintu rumah itu terlihat berdebu dan sedikit susah ditarik, mungkin karna rumah ini adalah rumah lama sehingga barang-barangnya sudah tak begitu baik.  

Aroma debu.  

Itu yang Ellena cium pertama kali ketika Ia berhasil membuka pintu. Disana sini hanya ada kain putih yang sudah usang menutupi perabot rumah. Sarang laba-laba juga tak kalah menghiasi rumah ini.  

Ellena membuka tirai tipis yang menghalangi jendela utama di ruang tamu. Cahaya yang masuk langsung menyilaukannya. Ia mulai membuka satu persatu kain putih yang menutupi sofa dan kursi di ruang tamu. Kemudian di ruang tengah.  

Dengan cekatan Ia melakukan beres-beres. Ia memang gadis rajin. 

"Ellena?" Suara Edward kemudian terdengar dari depan rumah. Ellena yang berada diruang tengah lalu menghampiri kekasihnya itu. "Apa yang kau lakukan, sayang? Aku hanya memintamu untuk istirahat dan kau malah membereskan seisi rumah jelek ini" 

Pria ikal itu kemudian menempelkan tangannya pada pinggang kekasihnya. Tak bisa menghilangkan senyum bangganya pada gadis dihadapannya itu. 

"Aku hanya ingin membuat kita berdua nyaman untuk tinggal semetara di rumah ini" Ellena memasang senyum manisnya. "Kuharap kita bisa menghabiskan waktu di rumah ini lebih lama sebelum pergi lagi" 

"Tentu" Jawab Edward kemudian mencium ujung hidung Ellena. 

Edward kembali disadarkan sekarang. Akan semuanya. Akan cintanya kepada Ellena ketika melihat ketulusannya. Bagaimana selama beberapa hari ini Ia melupakan kekasih sesungguhnya? Ia dibutakan oleh cinta mesementaranya. Ia dibutakan oleh kesedihan kehilangan Sienna. 

"Akan menyenangkan jika kita membuat pesta kedatangan" Saran Ellena. 

Ed tersenyum kembali mengiyakan semua yang Ellena inginkan. "Kau ingin pesta seperti apa, huh? Pesta seperti kau bisa makan semua yang kau inginkan atau pesta romantis dengan musik atau pesta di ranjang?" 

"Edward!" Teriak Ellena malu. "Mengapa kau tak pernah berubah?" Ellena tertawa mengingat kejadian apapun yang berhubungan dengan ranjang.  

Rupanya Edward memiliki ketertarikan sendiri dengan ranjang. Ha-ha. 

"Apa? Aku hanya menyarankan" 

Ellena menepuk pipi lelaki dihadapannya. Menatap lurus menembus mata hijau miliknya. "Mungkin pesta romantis dengan iringan musik akan sangat bagus" 

"Tentu, sayang. Apapun" Pun Edward mencium bibir gadisnya itu. 

Heyy. Gue fast update lol, berhubung gue lagi mood. Oke, kali ini gue mau per chapter dengan satu cerita, kayak kemarin Blue, Ansel, sama Harry. Chapter ini campuran buat nyelesain yang kemarin . Jadi chaps besok tentang Ed sama Ellena yeayy!! Buat yang mikir, kenapa cerita ini biasa banget ga ada konfliknya. Gue bocorin sesuatu, konfliknya itu ada hubungannya sama Ansel, udah dibahas di chapter berapa gtu. Tapi gue yakin lo semua ga sadar. Pokoknya Harry sama Blue ga akan berakhir pacaran yha hahaha :') gue suka ini. Gue suka saat sad ending lol.  

Guys tell me about your opinion in twitter please with #TheTripletsWattpad. You can share a story, a song, your opini on the next chaps, or whatever you want. Lol 

Also follow me on twitter and ask.fm : rahmadyah99 or Soundcloud : Rahmaa 

Vomments yaaa

p.s : wattpad gue masih error harap maklum lololol

The Triplets // harry stylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang