1 : Dobro Pozhalovat v Moskve

2.2K 101 38
                                    

Gumpalan tipis lembut bagai kapas nan putih itu terus turun perlahan. Menempel pada aspal, rerumputan, tanah, atap-atap bangunan dan semua benda yang dihinggapi lalu mengubahnya menjadi serba putih. Jalan-jalan serta katedral-katedral itu disepuh salju. Taman-taman yang menjelma bak hamparan permadani serba putih.

Tidak ada tanda-tanda matahari akan menampakkan sinarnya. Angin dingin terus berembus perlahan menambah suhu udara semakin dingin membekukan apa saja yang dilewatinya, termasuk pohon-pohon bereozka di kanan kiri jalan sesekali bergoyang karena terhempas angin itu. Salju beterbangan dan melayang turun perlahan. Suhu minus empat belas derajat celcius.

Orang-orang menutupi seluruh tubuhnya dengan pakaian tebal serapat-rapatnya. Begitu juga dengan rumah-rumah dan gedung-gedung menutup pintu jendelanya rapat-rapat. Tidak boleh ada sedikit pun angin dingin yang masuk. Sebab mereka paham, membiarkan angin dingin itu masuk dan menjelajahi setiap sudut rumahnya kadangkala bisa menimbulkan kematian. Alat pemanas ruangan dinyalakan selama dua puluh empat jam tiada henti demi menghangatkan tubuh mereka.

Salju yang turun perlahan dan hawa dingin yang menggigit tulang itu sama sekali tidak menyurutkan semangat orang-orang yang berlalu lalang di sekitar Bandara Internasional Sheremetyevo. Terlihat dua taksi datang mendekat ke pelataran stasiun lalu menurunkan penumpang di dalamnya. Dengan gerakan secepat mungkin membayar ongkos kemudian masuk ke dalam bandara.

Beberapa marshrutka (bus mini) nampak menaikkan para penumpang yang baru saja keluar dari bandara. Tak ingin kalah dengan kendaraan yang mampu mengangkut beberapa orang sekaligus itu, para sopir taksi bandara yang sedari tadi menunggu kini dengan semangat menawarkan jasanya. Mereka merayu orang-orang yang baru saja keluar dari bandara dengan iming-iming bisa sampai tempat tujuan lebih cepat.

Salah satu hal yang menyebalkan di bandara adalah menunggu bagasi. Tak jarang beberapa kasus yang sering terjadi adalah barang-barang yang tersimpan di dalamnya mengalami masalah, tertinggal atau bahkan menghilang entah kemana. Apalagi jika perjalanan yang di tempuh untuk bisa sampai membutuhkan waktu lumayan lama. Beruntung semua koper yang di simpan di bagasi tak mengalami suatu masalah apa pun.

Perjalanan yang pria itu tempuh dari Cairo International Airport sampai Sheremetyevo International Airport kurang lebih menghabiskan waktu 14 jam lamanya termasuk dua kali transit di Amsterdam Airport Schiphol, Amerika dan Paris Charles de Gaulle Airport, Perancis.

"Vito!" Suara berat seorang lelaki dengan palto (mantel musim dingin khas Rusia) cokelat tua serta penutup kepala berwarna senada, datang mendekat. Keduanya saling berjabat tangan dan sedikit berpelukan singkat.

"Lo berhasil buat gue pankling, Vit! Gue bahkan hampir gak ngenalin lo tadi. Makin ganteng dan gagah ya sekarang," puji lelaki itu dengan menunjukkan deretan gigi putihnya yang rapi serta senyumnya yang manis. Seuntai senyum yang tampak biasa saja namun terlihat sangat pas pada raut wajahnya yang sedikit mirip oppa-oppa Korea.

Dipuji seperti itu justru membuat Vito sedikit tersenyum canggung. Ia tak tahu harus merespon bagaimana gurauan teman lamanya sejak di bangku SMA. Jadi ia hanya bisa berkomentar, "Halah. Bisa aja lo, Ran."

"Seriusan, Vit. Seinget gue dulu pas SMA badan lo kurus banget. Bahkan pernah dikasih sebutan kutilang 'kan?" Lelaki itu membiarkan dirinya bernostalgia saat zaman SMA sembari terus tertawa. Sedangkan Vito sendiri tetap konsisten pada sikapnya.

"Dan sekarang? Apa ini?" Lelaki itu kini beralih meraba rahang Vito yang lumayan ditumbuhi banyak bulu, "Apakah ini yang membuat mereka tertarik, hah?" tanyanya seraya mengerlingkan sebelah mata menggoda.

"Aldebaran Zahran, cukup. Nggak perlu lo terusin." Vito berusaha menepis telapak tangan Zahran dan sedikit memundurkan badannya menjauh.

Ia menyilangkan kedua lengan di depan dada sebagai pertanda bahwa dirinya sangat kedinginan, "Dingin banget, Ran. Kalo lo mau ngajak ngobrol, cari tempat yang aman dulu lah. Bisa mati kedinginan gue kalo begini caranya," ucapnya sedikit terbata karena deretan gigi yang saling bergemeletuk menahan hawa dingin tiada terkira.

HELP [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang