04. Empty Nite

961 167 9
                                    


"Aku tidak pernah keberatan menyerahkan seluruh diriku padamu."

♫ Terjemahan bebas dari: Back Number - Boku wa Kimi no Koto ga Suki Dakedo ♫

.

.

.

1952

"Off, badanku panas. Panas sekali. Kulitku perih. Rasanya seperti terkelupas."

Off merengkuh Gun erat. Hampir satu tahun setelah pertemuan pertama mereka di bibir pantai, dengan mulusnya takdir mendekap ikatan cinta yang mereka jalani. Hari-hari berlalu begitu mudah. Sangat mudah. Mereka bertemu setiap hari, lalu jatuh cinta dalam setiap pertemuan. Hanya itu saja.

Gun tidak ingat tentang kisah setengah abad yang lalu. Off merasa, ia tidak perlu mengingatkan. Yang Off butuhkan hanya Gun. Bukan kenangan buruk yang menghantuinya setiap malam.

Tidak ada yang terasa cukup janggal hingga Gun mendapat masa heat-nya yang pertama di usia 17 tahun. Sudah 5 malam Gun terus menerus mengeluh. Saat ia meminum tablet supressant, bukan mereda, namun justru keluhannya semakin banyak dan terdengar menyiksa. Dalam malam-malam panjang yang tidak bisa dilewati Gun dengan menutup mata, Off menemaninya, merengkuhnya, memberikan kehangatan, dan mengusap halus punggung dan pucuk kepala.

Pada malam kelima, ketika bulan bercahaya setengah lingkaran, Off memberanikan diri mengambil langkah. Off tidak ingin terus-terusan mendengar rintihan Gun yang turut menyakiti hatinya. Malam itu, di dalam kamar redup dengan jendela yang terbuka, di bawah hitam cakrawala dengan bulan setengah lingkaran yang mengintip di balik awan abu-abu, Off mencoba menjadikan Gun matenya.

"Aku ingat, Off. Aku mengingat kisah kita. Terima kasih sudah menungguku. Tolong tetap tunggu aku, ya?"

Dan kalimat itu adalah kalimat terakhir Gun setalah Off menggigit tengkuknya. Beberapa saat setelahnya, dengan senyum yang merekahkan lesung pipi di sudut kanan dan kiri, Gun menghembuskan nafas terakhir. Meninggalkan Off yang masih membeku dalam malam sendu.

Off membeku, bersama waktu yang kembali terasa hampa. Setelah ini, sampai 50 tahun ke depan, Off akan kembali menjadi Off yang tidak punya apa-apa.

***

2002

"Tubuh Gun menolak supressant." Dokter Puim berujar tenang di seberang meja ruangannya.

Ayah Gun menghela nafas, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Off, yang duduk di kursi sebelah ayah Gun, menatap antusias dengan raut khawatir yang tergambar jelas.

"Kami tidak tahu apa penyebabnya. Siklus heat-nya tidak bisa diprediksi. Gejala heat-nya juga berbeda. Gun cenderung lemas dan pingsan seperti orang anemia. Saat kami menyuntikkan supressant berdosis rendah, tubuhnya kejang. Kami tidak berani mengambil resiko dengan menambah dosis."

Ayah Gun memijat pelipis, mencoba menguarkan pening yang mulai terasa.

"Tahun lalu juga seperti ini."

Off menatap ayah Gun. "Jadi ini penyebab Gun cuti sekolah satu tahun?"

Ayah Gun mengangguk.

"Kami memprediksi satu cara, tuan Off."

Off terkesiap mendengar ucapan dokter Puim. "Kamu mengenaliku?"

"Ah, maaf tidak memperkenalkan diri. Saya seorang beta yang mengagumi kisah satu abad yang didongengkan setiap malam oleh ibu saya."

"Baiklah aku mengerti. Jangan memanggilku seperti itu lagi. Cukup beritahu aku cara menyembuhkan Gun."

Dokter Puim melirik hati-hati. Dalam satu tarikan nafas tenang, dokter Puim mengais keberanian yang melayang di udara.

"Laksanakan tugas anda sebagai seorang alpha."

Ayah Off menunduk, entah mengapa merasa malu mendengar ucapan dokter Puim. Dokter Puim menahan rasa malunya dan menggigit bibir, berusaha bersikap tenang layaknya seorang dokter.

Sedangkan Off, menatap meja yang menjadi tumpuan tangannya dengan tatapan sendu.

"Itu tidak akan berhasil."

Ayah Gun dan dokter Puim saling menatap tidak mengerti.

"Maksud anda?"

Off tersenyum pahit.

"Aku sudah pernah melakukannya 50 tahun yang lalu. Saat reinkarnasi pertama Gun kembali ditakdirkan untuk bertemu dan jatuh cinta padaku. Kutukan itu, kutukan sialan itu, mengutukku untuk hidup 100 tahun dalam penderitaan dan mengutuk Gun untuk dilahirkan setiap 50 tahun sekali, lalu jiwanya kembali pergi sesaat setelah kami melakukan hal itu."

Nada pedih menguar dan bersemai di udara, melayang-layang dan mengendap menjadi buih di pelupuk mata. Ayah Gun dan dokter Puim menatap miris. Bagaimana bisa dua orang yang 'hanya' jatuh cinta dihukum sampai sedemikian perih?

"Maafkan saya." Dokter Puim menunduk, mengusap satu titik hangat di ujung mata.

"Tidak apa-apa, dokter. Aku lebih memilih mengambil resiko yang satunya. Aku akan coba meminta Gun meminum supressant dengan dosis lebih tinggi."

"Tapi Gun tidak bisa minum pil."

Off tersenyum. "Aku tahu ayah. Aku punya cara. Dokter Puim punya supressant berbentuk sirup?"

Dokter Puim mengangguk. "Akan saya siapkan."

"Oke, malam ini aku akan menemui Gun."

***

"Nak Off."

Off membalik badan, membelakangi pintu kamar inap Gun yang hendak ia masuki.

"Aku merestui kalian."

Off menautkan alis.

"Ayah? Aku tidak mengerti. Ayah sudah mengatakannya tadi siang."

Ayah Gun menunduk, menatap sebotol sirup supressant yang Off genggam.

"Gun bukan milikku. Dia milikmu, Off." Ayah Gun menyunggingkan sebuah senyum. "Kamu boleh membawanya pergi. Aku merestui kalian."

Mata sipit Off membulat, ada raut sedih yang berusaha ayah Gun tahan, namun terdengar jelas di telinga Off. Off mengangguk pelan, merekahkan senyum tulus terindah.

"Terima kasih, ayah."


_____________________________

Scar Mate [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang