"Jangan sampai ada jejak, semuanya harus bersih bahkan jauh lebih bersih dibanding saat hari pertama kita ke sini," ujar Juan di tengah ruangan, sembari memperhatiakn bertigabelas yang sibuk membersihkan setiap sudut Adipati.
"YES CHEF!" teriak Hoshi. Kepalanya langsung ditempeleng Joy, "lo kira kita lagi ikut Master Chef?"
"Si Rama mana sih? Tadi katanya perasaan gue suruh dia bersihin debu di ventilasi kamar," tengok Yerin ke sekitar Adipati.
Joy yang mendengarnya menghela nafas, "dia ada di luar noh, bantuin Arin nyapu."
"Kok? kan tadi dia kebagian di dalem?" tanya Yerin. Joy mengendikan bahunya, "apa yang lo harepin dari cowok bucin satu itu?"
Cowok bucin yang dibicarakan Joy dan Yerin sendiri, tengah asyik menyapu halaman samping dengan senandung nyanyian kecil Arin.
"Little little twinke star~ How I wonder what you are~ Up Above the world so high~ Like a diamond in the sky~"
Kedua sudut bibir Rama terangkat seiring nyanyian Arin yang tampak riang menjadikan sapunya sebagai mic.
"Kak! Liat! Ada undur – undur!" tunjuk Arin tiba – tiba, berjongkok ke bawah panggung.
Rama mengikuti Arin untuk berjongkok di sana, ikut memperhatikan undur – undur yang tengah membangun rumah.
"Lucu banget," ujar Arin masih betah memperhatikan.
"Anak – anak temennya Lino, Rendy sama Hoshi, kemaren pada berburu undur – undur."
Arin menoleh menatap Rama yang hanya berjarak satu jengkal darinya. "Buat apa?"
"Katanya sih bisa dijual, terus jadi obat."
"Kalo gitu, nanti aku kasih tahu Kak Lino, biar bisa nangkep undur – undurnya bareng anak – anak dusun."
"Eh, apa aku tangkap aja sekarang ya terus kasih ke mereka?" bingung Arin.
"Emang kamu tahu cara nangkepnya?" tanya Rama. Arin langsung menggeleng, "enggak sih."
Arin menggeleng dengan polos, kedua matanya bulat dan berbinar, bibirnya sedikit mengerucut memperhatikan undur – undur yang bergerak ke sana – ke mari.
Hal itu membuat Rama secara naluriah, bahkan tidak sadar, mengangkat tangannya, dan meletakannya di pucuk kepala Arin, membelainya lembut. Tersenyum sendiri seperti di dalam mimpi.
Sampai Arin yang tadi asyik memperhatikan undur – undur, mengerjapkan mata terkejut ketika merasakan tangan Rama ada di atas kepalanya dan membelainya.
Dengan kaku, Arin menoleh. Sementara tangan Rama masih ada di atas kepala Arin.
Keduanya terdiam begitu saling menatap, Rama yang sadar atas apa yang tangannya lakukan segera terhenti geraknya.
Tak ada yang bergerak atau berkedip saat itu. Tangan Rama masih ada di atas kepala Arin kaku, dan Arin asih diam menatap Rama.
Mereka berjongkok di sisi bawah rumah panggung, selama kurang lebih lima detik dengan posisi seperti itu. Sebenarnya sebentar, tapi entah kenapa tiba – tiba terasa begitu lambat.
"Ma—maaf, abis lo... lucu," aku Rama lalu perlahan menurunkan tangannya.
Rama berdehem canggung lalu dengan segera bangkit dari jongkoknya. Meninggalkan Arin yang refleks menangkup kedua pipinya yang terasa panas.
"Kenapa di sini pengap?" tutur Arin lalu ikut keluar.
Begitu gadis itu keluar, Rama sudah entah ada di mana. Sapunya ditinggalkan begitu saja. Membuat Arin akhirnya harus menyelesaikan sisa pekerjaan seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [OPEN PO check IG allyoori]
General Fiction[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tinggi berbeda, untuk hidup bersama selama 47 hari kedepan dalam sebuah rumah yang terletak di dusun terp...