Hari ini berlalu dengan cepat. Aku memaksa otakku bekerja lebih cepat. Hatiku menggebu ingin bertemu dengannya. Manusia yang memiliki senyum paling teduh di mataku. Setelah membereskan seluruh soal kuis hari ini. Segera memasukan seluruh barang ke dalam tas. Berlalu sambil mengumpulkan lembar jawaban yang kupikirkan empat puluh lima menit lamanya.
Sekilas kulihat Bila memintaku untuk terus disampingnya. Sekedar memberi tenang dan sedikit bantuan untuk menjawab soal di hadapannya. Aku tersenyum canggung sebagai permintaan maaf. Janjiku selepas ini harus dimenangkan. "Maaf Bil." Ucapku tanpa suara.
Kakiku dengan penuh sadar segera menuju parkiran,mengendarai satu-satunya kendaraan yang kupunya. Mengarahkannya ke sebuah petak kecil di ujung jalan. Sebuah tempat yang sedari dulu selalu ku kunjungi selepas sekolah hingga kini. Namun hari ini aku mengunjunginya dengan alasan lain. Selain melepas penat pada kumpulan fiksi-fiksi.
Menyapa seorang akrab dibalik layar birunya. Memasuki ruang baca merangkap kafe belajar sederhana ini. Di ujung sana tepat di samping jendela. Alasanku datang dengan binar. Dirga duduk disana sambil melambai menyambut kedatanganku.
"Udah lama?" tanyaku.
"Baru aja kok, duduk. "
Aku menarik bangku dihadapannya. Menuruti permintaannya untuk duduk. Kami memesan dua potong roti dan dua gelas kopi. Saling diam sampai Dirga berdehem sengaja. Aku reflek mendongak namun urung mengeluarkan suara. Menghentikan aktifitas kami. Dirga mulai menatapku pertanda ia ingin membuka suara.
"Udah liat post igku?" tanyanya santai.
"Belum, ada apa?Jangan bilang kamu mau tour lagi?" aku mulai gusar segera membuka layar hitam disampingku.
Tapi bukan sebuah poster tour atau agenda band yang kudapat. Lima ratus tanda suka itu bertajuk sebuah gambar diri. Sesuatu yang tidak pernah kusangka. Bahkan beberapa kali aku mengingatkannya untuk tidak mengunggahnya. Fotoku dan segala yang berhubungan denganku.
"Sudah?Kamu marah?" ucapnya pelan memastikan satu persatu kata dari mulutnya tak melukaiku.
"Ini akun milikimu Ga dan aku ga punya hak sedikitpun." aku menyesap kopi di hadapan berusaha sekali lagi untuk tenang.
"Tapi kamu pernah bilang—"
"Kamu mau tahu alasannya?" potongku cepat.
Dirga mengangguk pasti. Menjauhkan piring yang sudah tandas ke samping.
"Aku ga nyaman kalo hubungan ini jadi konsumsi banyak orang Ga, aku punya porsi buat setiap hal yang boleh dan tidak boleh. Aku nggak mau memperumit ini. Tapi kamu sepenuhnya sadarkan mengunggah foto kita?"
Dirga kembali mengangguk. Lalu cepat mengeluarkan kotak hitam dari sakunya. Terburu entah apa dan melakukan apa.
"Sudah kuhapus. Maaf kalo bikin kamu ngga nyaman." terangnya sambil memperlihatkan layar putih itu. Tidak lupa menyelipkan senyumannya.
"Makasih, kamu juga ngga nyaman ya Ga, sama hal ini?"
"Soal apa?" aku menghembus nafas, mempersiapkan kata yang mungkin saja memulai adu mulut diantara kami.
"Aku mungkin?" jawabku ragu.
"No—, aku minta maaf kalau apa yang aku lakuin seringkali bikin kamu ngga nyaman. Tapi aku sudah sangat bersyukur punya kamu. Aku ceroboh karena terpancing tadi, maaf ya."
"Iya. "
"Tadi anak- anak mancing aku, bilang kalau aku ngga mau ngakuin kamu jadi pacarku. Dan aku kira dengan post foto kamu masalah-masalah itu bakal selesai." terangnya sambil berusaha meraih tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Besok
Teen FictionAku terus diam,tidak tahu juga seharusnya melakukan apa.Dibalik wajah tenangku,aku mulai memikirkan lagi.Hal-hal yang membuatku masih saja kurang cukup untuknya. Dirga dengan wajah frustasinya,menahan lenganku tanpa malu ditengah koridor penuh manus...