Apa yang Dirga khawatirkan sepertinya tidak terjadi. Aku menghembus lega saat kelas berakhir. Menyeret Bila menuju kantin. Dan membungkam mulutnya yang berisik menagih janjiku tadi pagi. Bila sepertinya tahu rekam gambar yang sudah Dirga hapus. Lagipula siapa yang tidak tahu Dirga dikalangan penggemarnya sendiri. Bila adalah salah satu penggemar Ruam.
"Cepet ceritain Sa,gimana bisa kalian pacaran tapi gaada yang tahu?Ketemu dimana?" Bila membombardirku dengan keingintahuannya.
"Satu-satu kali Bil, pertama aku pesen makan dulu."
Setelah tandas makanan kami Bila menatapku tajam. Keingintahuannya sudah di ujung kepala sepertinya.
"Jadi gimana?"
"Temen sesekolah Bil,"
"Sekelas?" cecarnya tanpa ampun.
"Beda jurusan kok, kamu heran ya?Kenapa Dirga mau sama aku?" krisis percaya diri milikku mengambil alih.
"Hah?Engga Sa." Bila tergagap menjawabku.
"Sudah cukup pertanyaannya?"
"Udah berapa lama?"
"Hampir dua tahun mungkin?"
Sore itu aku tahu kalau mungkin seluruh penggemar Dirga juga ragu. Kenapa harus aku yang jadi kekasihnya. Aku pun sadar diri. Memilih menundukan diri selepas ini. Meninggalkan suara sumbang dibelakangku dengan langkah terburu. Enggan mengoyak hatiku lagi.
"Kalian semua meremehkan Angkasa, membutakan mata kalian sendiri. Kalau memang faktanya Dirga sering masuk radar mata kalian. Tapi kalian menganggap remeh Asa sampai kalian buta kalau semua orang punya peluang yang sama untuk menjadi pendamping Dirga."
Semua orang di tempat itu bungkam. Lukman dengan amarah yang menguasainya memang mengerikan.
"Lukman, aku mau pulang." Aku berjalan cepat membelah kerumunan manusia itu. Aku tidak ingin menjadi objek pindai mereka. Menjadi buah bibir hanya karena masalah sepele ini.
Lukman mengikuti langkahku. Memanggil namaku. Menyerukan nama lengkapku. Bentuk upayanya menghentikan langkah kakiku. Tapi aku tak bergeming. Memilih membawa motor membelah jalan aspal yang tandus. Berbanding terbalik dengan langit yang berawan abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Besok
Teen FictionAku terus diam,tidak tahu juga seharusnya melakukan apa.Dibalik wajah tenangku,aku mulai memikirkan lagi.Hal-hal yang membuatku masih saja kurang cukup untuknya. Dirga dengan wajah frustasinya,menahan lenganku tanpa malu ditengah koridor penuh manus...