"Kamu maunya gimana sih biar kamu tuh mau nglakuin itu sama aku?!"
"Putusin Alena." Kataku. Aku terdiam setelah menjawab pertanyaan Adit. Kenapa lidahku jadi kebas begini? Dan kenapa aku seberani itu meminta Adit memutuskan Alena?
Adit hanya menatapku tanpa memberikan jawaban apa pun.
"Kalau kamu nggak bisa mutusin Alena, jangan berharap aku bakal ngasih apa yang kamu mau, Dit." Aku berdiri dan sesegera mungkin meninggalkan Adit.
Kenapa aku meminta sesuatu yang nggak bisa Adit wujudin. Aku menarik napas perlahan. Membaringkan tubuh di atas ranjang, menarik selimut. Kemudian memejamkan mata.
***
"Kemping?" Mataku melebar saat Ansell mengajak kami kemping.
"Ide yang bagus, Sell." Rara setuju dengan wajahnya yang secerah sinar matahari pagi.
"Sabtu-minggu besok kan kita free. Gimana kalau kita ajak Arka juga." Ide Lanna boleh juga.
"Kalau ada Arka tendanya jangan satu ya." Kataku, agak ngeri juga kalau ada dua pria dan tiga wanita dalam satu tenda.
Rara nyengir lebar. "Kenapa sih, Nik, kamu parno banget. Pak Arka nggak bakalan ngapa-ngapain kamu. Malah aku takut Pak Arka yang diapa-apain sama Ansell."
Ansell seketika melotot pada Rara. "Ra, aku ini pejantan ya, agak kemayu dikit nggak apa kan."
Lalu kami semua cekikikan kecuali Ansell.
Telepon di mejaku berdering. Aku mengangkatnya dan suara Adit menyuruhku segera ke ruangannya. Dia juga meminta Ansell ke ruangannya.
Sesampainya di ruangan Adit, aku menutup pintu ruangannya. Ansell duduk di hadapan Adit sembari menyerahkan berkas laporan.
"Pak Adit sabtu-minggu besok Pak Adit mau ngabisin waktu sama Alena ya?" Tanya Ansell.
Adit melirikku sebentar seakan ingin melihat ekspresi wajahku sebelum menjawab pertanyaan Ansell. "Ya." Jawabnya kembali menatap berkas laporan dari Ansell.
"Pak, saya, Arunika, Lanna, Rara dan Pak Arka mau kemping. Sayang banget Pak Adit nggak bisa ikut." Ansell ini apa-apaan sih, ngomong ke Arka aja belum.
Ekspresi wajah Adit berubah lebih serius. "Kemping?" tanyanya lalu matanya tertuju padaku.
"Iya. Kami mau ngabisin waktu di tempat yang damai dan tenang."
"Arka juga ikut?" Matanya menatapku. Aku memilih nggak menjawab apa-apa.
"Iya, Pak." seru Ansell percaya diri. "Pak Arka pasti mau kalau ada Arunika." Lanjutnya yang membuatku terkejut dengan pernyataannya. Apa-apaan sih Ansell ini? Arka emang baik tapi bukan berarti dia mau-mau aja kalau ada aku ntar nyebur ke sumur juga mau selama ada aku.
Adit terdiam sebentar.
"Pak Adit ikut aja. Biar rame, Pak. nanti tendanya ada dua. Khusus cewek dan cowok. Tapi, kalau Pak Adit nggak ikut tendanya cuma satu. Nggak papa deh campur cuma ada aku dan Pak Arka ini."
"Apa?" Adit tampak syok mendengar penjelasan Ansell.
"Iya, Pak. Pokoknya nih ya, kalau ada Pak Arka di sampingnya itu harus Arunika. Bahaya kalau Lanna atau Rara. Pak Arka bisa digrep-grep." Tangan Ansell memperagakan gerakan meremas di depan Adit dengan ekspresi dramatis.
"Arka tidur di samping Arunika?"
"Iya, Pak. Kalau Pak Arka di samping Arunika aman."
Adit melirikku dengan tatapan mata agak khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life With The Boss (END✓)
Romansa"Tolong ya, Pak, saya tidak mau disentuh barang seinchi pun." Itu adalah kalimat pertama yang meluncur dari kedua daun bibirku setelah kami sah menjadi pasangan suami-istri. Tidak ada pesta mewah. Hanya dihadiri orang-orang terdekat. Bahkan aku tida...