Narasi Nomor Satu

739 88 10
                                    

Percaya ga percaya cerita ini ada plotnya (walau lom selese HAHA)

***

Matahari bersinar terik siang itu.

Panasnya menggempur bumi habis-habisan, membawa serta rasa malas dalam tiap hamparannya. Burung-burung bahkan lelah berkicau, kucing liar pun memilih untuk berdiam diri di bawah naungan bayang-bayang. Hampir semua orang memakai topi atau kacamata hitam—beberapa payung kain. Hanya orang gila saja yang rela terbakar hingga gosong di bawah sengat baskara.

Ya, orang gila itu bernama Shang Qinghua.

Bukan karena keinginan ataupun asa, hanya sebuah suruhan dari kawan-kawan sataniah di rumah sewaan bersama. Mereka memaksa Shang Qinghua pergi setelah undian yang sangat jelas dicurangi (ia tahu itu perbuatan Shen Yuan. Dia hafal tabiat anak itu. Lihat saja besok, Shang Qinghua bertekad membalas) hingga pada akhirnya kedelapan manusia kepanasan dalam kos menitipkan sejumlah uang padanya untuk beli minuman.

Pendingin ruangan sedang rusak, Pak Mei Nianqing malas panggil tukang (kabar angin bilang—Nie Huaisang si tukang gosip—dia lagi sibuk pacaran sama rektor Kampus Xian Le). Dasar bapak kos tanpa tanggung jawab properti, umpat Shang Qinghua berkali-kali.

Punggung kakinya panas, sandal murah sembilan ribuannya terasa melekat di atas blok aspal. Minimarket tidak jauh, memang, tapi di tengah suhu begini, bahkan jarak sepuluh kaki saja seakan membentangi lima negara.

Setelah perjalanan panjang penuh penyiksaan sang surya dari puncak langit sana, Shang Qinghua akhirnya dapat menikmati kenikmatan semu sesaat dari pendingin minimarket. Keringat yang menempel di balik kaus terasa sejuk, tapi itu sejuk yang menyegarkan, tanpa sadar ia tertawa bahagia sampai kasirnya hampir memanggil rumah sakit jiwa.

Ada gemericing koin saling beradu di dalam kantungnya, uang-uang yang temannya titipkan. Awalnya dia ingin korupsi lima ribu atau sepuluh ribu, tapi Jiang Cheng mengancam. Jujur, pemuda itu dan sarung legendarisnya, Zidian, sangat menyeramkan. Seringkali Shang Qinghua dengar sabetan dari kamar Wei Ying kalau anak itu pulang kemalaman, besok paginya ia turun dengan merah-merah malang melintangi kaki dan lengan—itu adalah hasil libasan Sang Sarung Petir Zidian.

Yah, Shang Qinghua pikir tidak apa-apa tidak bisa korupsi, dia tetap dapat minum dingin.

Ia mengambil sembilan buah minum dari kulkas, memasukkannya dalam keranjang, hati-hati tidak melibatkan kopi hitam dan mengambil teh susu (karena Mu Qingfang butuh tidur). Kasir sepi, hanya ada satu orang saja di sana. Pemuda tinggi tegap, rambut panjang diikat setengah, dia berdiri membawa sekeranjang ... sekeranjang ... es krim....

Bukan, bukan, bukan. Es krimnya tidak salah, tapi jumlahnya....

Itu ... Tujuh puluh? Delapan puluh es krim?

Shang Qinghua kagum.

Namun, yang membuatnya lebih kagum lagi ialah, saat orang asing di depannya itu tanpa sadar melirik ke arahnya.

Pikiran Shang Qinghua terbang.

Bangsat, batinnya bersuara, ganteng banget sialan.

Kosan MXTX [chatfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang