Main-main, heh?

9 1 0
                                    

Annyeonghaseo~

Ketika di sini aku sedang berjuang percaya padamu, Kamu di sana lupa akan diriku disini. Sesungguhnya, aku akan membencimu jika dirimu kembali mempermainkan hati seorang perempuan.

🍇🍇🍇

Nazahla Azna Shahira, begitu orang tua menamai bayi kecilnya yang sekarang sudah tumbuh menjadi remaja yang pendiam.

Anak yang sedari kecil dididik menjadi penurut membuatnya jarang diperbolehkan keluar rumah dan bermain dengan tetangganya.

Beranjak ke masa remaja memang menghawatirkan para orang tua, karena nantinya para anak banyak keingin tahuan tentang hal baru.

Kehidupan memang gak selamanya baik, ada kalanya kepahitan itu menghampiri. Namun, perlahan manusia harus bisa berfikir kedepannya demi kelangsungan hidup.

"Mah, Lala pengen peluk mamah. Mau mamah dengerin curhatan lala, hiks" isakan kecil keluar dari mulutnya.

"Temenin Lala, Mah." ucapnya lirih.

Tuhan Maha Adil, setiap makhluk hidup pasti memiliki cobaan hidup yang berbeda-beda, juga pasti ada jalan keluarnya. Sekarang sosok yang selalu menemaninya sedang terbaring sakit, badannya kini terlihat lebih kurus, dengan kelopak mata yang menghitam.

Anak mana yang tidak sedih bila Ibu yang membesarkannya selama ini terbaring sakit, pikiran negatif selalu membuatnya menangis tiap matanya menatap sang Ibu.

"Mah, jangan tinggalin Lala, mamah harus sembuh biar nanti bisa liat anak-anak Lala." ucapnya lirih.

"Mba, saya titip jagain ibu sebentar ya." ucapnya pada seorang pelayan.

"Iya, Non." jawab pelayan.

Zahla perlahan keluar ruangan, ia berniat menjernihkan pikirannya yang sudah mulai bercabang.

🍇🍇🍇

Di sebuah Taman komplek perumahan yang tidak terlalu luas, terdapat banyak orang yang sedang menghabiskan masa liburan dengan orang tercintanya. Namun, berbeda dengan kedua remaja yang duduk di kursi pojok taman, terlihat gestur punggungnya yang bergetar.

"Cukup!" teriak Zahla sambil mengangkat tangannya ke depan muka sang pria, tanda berhenti untuk berbicara.

"Aku bisa jelasin, La" ucap Rafqi sambil menahan tangan Zahla agar tidak pergi.

Zahla berusaha melepaskan genggaman tangan Rafqi, namun usahanya sia-sia. "Gak! Kamu bohong, Raf."

"Kamu tau bukan?! Aku paling benci dibohongin!! Dan sekarang kamu berkhianat!" teriaknya dengan suara keras, membuat orang-orang yang berada disekitar taman menoleh ke arah mereka.

Dengan nafas memburu Zahla kembali berkata, "Kamu selingkuh! Kalo kamu udah bosen bilang! Jangan kaya gini, kamu fikir hidup aku cuma buat main-main hah?!"

Zahla terisak ditempat, "Apa masih pantas kamu diperjuangkan? pantaskah Kepercayaan ini kamu balas begini? ketika kamu bosan akan hubungan ini, kamu gak perlu cari yang lain! tinggal kita selesaikan secara baik-baik!"

"Atau menurut kamu lucu kali ya liat singa kecil mengejar buaya? Raf, aku tau kamu ganteng tapi ya nyari selingkuhan yang lebih baik dong!"

"Dia sahabat aku, Rafqi! Dan kamu- Arrgghhhh!! JANGAN GANGGU AKU LAGI!" teriaknya sambil mendorong Rafqi.

Dia segera pergi meninggalkan Rafqi yang sudah jatuh terduduk dengan kepala menunduk merenungi kelakuannya sendiri.

Penyesalan memang datangnya diakhir, maka dari itu kita harus berfikir dahulu sebelum melakukan sesuatu. Jangan gegabah hanya karena bosan, kamu mencari pelarian yang lain tanpa melihat bahwa dia yang selama ini setia bersama mu.

"Maaf, Sayang. Maaf sudah membuat hari mu begitu berantakan, argh! Aku memang bodoh." ucap Rafqi lirih.

🍇 🍇 🍇

"Cihhh, sialan tuh cowo. Semoga nantinya susah dapetin cewe yang dia suka, haha"

Thanks for time, readers.
Borahe💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFE ON EARTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang