Kenang

16 1 0
                                    

semilir angin menimpa wajahku, bau debu dan aspal jalanan silih berganti menjamah hidungku. ku kendalikan diriku sebisa mungkin agar tetap terkontrol walaupun sebenarnya sudah sedari tadi aku ingin muntah. memang, naik bus antarkota adalah pengalaman terbaik yang pernah kurasakan, segala bau bercampur aduk, mulai dari bau kaki yang ada di region tubuh bagian bawah sampai bau ketek pada region tubuh bagian atas, yang bersama-sama diterpa angin sehingga dapat bergabung untuk mendzalimi hidungku. padahal bus sendiri didalamnya sudah sumpek oleh banyak orang. ada yang duduk tapi tak kalah juga yang berdiri. sebisa mungkin terus ditambah oleh supir dan kenek agar hari itu terkejar target setoran.

memang ini adalah pengalaman pertama ku naik bus antarkota karena travel yang sering ku naiki sedang ada masalah, salah satu bus mereka terguling dan mereka sedang mengurus hal itu, meskipun tak ada korban jiwa tetapi tetap saja mereka yang harus menanggung biaya pengobatan para penumpang yang terluka, jadi lah hari itu mereka tutup sementara. yah, tak apa lah yang penting aku dapat kembali ke kampung. selama di dalam bus yang makin penuh itu tak ada yang dapat aku lakukan selain melihat keluar jendela melihat perbaikan jalan tol yang selalu tak kunjung selesai itu. akhirnya aku pun pulang. setelah 3 bulan aku tak pulang, biasanya aku pulang sebulan sekali tetapi 3 bulan ini aku terlalu sibuk di Ponpes karena menjadi panitia beberapa acara. setelah 3 bulan yang melelahkan itu aku memutuskan pulang karena bertepatan dengan hari libur beberapa hari sehingga waktu pulang akan lebih lama.

Aku duduk tepat dijendela bus barisan ketiga, disebelahku ada anak yang kutaksir berusia 3 tahun sedang bermain Smartphone nya. anak itu duduk dipangkuan ibunya yang sedang mengantuk, mungkin semenit lagi akan jatuh tertidur. anak tersebut sibuk dengan game cacing nya, seperti tak memperhatikan ibunya yang kepalanya ikut terombang ambing gerakan lihai bus. cukup miris melihatnya, bagaimana anak zaman sekarang lebih sering berteman dengan HP daripada buku. lalu, kualihkan pandanganku kembali ke jalanan. kembali melihat para pekerja dipinggir jalan mengerjakan proyek yang aku kira aneh, karena tak selesai-selesai. akhirnya pikiran ku pun melayang.

Teringat ku setahun yang lalu, saat pembagian raport kelas 1 sma. Aku tahu bahwa nilai ku banyak yang di bawah rata-rata, aku takut sekali jika abi akan memarahiku karena nilai matematika ku hanya 60 dari seratus. padahal saat Sekolah Dasar aku adalah anak yang pintar, lalu saat SMP aku bisa dibilang menengah tetapi entah kenapa berubah saat memasuki masa SMA. mungkin karena pergaulan atau aku yang telah mulai menyepelekan segala sesuatu.
Berkali-kali abi dan umi mengatakan bahwa sebagai pelajar aku harus belajar sangat keras agar menambah pengetahuan ku agar aku berguna bagi nusa dan bangsa suatu hari kelak.
Hari pembagian raport pun tiba, abi datang dengan setelan terbaiknya, lalu dengan tenang duduk dikursi terdepan. Padahal urutan ku ada di urutan 20-an keatas. Satu persatu wali murid maju, abi masih dengan tenang dan senyuman dibibirnya tersungging dengan tenang juga.
Saat nama ku dipanggil, badan seorang yang sudah tua itu pun bergerak dengan anggun. Aku yang melihat dari balik jendela kelas dari luar itu pun menahan nafas takut wali kelas memberitahu nilaiku kepada abi yang aku tau pasti akan jauh dari ekspektasi ku.
Abi telah selesai menemui wali kelas lalu memanggilku yang masih berdiri diluar. Sepanjang perjalanan pulang dengan motornya aku dan abi tak berbicara bahkan ketika sampai di rumah. Semua berjalan seperti biasa, ketika malam harinya aku dipanggil ke ruang keluarga, disana ada abi dan umi.
Abi memberikan raportku yang tidak sedari sekolah kusinggung dan abi pun jua tidak memberikannya kepadaku. Aku membuka raport ku dan benar saja ada beberapa nilai merah dan nilai yang jauh dari kata sempurna walau tidak terlalu buruk. Aku pun terduduk lesu sambil membayangkan bagaimana kemarahan abi akan aku rasakan. Abi yang ada didepan ku terdiam lama, sepertinya ingin agar aku menikmati detik detik menyiksa karena merutuk diriku sendiri.

"Kamu tau kenapa nilai kamu bisa seperti itu?" Dengan suara tenang

" Aku tau bi, aku tidak serius belajar dan terlalu bermain-main."

" Kamu saat ujian menyontek?"

"Tidak pernah bi"

" Apa kamu kalau ada pr atau tugas lalu menyalin punya teman?"

"Demi allah saya tidak pernah bi, sebisa mungkin saya kerjakan sendiri walau salah."

"Lalu, kenapa kau menunduk?"

"Aku malu dengan nilainya bi."

"Kenapa harus malu? Kau tidak menyontek, kau selalu mengerjakan tugas."

"Walaupun begitu, tapi tetap saja nilainya rendah bi"

" Nak, mau nilai mu tidak dicantumkan disana pun abi tidak masalah"

"Hah?!, Bagaimana bi?"

ada jeda lama sebelum abi membuka percakapan kembali, kali ini dengan tidak menjawabku abi mengeluarkan kata yang lebih kearah perintah.

" Coba kau lantunkan surat an-naba ayat 1-5"

Walaupun aku tak mengerti dengan permintaan abi, tetap ku lantunkan saja surat tersebut seperti biasa sambil ku lagukan karena aku memang sedang belajar cara melagukan bacaan Alquran disamping menghafalnya.

"Oke, sekarang surat an-nahl"

"Baik bi" kulantunkan juga surat an-nahl seperti tadi.

"Sangat bagus nak, abi dan umi bangga kepadamu. Kau tau? Kenapa abi dan umi tak marah sama sekali saat tahu nilai mu seperti itu?" Aku menggelengkan kepala.

"Baik abi jelaskan, kau tak pernah menyontek, tak pernah berbuat curang, tak pernah tidak melakukan yang tidak perlu diperbuat, dan satu lagi, kau menjaga hafalan Al-Qur'an mu. Apalagi yang tak harus kami banggakan dari dirimu?"
Akhirnya umi pun bersuara,

"Yang kami inginkan adalah anak yang berbakti, berbudi luhur, dan dapat memasukan kami ke dalam surganya allah. Doa para penghafal Al-Qur'an akan selalu diijabah oleh allah, maka kami menggembleng dirimu agar menjaga hafalan mu karena kami tau kami sudah tak mampu untuk menjadi tahfidz. Kau satu2nya harapan kami dan mendengar bahwa kau pun berbudi luhur sudah cukup membuat kami senang."

"Tapi, kalau nilai ku selalu rendah aku tak bisa berguna bagi nusa dan bangsa seperti yang abi dan umi harapkan."

"Menjadi berguna bukan hanya harus memiliki nilai terbaik, ketika kau sedang dijalan dan kau membantu orang kesusahan itu sudah berguna, ketika kau punya kelebihan rezeki dan membagikannya kepada yang membutuhkan itu sudah berguna. Indonesia tidak kekurangan orang pintar, tapi kekurangan orang jujur nan baik hatinya. Soal nilai tak dipermasalahkan, toh hanya nilai dari guru mu dari sesama manusia. Bukan nilai dari sang maha kuasa. Jadi, yang kau perlu lakukan adalah menjadi baik, sesungguh-sungguh nya baik, untuk soal nilai tak kami permasalahkan. Kalau bagus berarti nilai dirimu bertambah bagus, kalau jelek pun nilai dari dirimu memang sudah bagus terbantu oleh akhlak mu."

Ucapan terakhir abi menjadi semangat bagiku, sejak saat itu kuputuskan bahwa aku harus menempa diriku menjadi orang baik, dan kalau bisa aku harus meningkatkan nilai pelajaran ku agar nilai diriku menjadi lebih dari sebelumnya.
Dan, lihatlah aku sekarang abi. Anakmu setahun lalu telah menjadi pemegang nilai un tertinggi ke-4 se provinsi lampung dan aku telah khatam Al-Qur'an 3 kali, aku pun masih belajar melagukan nya agar dapat berkompetisi di ajang MTQ. karena itu pula, aku mendapat rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan di Ponpes terkenal didaerah Jatim. Semoga kau dapat melihat dari atas sana dan semoga doa-doaku selalu diijabah agar engkau mendapat tempat terbaik.

Aku pun pulang kerumah bersama umi setelah menziarahi makam abi, tak berselang beberapa lama dari pembagian raport tersebut, 2 bulan tepatnya abi dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tak pernah kusangka memang bahwa itu adalah hal terakhir yang aku kagumi dari abi tapi aku bersyukur diberikan abi dan umi yang selalu memberi ku dukungan disaat diriku pun merasa bahwa aku gagal. aku sampai dirumah pada malam hari dan disambut umi dengan hangat. keesokannya kami berziarah ke makamnya abi.

Terimakasih untuk kedua orangtuaku, terimakasih umi dan terimakasi abi.

For any parents in the world, love your child. Whatever their mistakes, always love them.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KENANG (sebuah Cerita Pendek)Where stories live. Discover now