> 1

10 6 1
                                    

Mungkin udah lama nggak ngetik cerita... maaf kalau ada kata-kata yang kurang jelas:).

Happy reading.

~~~

Hal magic berupa legenda, dimana bentuk sihir tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa. Terkadang hal ini menjadi pemicu konflik bagi warga sekitar, bukan hanya itu. Banyaknya pertengkaran ataupun penyebaran berita hoax membuat warga kacau balau. Oh ya... sihir itu men...

Prakkkk...

Bulu mata yang lentik mengiringi kantung mata yang hitam, berdiri tepat dihadapan anak kecil mungil yang tak berdosa, menjatuhkan buku cerita yang belum sempat ia habiskan. Anak kecil berumuran 9 tahun ini cukup kaget, apalagi gadis tadi mendobrak pintu kamar.

Gelap gulita, hanya cahaya dari luar jendela yang menampakkan anak kecil tersebut di atas kasur.

"Udah berapa kali saya bilang?"

"Ingatkan besok hari apa?"

"Arghh."

"Kak av... a." Kamar pintu kembali tertutup, belum sempat anak kecil tersebut menyelesaikan ucapannya, "mampus," batinnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menyalakan lampunya dan menarik selimut hingga menenggelamkan kepalanya kedalam.

Prakkk

Belum 5 menit pintu tersebut kembali terbuka, siapa lagi yang masuk? Padahal anak itu baru memejamkan matanya.

"Kak ava?"

Ada apa ini? Kenapa Ava membawa sapu, terus rotan yang ditangan kirinya buat apa? Anak kecil yang bernama Ayad (Ayhad Syahid Abdullah) itu, berdiri menggenggam kuat selimutnya sambil beristighfar. Bukan hanya sekali ini sudah kelima belas kali sejak kedua orang tuanya meninggal.

"KAK AVA ISTIGHFAR KAK, INGAT ALLAH!!!"

Sorot mata gelap yang terus melangkah kedepan membuat Ayad semakin ketakutan.

"KAK IMAM!!! KAK!!! HIKSSS HIKSSS KAK AVA KERASUKAN LAGI!!!" Teriaknya sekuat tenaga. Yahhh tidak cukup satu menit seorang lelaki masuk dan langsung menghentikan Ava, seperti ustadz. Ia langsung membacakan ayat-ayat suci Al-Quran yang pernah diajarkan oleh almarhum Abinya. Yang bisa menyembuhkan kakaknya dari kerasukan jin maupun setan.

Imam (Imam Azikir Abdullah) seorang anak yang berusia 17 tahun, yang kini sudah duduk dibangku kelas 2 SMA, Merupakan adik dari Ava.

"Ambilkan air," ucap Imam dengan lembut mengangkat tubuh kakaknya ke ranjang Ayad. Ayad yang begitu ketakutan hanya mengangguk dan langsung mengambil air yang berada diatas meja kamarnya.

"Alhamdulillah," legah Imam lalu menatap Adiknya.

"Kenapa? Sana tidur di kamar Kakak." Katanya sambil menaruh gelas diatas meja.

"Kak," lirih ayad.

"Kenapa?"

"Apa kita bisa hidup begini tanpa Abi dan Umi?"

"Astaghfirullah, Ayad ingat! Allah masih bersama kita, Allah itu nggak tidur, Allah sudah mengatur jalan hidup masing-masing manusia. Kita juga nggak tau kapan ajal tiba dek... udah ayo Kakak antar."

Bagi Imam ini sudah menjadi tugasnya, seperti kepala keluarga menggantikan Abinya. Mungkin masih banyak ilmu yang harus ia pelajari, beberapa bulan ia akan kembali kepondok dan mengambil surat pindah. Bagaimana bisa ia meninggalkan Kakak dan Adiknya dalam situasi begini? namun ia tetap tegar menghadapi cobaan dari tuhan, orang tuanya memberi nama Imam yahhh... Tuhan pun tahu bahwa keimanan yang dimiliki Imam itu kuat. (Allah tidak akan menguji hambanya diluar dari batas kemampuannya) kata Imam yang terus menguatkan dirinya maupun Kakak dan Adiknya.

~~~

Ava (Aisyah Avaraq Abdullah) wanita cantik yang berasal dari keluarga yang terhormat. Yang masih menjadi pelajar di perguruan tinggi semester 3, diumurnya tersebut mengharuskannya bekerja keras, apalagi kedua orang tuanya telah meninggal.

Pagi yang cerah, matahari langsung memancarkan cahayanya menembus kaca bening, mengenai kulit putih pucat yang tengah mengerutkan keningnya di atas kasur tersebut.

Sedikit demi sedikit ia terbangun, mengumpulkan nyawa untuk pagi hari ini
"Sudah jam berapa?" Batinnya.

2 menit berlalu, ia mencoba berdiri menahan rasa sakit yang ada di kepalanya, hingga tersadar bahwa ia berada dikamar Ayad.Berpikir dan mengumpulkan ingatan-ingatan kejadian semalam membuat kepalanya semakin sakit.

"Kakak udah bangun? Ayo duduk dulu." Kata Imam yang baru membuka pintu dengan semangkuk bubur ditangannya.

"Makan dulu," perintah Imam.

"Udah jam berapa?"

"Hampir setengah 7,"

"Astaghfirullah Kak Ava belum shalat!"

Sudah berapa kali Ava telat shalat, apalagi kadang ia lupa. Bahkan terkadang Imam yang menegurnya untuk meninggalkan tugas-tugas kuliahnya dan mengerjakan hal yang lebih penting yaitu shalat.

Hari ini Imam bersiap-siap untuk berangkat ke pondok, mengambil surat pindah. Sekaligus mengantar Ayad pergi ke sekolah.

"Kak kaos kaki Ayad yang warna putih dimana?" Tanya Ayad menggandeng tasnya.

"Tunggu Kak Ava dulu ya..."

Untuk urusan pakaian maupun seragam sekolah Imam kurang tau, apalagi ia lebih lama di pondok dibanding dirumahnya.

15 menit berlalu, Ava kembali masuk ke kamar Ayad dengan handuk di rambutnya.

"Kak Ava udah baik-baik kan?" Tanya Ayad, mengingat peristiwa semalam benar-benar membuatnya ketakutan.

"Iya dek, udah siapkah?"

"i... iitu aku nyari kaos kaki,"

"Entar Kakak ambilkan, udah sarapan?"

"Udah tadi."

Ava mengangguk lalu beralih ke sudut ruangan dimana terdapat lemari besar yang berisi pakaian Ayad.

"Kak tehnya diminum ya," ucap Imam lalu beranjak keluar.

~~~

Habis mengantar Ayad, mereka berdua langsung menuju ke pondok. Selama di perjalanan Imam melantunkan hapalan-hapalan ayat suci Alquran nnya, suaranya yang masha Allah itu sangat indah.

Ava yang dari tadi menguap membuat Imam melirik dan memperhatikannya.

"Kakak baik-baik aja?" Tanya Imam jeda.

Ava yang menyetir mobil melirik sejenak ke Imam, lalu kembali fokus ke depan, "kurang tau, akhir-akhir ini seluruh badan Kakak sakit semua."

"Okey to do point, Kak Ava pernah lihat jin?"

"Hahahaha jin apa sih..."

Imam benar-benar kurang mengerti dengan Kakaknya itu, mau gimana lagi Abinya sudah tiada. Mungkin salah satu caranya adalah menanyakan langsung dengan ustadz yang ada di pondoknya tersebut.

"Kak Ava..."

"Hmm iya kenapa?"

"Kakak nggak lupa yang dikatakan Abi kan?"

"Nggak sempat, banyak materi dari kampus yang harus diselesaikan belakangan ini."

"ya Allah, kak... mau bagaimana pun agama itu diutamakan,"

"Iya Adikku yang pintar, maaf yah."

Yahh pemikiran Imam lebih dewasa dibanding Ava, its okeylah Ava juga pintar, namun kekurangannya adalah suka lupa.

Butuh berapa jam untuk sampai ketempat tujuan mereka, beruntung barang-barang Imam sudah ia pulangkan separuh, jadi ia tidak kerepotan untuk membereskan barang-barangnya yang akan ia bawah pulang, selain itu Ava akan mengurus surat pindah Imam sampai kelar, dan akan langsung pulang. Sore menjelang magrib dini hari akhirnya mereka sampai di rumah, Ayad yang sudah mendengar klakson mobil langsung menuju ke depan untuk membuka pagar.

"Baru sampai?" Sapa wanita paruh baya dari pintu.

"Assalamualaikum Tante," ucap Imam menuju ke arah wanita tersebut.

"Waalaikumsalam..."

_
_
_
next..

LIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang