💙Boss Baru💙

64 5 2
                                    

"Wan, wan,  Bakwan!" Mic menarik headset yang menyumpal telinga Tawan dan menepuk kasar pundaknya, hampir saja kopi yang baru saja diseduh  tumpah.

"Ya! Lo udah gila ya, Mic. Hampir aja kopi gue tumpah, bege ih, " umpatnya.

"Salah sendiri dipanggil kaga nyaut, " ucapnya membela diri.

"Kaga lihat apa gue pake headset, " Tawan tak mau kalah.

"Au ah, males gue debat sama lo, buruan keluar, lo dipanggil sama komandan, "

"What? Komandan nyariin gue, salah gue apa, Mic, "

"Katanya CEO yang dari Bangkok datang, "

"Apa hubungannya sama gue, kenal juga kaga, lagian nih ya, gue kan cuman bawahan paling bawah banget, ya kali si CEO kenal gitu sama gue, " ujarnya.

"Bodo amat, buruan gih, atau lo mau dipecat, " Mic tersenyum jahil di akhir kalimatnya.

"Rese lo, ya udah gue pergi, nitip kopi, "

"Jangan khawatir baby, kopi lo aman."

"Gue udah ukur berapa tinggi kopinya.Awas kalau berkurang." Ancam Tawan.

"Gue tumpahin juga nih Kopinya, " ancam MIc.

Tawan menatap sinis Mic sebelum berlalu.

***

Harap-harap cemas Tawan mengetuk pintu Off, atasannya yang biasa dia panggil komandan karena sering memarahi dia.

"Pagi pak Ndan, " sapa Tawan sesaat setelah sang komandan menyuruhnya masuk.

"Kenapa kesini? Saya kan meminta Mic untuk ngasih tau kamu kalau pemimpin perusahaan yang baru mencari kamu, " terangnya.

"Terus gimana pak, saya bingung ini, kopi saya keburu dingin kalau muter-muter gini urusannya, " Tawan menggosok tengkuknya prustasi. Kopinya keburu dingin nih, batinnya.

"Bisa serius sebentar saja Tay Tawan, CEO LEBIH PENTING DIBANDINGKAN KOPI KAMU YANG NGGAK ADA HARGANYA ITU. PAHAM! SEKARANG SAYA PERINTAHKAN KAMU KE RUANGAN CEO, SEKARANG!"

"Iya pak, iya, jangan ngegas dong, selow, " candanya.

"Mana bisa selow kalau kamu selalu bikin saya naik darah,"

"Emosian si bapak, saya permisi pak. Kalau naik darahnya suruh turun pak ,jangan lupa sediain tangga ya,ntar kalau lompat jatuh kan sakit,"

"PERGI! "

"Dih, ngusir bapaknya. Dipikir saya suka apa lama-lama , " ucap  Tawan setelah itu keluar dari kantor komandannya.

Tawan naik lift menuju lantai paling atas di mana CEO yang baru berada. Rasa deg-degan makin menjadi saat dia sampai di depan pintu bertuliskan CEO.

TOK. TOK. TOK.

Tawan berusaha untuk setenang mungkin saat  menginjakkan kakinya di ruangan CEO, karena ini kali pertama dia dipanggil CEO.

Seorang pria berdiri di pinggiran jendela, Tawan menelan ludah melihat punggung tegap sang CEO.

"Astaga naga bonar jadi dua, demi apa pagi pagi  begini gue lihat ciptaan Tuhan seindah itu, punggungnya senderable dan pelukable banget, " batinnya."Sadar Wan, dia CEO, "

"Selamat pagi, Pak. Eh bener selamat pagi apa sawadee," dia menggaruk kepalanya.

"Ehem, Fujodan? " sang CEO berbalik badan dan menanyakan sesuatu yang membuat Tawan kebingungan sekaligus bahagia karena sang CEO memiliki wajah yang rupawan. Seperti aktor Thailand favoritnya.

"Iya, eh krub. Aduh apa sih gue, "

"Please? "

"Eh, please? Maksudnya pak, "

"Speak Thailand,"

"Rak mheng na," entah setan apa yang masuk ke tubuh Tawan. Kata itu yang terlontar dari bibirnya, padahal dia tahu kata lainnya meski tidak banyak. Ditambah dia mengatakan itu sambil menunjukkan love sign dengan jari telunjuk dan ibu jarinya.

Sang CEO yang sedang minum kopi tersedak mendengar kata yang diucapkannya.

"Maafkan saya, Pak, kho thud ," ucapnya ketakutan."Mampus, pasti bakalan dipecat gue ini, " gumamnya.

"Mulai besok kamu jadi sekretaris saya, dan saya mau kamu mengucapkan kata itu saat kita berjumpa,  dimanapun, kapanpun. Tidak ada alasan, kamu boleh pergi sekarang, "

Tawan masih diam di tempatnya. Dia tidak tau harus bahagia diminta untuk menjadi sekretaris atau sedih karena harus mengucapkan Rak mheng setiap bertemu sang CEO.

"Ehem, " deheman sang CEO membuatnya tersadar. Dia membungkukkan badannya sebelum pergi dari sana. Badannya panas dingin. Dia bahkan lupa dengan kopinya.

Saat kembali ke tempatnya semua karyawan mengucapkan selamat.

"Selamat ya. Cie sekretaris CEO nih ye sekarang, "  canda Arm, sahabat karib sekaligus musuh bebuyutan nya di kantor. Karena Arm dan Tawan bersaing memperebutkan barista ganteng di lantai bawah.

"Kok lo tahu sih, bukan hanya lo deh kayaknya semuanya pada tahu, kalian nguping ya?” selidiknya. 

“Oh itu, lo nggak tau ya, di ruangan Ceo dipasang alat penyadap suara, ya berjaga-jaga katanya kalau ada yang berbuat tidak baik dengan beliau, dan anda adalah kelinci percobaan dia, wkwkwk. Rak mheng na Wan, “ Mic memeluk tubuh Tawan. Dia tertawa penuh kemenangan menyaksikan sahabatnya galau dan kehilangan semangat hidup seperti ini. 

Tawan mendorong tubuh Mic  lalu tersungkur di kursinya. Dia tidak punya harga diri lagi. Sang CEO baru menghancurkan imagenya. 

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Harus bahagia apa sedih nih si Tawan. 🤣🤣🤣

My Thailand BossWhere stories live. Discover now