Prolog

22 23 23
                                    

"Kau terlalu naif Dev, sangat naif. Bagiku cinta itu omong kosong. Hanya karena aku mau dekat dan mengenalmu bukan berarti cinta itu ada Dev. Buka Matamu!!" Sahut Keyra sambil meletakkan cincin yang diberikan Devano diatas meja.

"Bagiku cinta itu sebuah kebodohan, jadi berhenti bersikap seolah-olah kita berada di perahu yang sama. Wake up Dev, ini bukan cerita dongeng yang selalu berakhir happy ending." ucap keyra sambil lalu, meninggalkan Devano yang masih terdiam di meja tempat mereka dinner tadi.

Devano sempat menatap tepat dibola mata gadis yang dicintainya itu. Melihat mata itu memerah dan air mata itu beberapa kali lolos. Devano hanya diam menyaksikan, sampai melihat Keyra meninggalkan tempat itu.

Keyra melangkah dengan cepat ke arah jalan raya mencari taxi untuk kembali ke apartmentnya. Air mata mengalir deras di pipinya. Keyra tidak mengerti apa yang diinginkan hatinya. Mulutnya berkata tidak mencintai tetapi hatinya terlalu sesak dan gelisah. Keyra tidak bisa menyakiti Devano seperti itu, dia tidak sanggup. Tetapi Keyra juga tidak mampu percaya kepada cinta.

"It's okay key.. It's okay. Dia hanya Devano. Dia tidak memiliki peran penting dihidupmu. Anggap saja dia hanya singgah, seperti yang biasa Kau lakukan." Keyra menepuk-nepuk dadanya. Untuk mengurangi rasa sesak dihatinya.

Taxi terlihat berhenti dihadapan Keyra, Keyra langsung masuk. Dia mencoba menghapus air matanya yang lagi-lagi turun sangan deras. Dia menyebutkan alamat apartmentnya kepada supir taxi itu. Yang di pikirannya hanya bagaimana cara untuk sampai secepatnya di apartmentnya.

***
Devano masih termenung, dia terlalu cepat. Dia sudah menduga akan reaksi Keyra akan seperti itu, tapi dia masih juga terkejut. Huhh.. Tugasnya menjadi kebih berat. Dia harus meyakinkan Keyra lebih keras lagi.

"Dasar keras kepala." Devano memandangi cincin yang tergeletak dimeja itu.

"Nanti kau akan tersemat di jari manis si keras kepala itu." Devano berbicara kepada cincin itu seperti orang kehilangan akal. Itu janji Devano kepada dirinya sendiri. Lalu dia memasukkan cincin itu lagi kedalam saku celananya.

Lalu dia beranjak pergi meninggalkan restoran itu. Meninggalkan kebodohannya yang akan dia ingat selamanya.

Happy reading guys..

Cerita ini murni hasil imajinasiku sendiri.

Enjoy it. Please fill free to vote and comment... 🤗🤗🤗

Jangan lupa follow guys...

SpeechlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang