Dua puluh detik yang lalu, Jisoo menutup matanya sembari menghitung.
Dia berdiri di depan pohon rindang menunggu Taeyong bersembunyi. Setiap berhenti di angka sepuluh, Jisoo akan berteriak apakah Taeyong sudah bersembunyi atau belum. Kalau teman sepermainannya tersebut tidak menjawab, maka artinya Taeyong sudah menemukan tempat persembunyian.
"... sembilan, sepuluh. Sudah atau belum?"
Pendengaran Jisoo disapa oleh desau angin. Hening. Taeyong tidak menyahut. Gadis bergaun krem selutut itu menurunkan tangan. Kelopak matanya perlahan terbuka, lalu dengan senyum riang dia berbalik mulai mencari Taeyong.
Mereka biasa bermain di belakang rumah Jisoo. Ada taman yang menghadap langsung ke hutan belantara. Dia melangkah ke semak dekat danau. Berharap menemukan Taeyong di sana.
Kaki mungilnya melangkah riang. Bibirnya senantiasa melengkung. Namun, Jisoo cemberut ketika berhasil menyibak belukar. Tidak apa-apa di sana, kecuali kumpulan patung bocah dengan berbagai pose.
"Taeyong?" panggil Jisoo pada kesunyian.
Angin lagi-lagi yang menjawabnya. Jisoo merapikan renda di bagian leher yang menampar dagunya sebab tertiup.
"Taeyong! Jawab aku!"
Jisoo masih berusaha memanggil teman lelakinya. Jantungnya berdegup kencang sembari memperhatikan sekitar. Iris matanya menyebar, menatap liar di antara batuan yang berbentuk manusia.
"Taeyong!"
Gadis enam tahun itu mulai terisak, menangis histeris musabab kesal.
"Sayang?"
Jisoo sontak menoleh ke belakang. Dia bangkit dari duduknya dan langsung berlari menyambar pinggang wanita dewasa yang memanggilnya.
"Mama!" Jisoo tersedu-sedu, lalu mengadu. "Kenapa sih mereka selalu meninggalkanku kalau bermain petak umpet?"
Sang mama tersenyum maklum seraya membawa Jisoo ke dalam gendongan. Rambut keriting khasnya menyambar pipi Jisoo, menyesap air mata si bocah hingga tak lagi menangis justru terkikik geli.
"Nakal sekali mereka. Ya sudah, nanti kita cari teman baru lagi untukmu."
Jisoo masih sesengggukkan ketika mengangguk.
"Tapi aku suka Taeyong. Aku ingin yang seperti dia lagi. Janji ya, Ma?"
Mama tertawa, tetapi tidak mengatakan apa pun. Wanita itu melirik sekilas pada patung bocah dengan pose hendak mengambil berlian yang berserakan di tanah. Sayang sekali.
"Oke, kita cari yang seperti Taeyong. Tetapi yang tidak serakah. Setuju?"
Jisoo terkikik seraya mengaitkan kelingking ke mama.
"Setuju."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spooky | Taesoo
FanfictionHell is empty. All the devils are here. ©2021 | taesoo-short story area.