"mau melawan takdir?"

46 7 4
                                    

raga sang terkasih yang tergeletak di lantai jadi pemandangan pertamanya begitu masuk ke dalam apartemen, membuat sasara panik bukan main. begitu membawa liann ke rumah sakit, ia memanggil sahabatnya, rosho tsutsujimori dan menceritakan semuanya. segala-galanya termasuk untaian fraksi nyata bak fiksi yang ia alami.

rosho mengembuskan napas panjang. surai ungu miliknya tampak berantakan sebab terlalu banyak sibakan ia lakukan tiap-tiap sasara menceritakan dimensi (atau mimpi atau kehidupan, entahlah keduanya masih belum mengerti) sebelumnya.

namun, satu kesimpulan dari rosho: sasara diminta untuk belajar merelakan. melihat bagaimana sasara jadi tahu lebih banyak perihal pilu yang liann simpan kali ini, rosho rasa tidak akan ada yang bisa diubah termasuk kematian liann.

ironis, bukan?

begitu mendengar konklusi rosho, sasara jadi bisu tak mau ucap vokal. andai kata dimensi sekarang ini adalah tempat yang jauh lebih menyakitkan dibandingkan dimensi sebelumnya untuk liann, maka sasara akan berusaha untuk jadi derji bahagia liann, membuatnya tidak akan pergi lagi.

bukankah terlalu naif jika sasara rela akan kesendirian tanpa liann? konyol sekali. merelakan dengan mudah bahkan mustahil. sasara butuh liann, selalu.

egois. kini, hanya satu kata itu yang menggema dalam lorong pikiran sasara. jahat sekali rasanya begitu mengetahui betapa lelahnya liann dengan realitas, namun tetap berusaha menggenggamnya. bahkan, seakan tak mau tahu jika pujaannya enggan untuk melanjutkan apapun.

"tapi, sasara, bunuh diri bukan dan tidak akan pernah jadi cara terbaik akhiri penderitaan," ujar rosho membuat sasara menatapnya bingung. "ada banyak hal baik di dunia yang belum liann lihat. hidup tidak selamanya soal penderitaan, adakalanya kita harus dengan paksa mengambil kebahagiaan kita di tangan semesta kalau ia tidak segera memberikannya." alis sasara menyatu skeptis tidak mengerti arah pembicaraan rosho.

yang ditatap sekali lagi mendengkus geli sebelum tersenyum tipis. "mau melawan takdir?"

manik sasara melebar kaget bersamaan dengan senyumnya yang mengembang. "aku mau."

sudah siap melawan takdir bersama sasara?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sudah siap melawan takdir bersama sasara?

kalau aku, sih, belum. soalnya aku belum tahu endingnya mau bagaimana </3

omong-omong, ini agak telat tapi sasara akhirnya buka mata!! T __ T

omong-omong, ini agak telat tapi sasara akhirnya buka mata!! T __ T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BON VOYAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang