🍭

23 12 1
                                    

"Hayuk kita nikah."

"Yuk." Anggukan Aneska langsung dihadiahi pelukan hangat Wira dengan begitu sangat bahagia.

"Hey, belum sah udah peluk-pelukan aja."

"KENZI!!"

_______________________

Kenzi Alvaro pria humoris dengan sejuta pesonanya, Fuck boy bukan namun seringkali orang mengiranya begitu karena dirinya terlalu ramah pada siapapun. Termasuk pada wanita siapa sangka pria seperti dirinya adalah adik dari Aneska Renata.

"Kenzi, lo tuh yah bisa gak sih gak usah ribet gangguin orang terus tiap saat kerjaan gue banyak!"

"Ya elo lagian, bantuin gua dulu ini gimana caranya biar Suster Rina nerima gue nes."

"Gak tau lah elo kan cowok ya usaha sendiri lah gila, gue itung sampe tiga gua teriak biar mamah empos paha lo lagi satu..du--"

"Ah lemes benget lo nes ga seru, gue aduin ka wira biar cepet-cepet kawinin elo biar gak cocot mulu bye."

"KENZI BAU!! SIALAN LO!"

"Ahaha." Mengambil handphone nya dari tangan Aneska dan berlalu dari kamar aneska dengan begitu saja tanpa rasa bersalah sekalipun menganggu kaka tercintanya.

"Ck! Punya ade laki gak ada yang beneran dikit kelakuannya astaga." Kembali fokus pada laptopnya dan mengerjakan tugas miliknya.

***

Tok..tok sayur! Sayur! Suara kicauan tukang sayur dengan slogan lagendnya. Tiap pagi hari persis di depan rumah Aneska.

"Yaampun, tolonglah kang sayur baru jam lima kurang ayam juga belom berkokok udah nyampe aja di sini ah." Gerutu Aneska namun masih memejamkan matanya kala mendengar ketukan lagend tukang sayur ibu-ibu termasuk ibunya.

"Aneska, bangun udah pagi gak berangkat kerja? Tolong beliin buncis sama tempe dulu di depan bang reki udah dateng tuh."

"Bentar bu, lima menit lagi."

"Aneska!"

"Ck! iya-iya." Aneska bangun dari kasur king size bercorak bunga miliknya. Menuju kamar mandi dengan terseok-seok.

Setelah beberapa menit kemudian, Anseka dengan celana oblong se lutut juga kaos over size berwarna kuning nya turun kelantai bawah untuk membeli apa yang di minta sang ibu.

"Buncis sama tempe aja kan bu?" teriak nya dari depan pintu rumah hendak keluar.

"Iya sama mecin kalo ada."

"Okey."

***

"Waduh si eneng cakep pagi-pagi tumben udah bangun biasanya di teriakan dulu sama si ibu." Julid sekali si abang, Aneska hanya merespon dengan senyum datar nya.

"Iya, beli buncis satu iket sama tempenya dua bang eh micin nya deh dua."

"Oke deh neng siap." Si abang langsung siggap memasukan pesanan Aneska ke dalam kantung kresek hitam. Lalu di rasa sudah di berikan nya pada Anseka.

"Ini neng jadi 20 ribu ya."

"Oh oke, ini bang."

"Gede banget duitnya neng, gak ada kembalinya neng."

"Ya--"

"Berapa bang 20 ribu ya?"

"Eh iya Mas 20 ribu."

"Ini bang, kembalianya buat abang aja permisi."

"Makasih mas, bae Baner dah ah udah cakep jangan-jangan mas tunangannya Neng Anes ya?"

Kembali PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang