-Korea, Agustus 1895-
Beberapa anak kecil terlihat berjalan menggotong gulungan kayu diatas pundaknya. Mereka melewati barisan tentara Jepang yang berada disekitar desa. Malam itu bulan bersinar terang memberikan pantulan pada kain sutera indah bercorak bunga yang dipakai oleh para wanita dewasa disana. Saat malam tiba, waktu bagi para tentara istirahat di tempat dimana semua wanita cantik itu berkumpul.
Wanita-wanita itu membantu menuangkan minuman untuk pria yang mengunjungi tempat mereka. Tak jarang tentara yang mabuk selalu membuat ulah, saling menyombongkan diri satu sama lain membuat emosi mereka naik dibawah pengaruh alkohol. Seorang wanita cantik berkulit putih dan bermata indah masuk membawa nampan berisi minuman arak.
"Hai cantik...kau berasal darimana? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya"
Tentara itu melingkarkan tangan kanannya ke pinggang wanita itu.
"Ah...aku dari Osaka" jawab wanita itu
"Tapi aksenmu menunjukkan sepertinya penduduk asli daerah ini"
"Tentu saja! Itu karena aku sudah lama tinggal disini" jawab wanita itu dengan cepat
"Seol Hee!! Kemari!" teriak seorang Geisha didekat pintu
Seol Hee membungkuk pamit dan meninggalkan ke tentara itu dengan Geisha lainnya.
"Terimakasih Jin Yi, tentara itu curiga padaku" kata Seol Hee pada Hwang Jin Yi
"Kau harus mengubah aksenmu Seol Hee. Kita bukan lagi Gisaeng dari Korea, tapi kita Geisha dari Jepang"
(Hwang Jin Yi)
Seol Hee dan Hwang Jin Yi adalah segilintir penduduk Joseon yang berjuang untuk kemerdekaan Korea. Saat ini Korea sedang dijajah oleh tentara Jepang dibawah pengaruh Cina.
"Sebentar lagi Inspektorat Jendral Jepang akan datang kemari, kita harus segera bersiap" kata Jin Yi
Malam itu Rumah Geisha terlihat lebih ramai dari biasanya. Aroma arak terasa menyengat bagi siapapun yang melewati tempat itu. Gelak tawa pria dan wanita disertai alunan alat musik memecah keheningan malam itu.
Inspektorat Jendral Jepang datang bersama pengawal dan tentara disambut oleh para wanita cantik. Tak terkecuali Seol Hee ikut membungkuk memberi salam kepada tamu mereka.
Mata sang Inspektorat tertuju pada Seol Hee yang menggunakan Kimono sutera berwarna merah cerah dengan corak bunga sakura diujungnya.
"Kau sangat cantik dan indah" goda Inspektorat itu
"Terimakasih Tuan" Seol Hee menganggukkan kepala sambil menunjukkan senyum indahnya.
Seol Hee membuka matanya dan melirik kearah pria mabuk yang sudah tidur disampingnya. Dia merangkak pelan kearah pakaian milik Inspektorat yang ada didekat kakinya. Dia merogoh kantong celana dan tangannya meraih segerombol kunci. Dengan hati-hati dia berjalan menuju laci dan mengambil tanah liat didalam sana. Seol Hee menempelkan semua kunci itu pada tanah liat yang sudah dia siapkan dan mengembalikan kunci pada posisi semula.