For JT.

264 23 7
                                    

Ten menghempaskan tas kecilnya di atas kasur dengan kasar, tidak peduli dengan posisi barang-barangnya yang belum ditata sejak ia bangun pagi tadi.

Bagaimana mau dirapikan? 

Tadi pagi saat dirinya baru membuka mata, ia sudah disuruh bergegas untuk berangkat mempersiapkan promosi Work It dan 90's Love.

Pemuda kurus itu segera merebahkan tubuh penuh peluhnya di atas kasur dengan satu pikiran di benaknya: T I D U R !

"Kau bisa masuk angin kalau langsung tidur, Tennie."

Ten menoleh ke sumber suara, hanya satu orang yang terbiasa memanggilnya dengan panggilan 'menggemaskan' itu.

"Sudahlah, Johnny-hyung. I'm tired," Ten beralih untuk membenamkan kepalanya pada bantal.

Selama agenda NCT 2020, member WayV, NCT 127, serta NCT Dream digabung menjadi satu dorm untuk mempermudah pelaksanaan agenda promosi.

Sebelum penempatan kamar, manager-hyung membebaskan masing-masing member untuk memilih roommate mereka.

Tentu saja Ten tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menghabiskan waktu bersama sahabat lamanya sejak SM Rookies, Johnny Suh.

Pfft.. 

Sahabat? 

Itu kah mereka?

"Before and after debut, kau tidak ada bedanya ternyata. Selalu malas mandi kalau sudah menyentuh kasur!" keluh Johnny yang juga sama lelahnya sambil sibuk menyisir rambut pirangnya yang sengaja dipanjangkan selama masa promosi.

"Kau juga tidak berubah, hyung. As noisy as always.." Balasan Ten itu mengundang tawa renyah roommate-nya yang selalu membuat candu.

"Well, I guess some things never change," Ujar Johnny sambil meletakkan sisirnya di laci meja.

Untuk beberapa detik, kamar mereka diselimuti keheningan. Hingga akhirnya Ten membalas, "We do, John."

Yang lebih jangkung menoleh, "Sorry?"

"We will always change, John," Ten berbicara dengan kedua matanya yang masih terpejam, "And it scares me."

Entah Johnny tersadar atau tidak, tapi suara Ten sedikit bergetar ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

Ia tak berani membuka mata, takut kalau-kalau setitik air mata lolos dari netranya.

"Ten?" Johnny memanggil nama roommate-nya dengan lembut.

"Yeah?" Jawab Ten parau.

"Are you okay?"

Ten sontak menutup wajahnya menggunakan bantal tebal miliknya.

"Yes, I'm trying. Maaf, mungkin karena aku terlalu lelah."

Menurutnya, itu jawaban yang paling masuk akal.

Berbeda dengan Johnny, ia harus melakukan dua stage promosi sekaligus hari ini.

Ia pikir, Johnny akan menganggap perkataan Ten sebagai racauan biasa karena kelelahan.

Sayang sekali, pikirannya keliru.

Yang lebih tua justru semakin memburu.

"I know you're trying to hide your feelings. 

You know, you can talk to me if you want to."

Pembicaraan seperti ini mengingatkan Ten akan masa-masa Rookies saat Johnny selalu menghabiskan tengah malam untuk menyampaikan keluh kesah satu sama lain.

For JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang