Prolog
"If only you can hear my broken heart shattered to piece."Chrysanthemum kala itu sedang mengunci pintu tokonya ketika terdapat suara gemuruh yang amat sangat keras yang berasal dari tengah kota Liberio, dan hanya dengan sekejap keadaan berubah menjadi kacau balau. Bangunan-bangunan milik warga sekarang hanyalah reruntuhan batu bata dan semen, warga berlari tak tentu arah berusaha untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, tentara Marley yang berlari menggendong senapan dikedua lengan mereka mencoba untuk menghentikan para prajurit berbusana hitam yang terbang di atas kepala mereka.
Mata biru langit milik Chrysanthemum tidak hentinya menatap setiap pergerakan yang dibuat oleh prajurit hitam tersebut, tubuh lentur mereka yang diayunkan seirama dengan alat yang mereka tembak membuat mereka terbang di udara layaknya seekor burung.
Alat yang mereka gunakan sangat asing di mata Chrysanthemum, baru kali ini ia melihat alat yang simpel tapi sangat menakjubkan, ia selalu berpikir bahwa manusia terbang itu sangat tidak mungkin, manusia selalu bergantung pada alat transportasi seperti pesawat atau zeppelin untuk membantu mereka terbang di udara, tapi prajurit hitam yang terbang di atasnya membuktikan bahwa mereka dapat terbang dengan mudah tanpa bantuan pesawat udara.
Pikirannya melayang dan terpaku melihat keindahan prajurit hitam tersebut, tidak peduli dengan situasi di sekitarnya yang sedang ricuh.
"Hey orang Eldia, sedang apa kau disini?!" satu tentara Marley berlari menuju Chrysanthemum dengan lengan yang sudah berlumuran darah, kaki kirinya pincang. "Kau tau ini bukan tem-" ucapannya terpotong dan tubuhnya jatuh ke depan setelah menerima tembakan dari salah satu prajurit hitam yang bersarang di atap bangunan, Chrysanthemum lantas langsung memegang tentara Marley tersebut, darahnya yang mengalir – mengotori baju Chrysanthemum.
"Pak, kau masih hidup?!" tanyanya dengan suara panik, tidak ada respon dari si tentara, matanya menatap Chrysanthemum dengan tatapan kosong, dan wajahnya berubah menjadi pucat.
Mata Chrysanthemum lalu mencari dalang dibalik tembakan tersebut, wajahnya diselimuti oleh rasa takut tatkala melihat senapan mengarah kepadanya dari atap rumah warga.
Prajurit tersebut akan menembaknya, dan Chrysanthemum berpikir bahwa mungkin inilah waktu terakhir bagi dirinya.
"Oi turunkan senapanmu!"
Prajurit hitam tersebut lantas langsung menurunkan senjatanya, "tapi kapten, ketua squad bilang kita harus menembak semua Marley biadab dan pengikutnya sebanyak yang kita temui."
Sang kapten hanya menghembus nafasnya kasar, "kau tidak lihat bahwa dia hanya gadis biasa? bergabung dengan yang lain, aku akan menangani ini."
"Siap kapten!" prajurit tersebut pun langsung pergi terbang meninggalkan Chrysanthemum dengan prajurit hitam yang mereka sebut 'kapten' tersebut. Ia turun ke bawah dengan gerakan yang begitu lentur, kedua mata mereka lalu bertemu.
Mata sang kapten dingin bak musim dingin di bulan Desember, ia memberikan wajah 'Poker Face' pada gadis di depannya. Tidak seperti prajurit lainnya yang memegang dua senapan dikedua tangan mereka, prajurit di depan Chrysanthemum memegang kedua belah pedang yang terhubung dengan alat yang terpasang di pinggulnya.
Sementara itu, Chrysanthemum menatap prajurit di depannya dengan ekspresi yang bercampur aduk –matanya menatap sedih, rahangnya yang mengeras menandakan ia marah, alisnya yang terangkat karena terkejut dan wajahnya memaksa untuk diberikan penjelasan. Prajurit Marley yang ia dekap sebelumnya, sekarang jatuh tidak bernyawa di jalanan yang rusak.
"Lari dari sini dan selamatkan dirimu, tempat ini tidak aman," kata sang kapten dingin – dan hanya dengan itu prajurit tersebut pergi dengan alat manuvernya, meninggalkan Chrysanthemum seorang diri, lagi.
"Levi..." lirihnya pelan sambil melihat pria tersebut menghilang dari pandangannya.
Chrysanthemum mengepalkan tangan kirinya, tangan kanannya memegang dada kiri yang mulai terasa sakit, sudah bertahun tahun ia mencoba untuk melupakan pria tersebut, mencoba untuk berlari sekuat tenaga untuk melupakan semua kenangan kenangan indah yang seperti parasit di otaknya. Di malam hari yang gelap, ia akan menemukan dirinya terjebak dalam kenangan itu, setan dalam dirinya terus berusaha untuk membuat semuanya nyata, padahal semua itu hanya mimpi, mimpi yang terus menghantuinya setiap kali ada kesempatan.
Dan kali ini ketika pecahan hatinya sudah kembali seperti bentuk asalnya, sosok pria yang selalu menghantuinya tiba tiba datang di tengah kekacauan — memberikan Chrysanthemum sejuta pertanyaan, tapi yang pasti dia bisa merasakan perasaan itu lagi — perasaan yang persis dirasakannya dua tahun lalu ketika mereka pertama kali bertemu di bawah saksi kota yang sedang hancur ini.
Jika tidak dengan kerasnya suara kekacauan yang sedang terjadi saat ini, ia pasti bisa mendengar suara hatinya yang hancur berkeping keping.
—
Hello, guess who's back! setelah bertahun tahun tidak buka wattpad, akhirnya aku balik lagi. Kali ini aku bikin cerita baru tentang Levi again (After so many years, i'm still a simp for him >-<) dan kebetulan juga karena season 4 SnK udah up, aku bikin cerita baru yang latarnya berbeda dari cerita pertamaku "My Soulmate"
Untuk cerita ku yang "Second Chance" maaf sekali aku bakal discontinue karena aku udah lupa dengan alur ceritanya (dan mungkin aku emang tidak terlalu berbakat bikin AU modern world wkwkwk), mianhae T_T
Cerita kali ini aku pengen sekali tulis sampai tamat, gak peduli banyak atau enggaknya yang baca, dan juga karena aku merasa bersalah udah ngegantungin cerita Second Chance. So yeah, jangan khawatir, cerita ini pasti akan tamat, cuman bentar atau lamanya update/chapter aku masih belum tau hhe
Stay Tune! ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Days | Levi Ackerman
FanfictionChrysanthemum bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi setelah dirinya dicampakkan oleh pria yang didambakannya. Ia akan fokus membantu ayahnya yang membuka sebuah toko kue di tengah kota Liberio dan menjadi warga Eldia yang baik dan patuh terhadap pe...