"Do you ever experienced love mister?"
"Hei bangun, sudah siang nih!"
Kelopak mata Chrysanthemum terbuka dengan sangat berat, ia mengusap ngusap kedua matanya untuk melihat dengan jelas makhluk laknat mana yang berani membangunkannya.
"Bangun hei, kita janji akan pergi ke pasar jam tujuh, sudah jam delapan nih!" seorang gadis berambut hitam panjang berteriak tepat di depan wajah Chrysanthemum, dengan refleks ia menampar gadis tersebut hingga jatuh. Dengan malas, ia bangun dari ranjangnya dan lantas kaget ketika melihat gadis yang ia tampar barusan adalah sahabatnya sendiri -- Iselda.
"Oh, kau rupanya, maaf" kata Chrysanthemum kalem tanpa berinisiatif untuk membantu sahabatnya itu. Ia melainkan kembali tidur di ranjangnya.
"Maaf maaf, tolongin kek," Iselda bangun dan menarik pakaian Chrysanthemum dengan sekuat tenaga hingga gadis pirang tersebut jatuh. Tanpa rasa berdosa, ia tertawa jahat dengan keras, ia yakin para pembeli di bawah dapat mendengarnya. Tapi ketika gadis itu menunggu Chrysanthemum untuk bergerak, ia malah tidak bergerak sama sekali, membuat Iselda panik.
"Eh, kamu enggak beneran mati kan Chrys?" Ia menepuk nepuk pundak sahabatnya tersebut — nihil, tidak ada respon.
"Aku hanya bercanda Chrys tolong jangan mati," ia mendekatkan wajahnya pada Chrysanthemum untuk mengecek nafasnya, tiba-tiba matanya terbuka dengan lebar dan ia berteriak tepat di depan wajah Iselda membuat gadis itu terperanjat dan jatuh ke belakang, kali ini, Chrysanthemum yang tertawa jahat.
"Untung sayang, kalau enggak sudah aku kasih kamu ke Oliver," canda Iselda sambil menatap gadis pirang tersebut dan ikut tertawa bersamanya.
"Sorry nih, kamu bukan bapakku, enggak bisa sembarangan kasih aku ke Oliver."
"Bapak Decius santai santai saja tuh sama Oliver, malah dia sepertinya khawatir tentang hubungan kamu sama si Porco."
Mendengar nama Porco membuat Chrysanthemum mengingat lagi kejadian kemarin, wajahnya yang semula tertawa menjadi murung, Iselda yang peka lantas langsung menghampirinya, "kenapa? enggak biasanya sedih kalau dengar nama dia."
Chrysanthemum menggigit ujung bibirnya, ia bingung harus bercerita mulai dari mana dulu. Dengan menghela nafas panjang, ia lalu bercerita pada sahabatnya itu mulai dari sejak ia pergi mengantarkan pesanan, Iselda mendengar cerita sahabatnya dengan seksama. Sesudahnya ia bercerita, wajah Iselda yang tadinya bersimpati atas kesedihan Chrysanthemum menjadi kesal.
"Lupakan saja dia, kamu enggak butuh cowok kardus sepertinya, mentang mentang tampan ganti cewek seenaknya, harusnya aku sudah menduga hal itu akan terjadi."
"Wait, memangnya ini bukan pacar pertamanya? aku masih ingat Porco pernah mengatakan bahwa dia enggak mau punya pacar karena mau fokus melaksanakan tugasnya," tanya Chrysanthemum heran dengan alis terangkat sebelah, Iselda terdiam sebentar dengan wajah yang menyembunyikan sesuatu, Chrysanthemum pasti menyadari dirinya menyembunyikan sesuatu, gadis itu sangat jago dalam membaca gerak gerik seseorang.
"Sebenarnya... aku tahu Porco berpacaran, aku pernah melihat dia jalan bersama seorang gadis, hanya itu yang aku lihat — jujur," Jawab Iselda pelan, Chrysanthemum hanya diam sambil menatap Iselda dengan tajam.
"Lalu, kenapa kamu tidak pernah memberi tahuku tentang hal ini?"
"Aku tidak mau kamu sedih dan patah hati Chrys, lagipula aku tidak bisa sembarang menyimpulkan Porco adalah pria seperti itu hanya karena aku pernah melihatnya jalan dengan seorang gadis," jawab Iselda, "sekarang semua itu sudah jelas, gadis yang kau gambarkan tadi tidak sesuai dengan gadis yang aku lihat saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
13 Days | Levi Ackerman
Fiksi PenggemarChrysanthemum bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi setelah dirinya dicampakkan oleh pria yang didambakannya. Ia akan fokus membantu ayahnya yang membuka sebuah toko kue di tengah kota Liberio dan menjadi warga Eldia yang baik dan patuh terhadap pe...