Comfort Zone (5)

1.4K 73 12
                                    

"Udah gak dingin?" Tanya Kalva kepada Jesica setelah ia menyampirkan jaketnya ke punggungnya.

Jesica mengangguk, "udah gak kok. Kamu gak apa kan jaket kamu aku pake?"

Kalva mengangguk. Mereka kembali menyusuri pinggiran danau dalam hening sampai pandangan Kalva teralihkan oleh kerumunan orang di bawah pohon dekat danau.

"Disana ada apa ya?" Tanya Kalva lebih kepada dirinya sendiri, tetapi terdengar oleh Jesica.

"Enggak tau juga." ucap Jesica cuek. Tetapi entah kenapa perasaan Kalva tidak enak.

"Gue kesana dulu ya." seolah tuli, Kalva terus berlari kearah kerumunan tersebut mengabaikan teriakan Jesica yang memanggil-manggil namanya.

Kalva terperanjat kaget saat melihat apa yang terjadi di depan matanya. Dia mematung memandangi wajah Christi yang sudah pucat pasi, bibirnya membiru, dia tampak susah bernafas, di pangkuan Dylan. Entah mengapa hatinya tak rela melihat kejadian itu, dengan brutalnya ia menghampiri Christi dan Dylan.

"LO APAIN CHRISTI BANG*AT?!" Teriak Kalva tak sabaran, semua mata kini tertuju padanya tak terkecuali, Dylan.

"Lo gak usah banyak nanya, b*go! Ini semua karena lo!" Kalva seakan tuli, matanya tertuju pada Christi yang sudah menggigil hebat.

Christi yang masih di pangkuan Dylan, di rebut paksa oleh Kalva. Awalnya Dylan kesal dengan perlakuan semena-mena Kalva, tetapi akhirnya ia mengalah karena saat ia menemukan Christi pingsan, Christi sempat mengigau dan memanggil-manggil nama Kalva.

Kalva yang kini sudah memeluk Christi, tak kalah gemetarnya ia takut terjadi apa-apa dengan Christi. Bagaimana jika Christi tak tertolong? Badan Christi sangat dingin. Wajahnya juga pucat seperti kertas.

"KALIAN SEMUA MAU NGAPAIN DISINI, HAH?! CEPET CARI SELIMUT YANG BANYAK!" Bentak Kalva, kemudian Kalva membawa Christi kedalam tenda dengan hati kalut.

"Ya Tuhan! Christi kenapa Kalva?!" Ina yang kaget melihat Kalva tiba-tiba masuk dengan Christi yang menggigil hebat—namun matanya tertutup.

"Karina.. Please, lo cari selimut yang banyak! Lapor ke Pak Will dan kalo bisa bikinin susu hangat! Dan jangan lupa minyak telon! Kaos kaki bersih juga ya! Cepet! Kalo bisa bikin api unggun! Christi hipotermi!" Jelas Kalva panjang lebar. Ina yang gugup langsung keluar. Keadaan di luar tenda tak kalah mencekam, semua anak-anak kacau, mondar-mandir entah mencari apa.

Kalva kini sudah memeluk Christi, tetapi sebelumnya dia membungkus Christi dengan selimut yang berada disitu. Kalva sangat gelisah dan khawatir. Pertama kalinya dalam hidupnya ia merasakan kekhawatiran yang sangat hebat. Pertama kalinya juga ia melihat Christi sedrop ini, yang Kalva tau sejak mereka bersahabat sejak umur 6 tahun, Christi hanya pernah sekali masuk rumah sakit—entah karena apa.

Kalva menggenggam tangan Christi erat. Christi semakin menggigil, nafasnya bahkan terengah-engah. "Christi.. lo kenapa sih? Chris.. Lo baik-baik aja kan?" Kalva sudah seperti orang gila yang mengobrol sendiri. Kalva semakin mengeratkan pelukannya, namun Christi tetap saja menggigil hebat membuat Kalva panik bukan main.

"Christillea kenapa?!" Pak Will tiba-tiba masuk kedalam tenda dengan membawa minyak telon. Kalva menggeleng lemah. Dirinya bahkan sudah tidak tau apa yang harus ia lakukan lagi. Pak Will seakan mengerti dan tidak memaksa Kalva melepaskan pelukannya, ia bisa melihat raut wajah Kalva yang sudah seperti orang kehilangan arah.

"Kamu yang tenang ya, Kalva. Ini minyak telonnya, usahakan Christillea terus menghirupnya. Saya juga sudah menyuruh anak-anak kembali ke tenda masing-masing agar mereka tak menambah kegaduhan. Sebentar lagi Karina akan datang membawa Selimut tambahan, saya mau menelepon orang tua dari Christi dulu." ucap Pak Will panjang lebar. Belum saja Pak Will beranjak keluar suara Kalva menginterupsi

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang