02- Ngeselin?

17 2 7
                                    

"Silahkan perkenalkan dirimu," tutur wali kelas kepada Nadin yang telah berdiri di depan siswa-siswi 11 IPA 2.

Nadin tersenyum ramah. "Hai gue Nadin. Lebih lengkapnya Nadin Tacitran. Pindahan dari SMA Bandung. Ada yang mau ditanyakan?"

Seseorang terlihat mengangkat tangannya,
"Apa bener lo pacarnya Ka Alam?"

'Kenapa dia bisa tau berita 'hoax' itu?'

"Darimana lo tau?"

"Ini berita terbaru yang disebar beberapa detik yang lalu di grup isu-isu se-star's. Ada yang ngasih video pengungkapan Ka Alam bahwa lo itu pacarnya."

Astaga, sebenarnya Surya Alamsyah itu sepopuler apa si? Selebgram terhits se-star's? Atau anak artis? Anak donatur star's? Anak kepsek? Sampai-sampai berita sepele saja bisa meledak secepat itu! 'Pacaran' sudah menjadi hal yang 'wajar' kan?

"Oiya, lo pindah ke sini karena pengin satu sekolah sama Ka Alam kan?" tanya yang lainnya.

"Eh eh eng-ggak gitu ceritanya! Alasan pertama gue ke sini karena cuman star's yang paling deket sama rumah baru gue di sini, Bekasi. Yang dikatakan Ka Alam cuman kebetulan aja."

"Oh gitu. Kalian kenal darimana? Ka Alam pernah ke Bandung kah? Atau cuman kenalan lewat sosmed dan jadian gitu aja?"

Nadin berpikir dua kali sebelum menjawab. Jika dipikir, kenapa dirinya harus susah-payah ngikutin drama Alam? Padahal kalau dia mau, dia bisa mengungkapkan kejadian yang sebenarnya pada mereka.

Bahwa hubungannya dengan Alam hanyalah pura-pura dan ia baru mengenal Alam di sini, tepatnya hari ini. Bukankah harusnya ia tidak peduli jika nantinya Alam akan mendapat malu ataupun masalah? Tapi kenapa ia merasa ingin melindungi? Padahal ia tak tau apa-apa tentang Alam.

"Em gu-gue.."

"Kalian lanjutin perkenalannya nanti aja pas istirahat ya?! Sekarang kita pelajaran dulu."

Nadin berucap syukur dalam hati, Bu Feli--wali kelasnya itu telah menolongnya menghindari pertanyaan itu.

"Ada tiga anak yang duduk sendirian. Raga, Hana, dan Fani. Silahkan kamu pilih mau sama siapa, Nad."

Pandangannya menyapu obyek di depannya. Memang ada tiga anak yang duduk sendirian dalam satu meja. Satu cowok di meja pojok depan, mungkin itu yang namanya Raga. Satu cewek di belakangnya, dan satunya lagi cewek di meja pojok paling belakang.

Tak sengaja, ia memerhatikan cewek yang duduk di belakang Raga. Yang diperhatikan menyengir sambil melambai-lambaikan tangannya, bibir tipisnya menggumam, "sama gue aja," tanpa suara. Nadin tersenyum kecil, lalu mengangguk.
"Saya pengin sama dia, Bu," tutur Nadin dengan mengarahkan telunjuknya.

Bu Feli mengangguk tanda menyetujuinya, "silahkan."

Nadin berterima kasih dan langsung menghampiri cewek itu.

"Salam kenal Nad! Gue Hana, adeknya bang Alam."

***

Hana menyodorkan semangkuk bakso pesanan Nadin sembari duduk di kursi depannya.
"Gue nggak yakin lo pacaran sama abang gue," celetuknya membuka obrolan. Kali ini mereka sudah di kantin, bel istirahat sudah dibunyikan sejak sepuluh menit yang lalu.

"Kenapa nggak yakin?"

"Ya, secara kan lo cewek baik-baik, keliatannya. Kok mau-maunya si nerima cowok fakboy kelas hiu!"

Nadin tertawa kecil, "bahkan lo jelek-jelekkin kakak sendiri."

"Yee emang kenyataan kok."

"Lo beneran mau temenan sama gue, Han?"

Jangan Baper! Gue PakboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang