░░۟⃟🌹⸻ O1

90 5 0
                                    

Kepul uap membumbung naik ditiup, isinya yang pahit diseruput, dengan musik dari musim mengisi dengung sepi dari indra pendengaran, guntur beruntun dari angkasa tidak menghentikan kegiatannya bersantai menyantap cemilan. Orang yang tengah menikmati hobi, bernama Arthur Kirkland. Ialah seorang penguasa dari kerajaan ternama, dari pakaian berlambang sekop pada kartu, jelas sudah kerajaan apa yang ia huni itu.

Dalam megah tembok berdiri, Arthur menjalani hari damai yang sesungguhnya sunyi. Tiada satupun boleh mengusik, suatu larangan bagi pendatang untuk menodai harmoni kawasan yang telah susah payah dilindungi. Menggeleng pelan, segala pikir buruk disingkirkan, kembali menyeruput cangkir teh di tangan.

Hari yang indah diberitakan, menyebar luas melalui koran, meski tak sampai keluar wilayah kerajaan yang terisolasi, seluruh penjuru kekuasaan di darat tahu, bagaimana tentramnya kerajaan yang ia pimpin. Dalam gelora bangga membuncah di hati, Arthur memuji segala keputusannya dimasa lalu. Kembali isi cangkir mewah diseruput. Sampai suara asing mencampur adukkan orkestra alam, cangkir yang isinya tak habis separuh diletakkan.

"Dari mana suara katak itu datang?"

Bertanya pada satu-satunya orang di sana yakni diri sendiri, kepala ditolehkan ke kanan serta ke kiri, tidak ditemukan satu amfibi. Berusaha menonjolkan sikap acuh, paling suara katak kawin seperti biasa, batinnya menerka-nerka. Beberapa menit berselang kemudian suara hujan beralih murni. Ketika hendak menikmati teh, bising itu pun kembali.

Langsung menengok ke bawah meja, alasnya yang bewarna biru tua disibak. Sekali lagi, tidak ada hewan apapun di bawah sana terkecuali kakinya sendiri. Merasa heran, apa yang dia dengar tadi cuma ilusi? Datang bunyi dari atas meja, ia menengok ke arah cangkirnya berada. Betapa tak rela mendapati seekor kodok tengah berendam sembari menggosok tubuhnya.

"Bonjour."

Berteriaklah keduanya, si kodok ikutan sebab kaget saja. Cangkir teh disambar, lekas-lekas ditumpahkan isinya ke halaman rumput hijau. Namun kodok yang barusan menyapa sudah lebih dulu berpindah tempat. Tanpa rasa takut akan di jadikan umpan ikan, mahkluk penghuni dua alam itu mendarat dan menempel di punggung sang raja yang makin kalang kabut dibuatnya.

"Blimey! Turun dari jubahku, kodok!"

Menghardik kesal pada hewan amfibi, dalam hati Arthur sedikit mempertanyakan kewarasan, apa kodok memahami bahasa manusia? Peduli setan, jubah tiada henti dikibar-kibarkan, kedua tangan coba meraih hewan menggelikan, konyolnya sampai berputar sebentar sebab berusaha melepaskan kodok yang takutnya malah mengotori pakaian bangsawannya dengan lendir yang dihasilkan.

Gagal, kodok tetap menempel di jubah biru tua. Bahkan jika tak salah dengar, Arthur merasa jika kodok itu barusan tertawa. "Bloody hell!" ucapnya sebelum melepas kemudian melempar jubah yang ia kenakan. Alhasil kodok yang setia menempel di sana ikut terbawa, terbang lalu membentur tiang.

Arthur-seorang raja bijak serta dikenal paling cerdas, diganggu kala asik menikmati minat menyesap teh tak enak di lidah orang awam. Mengorek-ngorek lubang telinganya, menatap bingung sekaligus was-was pada jubahnya sendiri. Sendok teh sepanjang jari ia genggam erat, siap memukul apabila kodok tiba-tiba melompat.

Suara benda logam jatuh, sendok terlepas dari apitan jari. "Penyihir ...." Arthur bergumam. Ia saksikan tepat di hadapan mata kepala, jubah yang ia lemparkan tadi terangkat. Dari jubah birunya, menyembul sebuah kepala dengan rambut pirang bergelombang sepanjang bahu. Lagi, sosok misterius itu mengaduh seraya memegangi kepalanya yang amat sakit.

"Mon dieu, kau kasar sekali ... Oh?"

Manik emerald dan amethyst bertemu, seolah muncul kilatan di iris permata masing-masing, tercipta suasana hening diantara keduanya. Pria misterius itu bangkit berdiri, belum sempat ia berujar, Arthur sudah keburu lari.

Melihat kearah bawah, betapa bodohnya ia tidak menyadari. Menepuk dahi sendiri, lantas jubah biru di dekatnya ia jadikan untuk menutupi bawahan. Setelahnya apa yang pria misterius itu lakukan? Tentu saja, jawabannya jelas. Ia kejar saja Arthur yang berlari sambil memanggil prajurit kerajaan.

Sepanjang lorong istana, melewati tempat yang anehnya tiada satupun nampak pengawal berjaga. Arthur berlari lebih cepat diusianya yang menginjak kepala dua. Diikuti derap langkah yang malah mengingatkannya pada kisah horor lama dimana si tokoh utama terus berlari di koridor tak berujung, Arthur melakukan hal serupa.

Ia berbelok, pria misterius masih mengejar. Dalam kisah horor, tokoh malang yang mulai kelelahan berlari, masuk ke dalam ruangan tersembunyi. Apa daya, di kerajaan ini tidak ada tempat rahasia, seperti buku yang jika ditarik bakal membuka pintu ke ruang antah berantah, satu-satunya tempat sembunyi terlintas di benak Arthur ialah tempatnya bekerja.

Suara lantai berdecit timbul kala Arthur berbelok tiba-tiba. Memasuki ruang kerja, ia tutup pintu bermotif rumit itu rapat-rapat, kemudian ia halangi dengan tubuhnya. "Sudah aman?" Pertanyaan itu ia utarakan pada diri sendiri atau bisa juga pada kawan-kawan peri.

Sekilas ia merasa janggal, kemana asistennya pergi? Asisten yang ia maksud, seorang bermata sipit dengan ucapan diakhiri kalimat unik, biasanya akan ada kalimat "aiyaa!" Semisal Arthur tiba dengan keadaan dirundung letih maupun panik. Bukan hanya itu yang menganggu benak si pria beralis tebal, sepanjang lorong yang ia lewati, tak satupun ia dapati pengawal berdiri membawa senjata, bahkan pelayan yang senantiasa lalu lalang pun tidak ada.

Lama menjelajahi berbagai prasangka, terlalu sibuk-sibuk mengira-ngira hingga tak sadar tepat di belakang, kaki berderap mendekat menimbulkan bunyi banter pada lantai marmer. Alhasil pintu terbuka dengan paksa akibat dobrakkan bertenaga. Begitu kuat daya digunakan sampai-sampai pintu megah itu hampir copot engselnya. Arthur pula sampai terpental sebab tak kuasa mempertahankan kuda-kuda.

Kini berdiri gagah, seorang pria yang bagi Arthur perawakannya tampak indah sekaligus mengerikan, hanya menutupi bawahan itupun tidak sampai ke lutut, pria misterius itu berjalan mendekat. Dengan payah Arthur bergerak mundur, sambil matanya berusaha mencari benda untuk dijadikan senjata.

Tepat di belakang, Arthur kehabisan jalan kabur. Tersudutkan bukanlah bagian favorit setiap orang, terlebih jika di depanmu terdapat orang yang tidak diketahui tempatnya datang. Kedua tangan kekar menahan tiap sisi, mengurung Arthur yang mencoba memberi tatapan garang, si pria misterius mendekatkan wajah hingga bisa terasa hembusan napas dari kedua belah pihak. Ketika bibir tepat berada dekat dengan telinga, pria misterius itu lantas berbisik.

"...."

Arthur- lengkapnya Arthur Kirkland, seorang raja dari Kingdom of Spade, tinggal hanya bersama dengan anak semata wayang. Tertarik menikmati teh dikala waktu luang semenjak masih berstatus pangeran. Suatu sore saat sedang hujan, ia bertemu kodok jejadian, entah atas dasar tujuan apa, masih dalam keadaan kelimpungan pula ia terima dua informasi yang mengejutkan, perihal penghianat dari empat kerjaan besar atau ajakan pernikahan.

 Suatu sore saat sedang hujan, ia bertemu kodok jejadian, entah atas dasar tujuan apa, masih dalam keadaan kelimpungan pula ia terima dua informasi yang mengejutkan, perihal penghianat dari empat kerjaan besar atau ajakan pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang