Sudah seminggu Byounggon tinggal di Apartment Hyunsuk, dan sudah seminggu pula Hyunsuk tidak pergi bekerja ke studio.
Itu semua karena larangan dari Byounggon. Ia melarang Hyunsuk untuk pergi tanpa dirinya, jadi Byounggon harus ikut kemana pun.
Hyunsuk yang pada dasarnya workaholic jelas sangat stress jika harus berdiam diri di Apartment.
"gon, please, aku hanya ingin menemui keluarga ku dan Shea, tidak lebih dari itu." mohon Hyunsuk.
"aku harus ikut!!"
"wae?! memangnya kau siapa? kau hanya menumpang di Apart-ku, kau juga orang yang baru kutemui di rumah sakit tetapi kau bertingkah seolah kau adalah keluargaku . Lagipula, aku sudah cukup sehat sekarang!!" nada bicara Hyunsuk sedikit meninggi.
Byounggon hanya diam.
"aku hanya ingin memastikan kau sudah siap untuk mengetahui- ..."
"APA?!"
Hyunsuk memotong perkataan Byounggon.
"kau selalu bicara seperti itu! apa yang harus ku ketahui hah? apa? jawab aku!"
Kesabaran Hyunsuk sudah habis. Byounggon orang aneh, dia benar-benar aneh.
"aku bisa saja mengusirmu sekarang lee byounggon!"
Hyunsuk menekan perkataan nya lalu ia mengambil kunci mobil dan pergi meninggalkan Byounggon.
Byounggon yang sadar Hyunsuk pergi dengan sigap mengejar langkah lelaki itu.
'sial, apa yang harus ku lakukan sekarang?' batin Byounggon
-
Disini lah Hyunsuk dan Byounggon berdiri, di depan gedung besar yang merupakan studio kebanggan Hyunsuk.
"ahh aku merindukan tempat ini" ucap Hyunsuk pelan.
Byounggon hanya diam menatap Hyunsuk. Ia tidak berani mengajak Hyunsuk pulang sekarang, melihat senyum yang terukir di wajahnya.
"ikutlah, akan aku perlihatkan tempat ku bekerja dan berkarya!"
Ajak Hyunsuk. Ia melangkah ringan masuk ke gedung itu. Namun, sepersekian detik, alisnya bertaut bingung.
"eoh? tutup?"
Langkahnya terhenti saat pintu masuk gedung itu tertutup rapat, bahkan terdapat tanda dengan bacaan 'close'.
"hari apa sekarang" tanya Hyunsuk.
"selasa" jawab Byounggon ragu.
"aneh, mengapa bisa tutup? studioku tidak pernah tutup seperti ini tanpa seizinku. Jihoon dan Yoshi juga tidak meneleponku jika- aaahhh"
Hyunsuk meraih telepon genggam nya kemudian menekan tombol telepon pada kontak bernama Jihoon.
Ia tempelkan benda pipih itu pada telinga nya. 15 detik masih tidak ada jawaban. Ia mencoba menelepon Yoshi, tapi hasilnya tetap sama.
Hyunsuk berinisiatif menelepon sang kekasih, namun pada saat ia akan menelepon, terdenger suara 2 orang yang sedang mengobrol.
Ia memperhatikan orang-orang itu, ternyata Jihoon dan Yoshi.
Senyum tipis terukir kembali di wajah Hyunsuk. Baru saja ia akan pergi menghampiri Jihoon dan Yoshi, tangannya di tahan oleh Byounggon.
"aku mohon, dengarkan kata-kata ku, tolong jangan hampiri mereka"
Hyunsuk melepas lengan Byounggon. Ia menghiraukan perkataan Byounggon dan melangkah menghampiri kedua sahabatnya itu.
Belum sampai Hyunsuk pada Jihoon dan Yoshi, ia mendengar obrolan mereka yang membuat langkahnya terhenti.
"kau yakin jihoon?"
"ya, paman choi memintaku untuk menutup studio ini sementara, mungkin saat semuanya sudah baik-baik saja, kita akan buka studio ini lagi"
"hmm baiklah"
Lelaki yang dipanggil Jihoon itu mengunci pintu gedung dengan keamanan yang tak main-main. Ia menatap gedung itu berkaca-kaca.
"aku tidak tahu bagaimana perasaan shea saat tau seseorang yang dia cintai pergi"
Yoshi mengusap punggung Jihoon.
"sudah, sekarang kita kembali, shea sudah menunggu mu"
Jihoon mengangguk lalu mereka berdua pergi dari situ.
Hyunsuk yang sedari tadi diam mendengar percakapan dua sahabatnya itu, hanya tertawa simpul.
"haha, aku tahu mereka hanya bercanda. sebentar lagi ulang tahunku kan? pasti mereka berpura-pura sekarang"
Byounggon yang sedari tadi berada di belakang Hyunsuk, hanya diam, menatap orang di depannya dengan tatapan sendu.
'seharusnya kau tau kenyataan itu, choi hyunsuk'
_______________
𝘛𝘩𝘦 𝘖𝘵𝘩𝘦𝘳
𝘤𝘩𝘰𝘪 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘴𝘶𝘬
__________next?
-!!
YOU ARE READING
𝗧𝗛𝗘 𝗢𝗧𝗛𝗘𝗥● |𝘤𝘩𝘰𝘪 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘴𝘶𝘬
Fanfiction;𝙘𝙝𝙤𝙞 𝙝𝙮𝙪𝙣𝙨𝙪𝙠 "𝘒𝘦𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯?" -warn!sad genre [ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑝𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑘𝑖𝑟𝑎𝑛] 27;01;21