Hanya pada satu orang Sasuke membuat janji. Dia adalah Hyuuga Hinata. Janji yang Sasuke buat sendiri tanpa Hinata tahu.
Interaksi Sasuke dengan Hinata bisa dihitung jari dan jam. Mereka tidak pernah menghabiskan waktu lebih dari 15 menit namun berhasil menanam kesan di hati Sasuke lebih dari yang Hinata sadari. Kehadiran Hinata di sisa waktunya tinggal di Konoha cukup menghibur. Hinata tidak selemah yang orang lain pikirkan. Perempuan itu penuh ambisi. Sasuke menyadari saat Hinata tiba-tiba mengajaknya berduel untuk mengetes kemampuan bertarungnya.
"Sasuke-san adalah murid terbaik tahun ini. Aku menantangmu bertarung."
Sasuke tidak menolak. Karena dia juga penasaran seberapa jauh kemampuan Hinata sebenarnya. Karena saat tes dilakukan di sekolah Hinata seperti kehilangan fokus. Padahal Sasuke tahu seberapa keras anak itu berlatih sendirian di bukit ini.
Kekuatan Hinata tidak bisa dibandingkan dengan Sasuke. Jelas perbedaannya jauh. Namun Sasuke yakin jika mau membandingkan dengan Tenten, Sakura atau Ino, kekuatannya sama. Tapi entah apa alasan Hinata bisa menjadi lemah di depan anak-anak.
"Oh itu karena." Wajah putih Hinata memerah. Sasuke tidak ingin membuang waktu memilih pergi sebelum Hinata memberi jawaban lengkapnya.
Naruto? Sasuke mengernyit ragu. Tapi setelah mengamati sikap dan raut wajah Hinata tiap bertemu Naruto akhirnya Sasuke mendapat jawabannya. Hinata menyukai Naruto. Jadi alasan Hinata seperti tidak berdaya saat tes kemampuan bertarungnya diuji karena ada Naruto yang menontonnya.
Cinta monyet sialan. Sasuke tidak tertarik.
Hubungan Sasuke dan Hinata terjadi begitu saja. Sangat alami dan terasa nyaman. Hinata tidak merasa takut atau tersinggung dengan sikap tak acuh Sasuke. Seolah mereka bisa saling memahami dalam waktu singkat.
Seharusnya kenangan masa kecil Sasuke bersama Hinata tidak menjadi sesuatu yang spesial. Namun, siapa yang menduga jika Hinata adalah orang pertama yang mengetahui rencana kepergian Sasuke dari desa dan bergabung dengan ninja pelarian Orochimaru. Gadis itu berlari pontang panting membawa katana. Sasuke tidak tahu dari mana Hinata mendapat senjata tersebut.
"Kau akan pergi?" tanya Hinata memegang erat katana. Napasnya terengah-engah. Sasuke melihat buliran keringan mengucur di wajah tegang Hinata.
"Apa pedulimu?" Sasuke sinis. Hinata hanya datang bertanya atau mencoba menghentikannya.
Hinata tidak merasa terlalu dekat tapi setelah tahu Sasuke akan pergi dari desa, setengah hatinya merasa kehilangan.
"Sasuke-san, apa kau tidak tahu hidup di luar sana lebih menakutkan daripada omelan guru Iruka?"
Pertanyaan polos. Sasuke tidak mudah dibujuk.
"Apa kau bisa terus hidup di bawah bayang-bayang kematian seluruh klanmu di desa ini?"
Hinata terdiam. Selama perjalanan ke bukit menyusul Sasuke, sejarah pahit klan Uchiha yang baru saja menimpa Sasuke sama sekali tidak terlintas di benaknya.
"Pergilah jika itu memang itu pilihanmu. Aku datang ke sini bukan untuk mencegahmu pergi."
Jalan pikiran Hinata mengagumkan. Sasuke terpanah sejenak.
"Ini janjiku padamu bahwa tidak akan ada satupun yang tahu kau pergi selain aku. Walaupun mereka tahu aku tidak akan memberitahu ke mana kau akan pergi. Dan kalaupun mereka tahu keberadaanmu, aku tidak akan membawamu kembali. Aku percaya kau akan kembali ke Konoha karena kau menginginkannya sendiri."
Bibir bisa berbohong namun mata tidak. Begitu pula mata hitam Sasuke saat Hinata menyerahkan sebuah katana diiringi pesan yang berubah menjadi janji Sasuke.
"Aku tidak bisa membantu banyak untuk mengobati luka kecewa dan sedihmu karena kehilangan seluruh keluarga. Tapi katana ini bisa melindungimu selama kau di luar sana. Dan ingat kalau kembali berikan katana ini padaku. Di bukit ini."
Bertahun-tahun kenangan itu melekat di benak Sasuke. Hingga beranjak remaja di usia 15 tahun untuk pertama kali Sasuke harus kembali berhadapan dengan Shinobi Konoha. Kemunculan Sasuke hanya sebentar sebelum hilang tanpa jejak. Sayangnya orang yang Sasuke cari tidak bergabung dengan Tim Naruto.
***
Cinta bukan prioritas utama dalam hidup Sasuke. Bahkan saat Sakura rela mati dibunuh oleh Sasuke karena mencoba menghalanginya. Dia tidak merasa bersalah atau sedih. Tapi perasaan asing yang melanda dada Sasuke ketika Hinata hampir terbunuh oleh Pain karena berusaha menyelamatkan Naruto adalah sesuatu yang sulit dijabarkan. Amarah, sedih, kecewa, dan bersalah. Semuanya menjadi satu dan membuat Sasuke kehilangan sedikit kewarasannya.
Sasuke benci tersiksa oleh perasaan seperti itu. Bahkan saat di medan perang Sasuke tidak bisa melindungi Hinata. Mata perempuan itu hanya tertuju pada Naruto. Sampai perang usai dan Sasuke menantang duel Naruto sebagai rivalnya. Hinata tak mau lepas memperhatikan Naruto dengan cemas.
Kenapa hanya Naruto?
Kedua mata lelah Sasuke menatap langit mendung di cakrawala. Menyeramkan tapi tampak menyedihkan. Istilah yang cocok menggambarkan perasaan Sasuke.
Di dada sebelah kiri dirasakan jantungnya melemah. Sakit menusuk karena kecewa dan luka sayatan mendalam akibat pertarungan sengit dengan Naruto.
Sayup-sayup, Sasuke mendengar suara langkah mendekat panik. Tidak tahu siapa yang meneriaki namanya karena Sasuke lebih dulu jatuh dalam ketidaksadaran.
TBC.
Cilacap, 27 Januari 2021
Oktavia K.D.
![](https://img.wattpad.com/cover/254716353-288-k426169.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI [TAMAT]
ФанфикSasuke boleh membohongi tubuhnya untuk menutup mata namun hatinya tidak akan pernah lupa sosok Hinata di masa lalu yang telah menemaninya. Mereka tidak dekat namun saling mengenal lebih dari orang lain bayangkan.