two.

89 19 2
                                    

Long Distance Relationship?

Gua tatap lamat Sania-cewek yang nyandang status sebagai pacar gua. Kurang lebih dua tahun lamanya. Gua ajak temu hari ini karena mau ngomongin tentang hubungan kita.

Sania seneng banget akhirnya dia bisa ketemuan sama gua, secara gua orang yang sibuk. Kerjaannya menduakan Sania dengan buku dan laptop.

Tapi bukan berarti gua nggak cinta. I do. I do love her. My love for Sania is another level. Furthermore... maybe I'll stop. I've been discuss with my heart about it.

"San, gua-"

"Sejak kapan kamu pakai kosakata gua-lu?" potong Sania, sudut bibirnya yang ketarik jadi turun. Heran, pasti.

"Aku mau kuliah di luar negeri, Eropa lebih tepatnya." ralat gua. Jujur aja, yang tadi gua emang sengaja. Pakai kosataka aku-kamu malah buat gua nggak tega bilang putus.

Yeah, gua udah putusin buat over the end sama Sania. Yang namanya Asa, paling anti sama LDR. Gua nggak bisa, serius. Walaupun gua sakit hati sendiri ambil keputusan yang gua juga nggak siap.

Sania pacar yang baik. Salah satu kepribadian yang gua sukain dari dia adalah, blak-blakkan. Sania suka ngeluarin apa aja yang ada di otaknya. Juga, Sania sering banget bertingkah imut yang mana buat gua berakhir gertak gigi saking gemesnya.

"Trus apa? Bagus dong kamu sekolah di sana! Kamu pinter Sa, daripada aku? Hehe, aku jauh banget dibanding kamu."

Dia ketawa lucu, tapi gua diem. Sedikit narik sudut bibir buat senyum tipis. Nggak siap, tapi harus. Gua tarik napas dan ngangguk samar.

"Ayo putus?"

Sania yang lagi aduk-aduk minuman, berhenti. Rautnya berubah drastis, nampilin senyum pahit setelahnya. "Gimana Sa?"

"Putus, ayo putus. Kamu sangat kenal aku, LDR bukan jalan ninjaku." masih aja ngelawak, ketawa garing yang sialnya dibalas raut datar sama Sania.

"Kamu nggak sayang aku lagi?"

"Bukan gitu, duh." gua mengulum bibir, menatap intens mata Sania. "Aku minta maaf, tapi kita harus berhenti. San, kita kejar cita-cita dulu ya?"

"Cita-citaku bersanding sama kamu Sa." udah gua bilang, Sania suka ngeluarin semua yang ada di otaknya. Sebenernya gemes San, tapi gua udah ambil keputusan sebelum jauh-jauh datang nemuin lu.

Gua geleng kepala, usak rambutnya. "Aku nggak bisa LDR."

"Kenapa?"

"Takut kangen."

"Ya kalo kangen telfon Sa, video call juga bisa, buat apa minta putus kalo kamu juga masih sayang aku kan?"

"Tapi San, aku kalo kangen suka kelewatan."

"Misalnya?"

"Kabur ke Indonesia."

"Bagus dong, nanti ketemu sama aku lagi hehe."

Masih sempetnya nyengir. Kurang serius gimana gua?

"San,"

"Aku nggak mau!" Sania ngomong sambil nukik alisnya biar nyambung. Gua gertak gigi, nahan buat nggak serang dia.

"Mau nggak mau, harus mau."

"Maksa banget sih Sa, guna voice sama video call buat apa?"

"Tetep nggak bisa."

"Kamu takut kepincut sama cewek lain di sana kan? Yang cantiknya another level, ngalahin aku. Bodynya bagus, lebih buat kamu tertarik kan?"

"Fitnah lebih kejam daripada fitnes." dramatis gua. Kan, malah makin panjang urusannya.

"Ayo putus, kamu malah ngawur ih."

"Apa sih Sa malah alay, gak like."

"Putus, udah."

Gua bangkit dari duduk, mau pura-pura pergi tapi Sania keburu lengkungin bibirnya ke bawah. Bencana. Siaga satu, gua refleks tangkup pipi Sania.

"Asa... jahat!" gua bisa rasain dadanya naik turun nahan emosi. Suaranya juga serak, kaya kecekat. Gua tau Sania nggak bisa ngomong apa-apa lagi.

"Sst, kamu nangis, aku batal pergi."

"J-jahat!"

"Maaf." gua satuin dahi gua di dahi Sania yang berkeringat. Nggak tega, tapi gua lebih gak tega kalo berakhir LDR, jelas gua nggak bakal tahan. "Sania, aku juga sakit tapi ini yang terbaik. San, kalo emang kita jodoh, Allah pasti bakal satuin kita. Kamu percaya sama aku, hm?"

Sania geleng-geleng, nggak terima sama apa yang gua bilang. "Prank kan? P-pasti cuma prank-hikd."

"Aku keliatan bercanda? San, please..."

"I can't Sa! Aku terlanjur sayang sama kamu! Hubungan dua tahun kamu anggap remeh banget, jahat!"

"You must, San. Aku nggak bakal bisa tahan LDR."

"Asa... Aku kecewa sama kamu."

"Aku sering berdoa-" gua jeda kalimat sebentar, jauhin muka dan tatap lamat Sania. "Ya Allah, aku serahkan semua yang kucintai pada-Mu. Insya Allah kita jodoh, kamu jangan khawatir."

"Asa..."

"Sst, kalo jodoh, aku nggak bakal kemana-mana."

Sania diam sebentar, gua tunggu cemas-cemas. Kalo sampai dia nggak terima, terpaksa kita emang beneran harus LDR dulu buat buktiin semua.

"San?" gua nggak sabar, milih buat negur Sania.

"Okay, let's break up Sa, tapi aku tetep tunggu kamu."

Well, gua nggak tanggung jawab kalo berakhir lu sakit hati, San. Sorry.

***

say hi to sania! assegaf's ex :D

say hi to sania! assegaf's ex :D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gelamiour, 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐩𝐚𝐫𝐚𝐝𝐢𝐠𝐦𝐚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang