"Menyapa"

4 0 0
                                    

Angin menyapa menembus kulit, sejuknya terasa di penciuman hidung, ku coba tarik napas secara perlahan, duduk sambil mencoret kertas dengan pena di taman, tak ada suara apapun , hening .. seperti hidupku ..

" Aurelia syanazahra " berperawakan ideal dimasa remaja, kulit sawo matang dan mata yang bulat..

Satu arah yang sedang ditatap, berkecamuk tidak karuan, sedang rapuh namun tetap berusaha bangkit sendirian..
Mengisahkan tentang kehadiran seorang lelaki yang mengatas namakan bahagia

Sore itu rintik hujan membasahi wajah, sedikit pelan mengendarai sepeda motor, kemudian sosok 3 taun lalu terlihat disudut mata ,

Ia menyapa " Hay, apakabar? Aku cari kamu " agak teriak

Aku coba menetralkan rasaku, ekspresi ku, kemudian berhenti di depan pagar rumahku, iapun mengikutinya..

Berjabat tangan untuk kesekian kalinya, akupun membuka pembicaraan " neduh dulu aja, gak papa kok dibanding ujan ujanan"

Iapun memarkirkan motornya, sedikit perbincangan disana, kemudian iapun melanjutkan perjalanan nya ..

Esok harinya..

.

.

.

Tringg ... Tringg ... Tringg ( ponsel ku berbunyi )

083897xxxxxx : " main yu, nanti jam 08:00 aku jmput kamu, jawabannya cuman iya, dandan yang cantik tuan putri "

Akupun mengabaikan pesannya, karena sebenarnya sangat bingung bagiku untuk memulainya darimana

Seperti biasa, aku mengerjakan kegiatanku dipagi hari, membersihkan rumah dan memanjakan badan, serta sarapan, dengan berbalut kaos putih panjang dan hot pans yang dipadu padan kan

Aku menuruni anak tangga satu persatu, betapa terkejutnya mataku, disodorkan sosok yang lama ku dambakan

"Hayy" akupun berusaha tidak gugup

"Are you serious ??" Dengan mata heran ia menatapku

"Maksud kamu?" Akupun mulai penasaran tentang tanyanya.

"Ya, kamu jalan sama aku mau pake baju itu??? Janganlah cantik, sayang sama badan kamu,yehehe" sambil memutar badanku, menunjukan untuk ganti baju.

Akupun memutar kembali,menghadap kepadanya,

Namun seketika....

Hap, ' Tuhan mata itu yang selalu ku rindu, aroma ini yang selalu ku damba, dan tatapan ini selalu menjadi aganku'

Nafasnya sangat terasa di wajahku, kini hanya berjarak 5 jari di rentangkan , dadaku teramat sesak, seperti oksigen enggan ku hirup.

" Eumm maaf" sembari mundur menjauh darinya, " dirumah aja ya, apalagi pandemi gini, aku males keluar, gak papa kan??"

Iapun pasrah dengan senyumnya menuruti inginku,

Duduk di balkon disuguhkan sejuknya alam di taman belakang rumahku, ia bercerita banyak tentang hubungannya yang kandas terlepas membuat sesak nafas, tanpa sengaja akupun melihatnya lekat dan terbawa oleh ilusiku, sungguh dia sangat berubah, berubah sangat jauh yang ku kira.

Sekarang ia terlihat sangat kokoh dan kuat, dewasa dan peka.
Dengan perawakan tinggi, kira kira 175 cm dan kulitnya yang hitam manis, kumis tipis yang ia punya, dengan parfum yang cool khas nya,.

Hari itupun menjadi sebuah perjalananku dengannya.

Dimana 9 tahun silam tak pernah lagi bertegur sapa, tentang rasa sahabatnya menjadi cinta kepadaku, dan aku yang menolak keras akan tentangnya ...

Namun jujur saja, sampai detik ini, ketika ia memakai seragam putih merah dan sampai jam ini aku tetap berdiri kokoh mencintainya.

Seketika lamunanku terbuyarkan dengan pertanyaannya.

" Jalan yu??? Gak kerasa aja udah jam segini ( ia melirik jam tangannya ) lama aku gak liat kota ini "

" Yaelah , makannya jangan kota Mulu kan jadi sombong " ledekku

" Yaudah sana siap siap cantik, pake baju yang bener ya? Jangan sampe mau paha atau dada , hahahaha " tawanya sambil ngucek ngucek rambutku

" Aduh mas chiken bisa aja deh "

kemudian aku bangkit dari tempat dudukku dan bersiap siap untuk pergi

PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang