JATUH CINTA

60 16 19
                                    


Lima belas menit berlalu, suara tangis Zee pun sudah tak terdengar walaupun gadis manis itu masih menundukan kepalanya. Livia dan Varo masih dengan setia menemani dalam diam. Tiba-tiba Zee merapatkan duduknya disisi kanan Livia.

"Kak Varo kenapa disitu? Gue malu." Bisik Zee pelan namun tetap terdengar oleh Varo. Karena mendengar ucapan itu Varo pun berdiri dari tempat duduknya.

"Yaudah kakak balik ke kamar ya, kalo ada apa-apa panggil aja." Varo pun kembali masuk ke kamarnya. Walaupun dalam hatinya masih sangat penasaran apa penyebab Zee menangis pilu tak lama setelah makan siang bersama.

"Tadi gue ngomongnya kenceng ya Lip? Kok Kak Varo langsung balik ke kamar?" Tanya Zee dengan tatapan bingung

"Lu ngomongnya pelan Zee, tapi jarak duduk kita yang deketan jadi tetep kedengeran. Terus sekarang udah mau cerita kenapa nangis kayak tadi? Bikin panik tau."

Tiba-tiba pandangan Zee kembali mendung, matanya sudah siap menumpahkan lagi air matanya.

"Kok malah mau nangis lagi sih Zee, jangan gitu dong nanti Bang Varo mikirnya gue ngapa-ngapain lu pas kita berdua doang lu malah nangis." Kesal Livia

"Lip.. Hikss... Hikss..."

"Iya, kenapa?"

"Gue kangen Ayah Bunda Lip, hikss,,,"

"Mereka sibuk kerja buat bahagiain lu Zee."

"Tapi gue kangen bisa makan bareng kayak kita tadi. Bahkan gue udah lupa Lip kapan terakhir gue makan siang bareng sama mereka."

"Mulai hari ini gimana kalo setiap pulang sekolah lu makan siang disini, bareng gue sama bang Varo."

"Gak mau ah."

"Kenapa? Makanannya gak enak ya?"

"Bukan gitu, makanannya enak kok. Karna masakan rumahan banget bikin gue makin kangen suasana bareng ayah bunda."

"Yaudah kita ganti-gantian, nanti kapan-kapan gue yang numpang makan dirumah lu. Sekali-kali pengen coba makanan orang kaya." Canda Livia demi membuat suasana hati sahabatnya jadi lebih baik.

"Beneran?" Tanya Zee dengan mata berbinar menyiratkan kebahagiaan

"Iya bener dong, udah ah jangan nangis lagi jelek tau."

"Yaampun gue kalo lagi nangis jelek ya? Tadi kak Varo liat gue pas lagi jelek dong Lip. Ih malu banget gue, lagian kenapa Kak Varo pake kesini sih. Ah mau gue taro dimana nih muka kalo nanti ketemu lagi Kak Varo. Iiihhh Lip gue malu." Cerocos Zee sambil menggoyang-goyangkan pergelangan tangan Livia

"Kenapa panik banget sih keliatan jelek didepan abang gue. Jangan-jangan kalian ada apa-apa dibelakang gue ya?" Ujar Livia penuh selidik

"Ih gak gitu ya, Kak Varo tuh terkenal di sekolah. Cowok ganteng, pinter, baik dan lain-lainnya. Cewek-cewek lain ketemu dia pasang muka cantik dengan senyum semanis mungkin. Lah gue malah nangis. Malu gue Lip."

"Emang ada yang nyuruh lu nangis kenceng kayak tadi? Kamar Bang Varo kan di sebelah, jadi ya wajar aja dia denger."

"Ah bodoamat ah, tapi lu beneran janji sering main kerumah gue kan Lip?"

"Iya gue janji Zee." Jawab Livia dengan wajah yang sangat meyakinkan.

"Yaudah ah gue udah gak mood belajar, besok lagi aja." Ucap Zee sambil membereskan buku-buku yang berserakan di meja.

"Terus mau pulang apa masih mau disini?"

Zee melihat jam di pergelangan tangannya lalu menggelengkan kepalanya.

JOURNEY OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang