Haii,
Yuk vote dulu, pencet bintangnya,
._.Selamat baca yaaa.
****
SMA HARAPAN INTERNASIONAL.
Sekolah menengah atas khusus perempuan. Salah satu sekolah elite yang ada di jakarta, karena hampir semua muridnya berkemampuan sangat cukup dan kalangan kelas atas.
Bunyi derap langkah terdengar di depan pintu gerbang sekolah. Hari pertama pengenalan lingkungan sekolah telah di mulai, terhitung hari ini. Semua siswi baru sudah berdatangan, menggendong tas mereka sambil berlari kecil karena sudah ada panitia kedisiplinan berjajar dengan kedua tangan yang melipat di atas perut.
Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Artinya, tiga puluh menit dari sekarang kegiatan masa pengenalan sekolah akan segera di mulai.
Seorang perempuan dengan tinggi seratus enam puluh tujuh centimeter berjalan dengan tegap dan wajah yang sangat datar, tak ada senyum sedikitpun. Suara dari sepatu itu beradu dengan ubin putih sekolahan.
Rambut panjang yang tergerai rapih, jas yang dikancing dengan sempurna, sepatu hitam yang baru saja di semir membuat siapapun terkagum. Kini ia sedang berjalan seorang diri di Koridor sekolah, karena baru beberapa menit yang lalu ia tiba.
Langkah kakinya berbelok dan menaiki tangga menuju lantai tiga, lantai paling atas yang ada di sekolahannya. Berjalan menuju satu ruangan di pojokan. Ia mamasuki ruangan tersebut lalu menguncinya.
****
Tok.. Tok..
"Nak.. Bangun, udah jam setengah tujuh. Kamu udah telat masuk hari pertama sekolah." Suara ketukan pintu dan juga suara kepanikan dari perempuan yang sudah memasuki usia empat puluh tahun yang kini tengah berdiri di depan kamar anak tunggalnya. Sudah tiga kali dengan ini ia memberi tahu sang pemilik kamar, tapi tak kunjung keluar.
Sedangkan yang di dalam kamar, yang tadi sudah di panggil oleh sang mamah masih meringkuk di balik selimut dengan nyamannya. Belum ada tanda-tanda dirinya akan beranjak dari sana.
Drrt.. Drrt..
Drrt.. Drrt..
Bunyi handphone itu terus berbunyi menandakan ada panggilan masuk disana.
"Ck, siapa sih pagi-pagi gini telpon. Gaada jam lain apa." Ia terusik karena handphonenya terus berbunyi. Mau tak mau ia mengambil handphone yang ada di atas nakas samping tempat tidurnya.
23 panggilan tak terjawab.
"Banyak amat, tumben deh ngehubungin." Dirinya membuka selimut dan terduduk di samping tempat tidur. Mengucek mata dan mengumpulkan nyawa.
Saat ia akan mengubungi orang yang tadi meneleponnya, ia baru sadar. Melihat jam di handphonenya.
06.37
"Mampus, telat." Katanya sambil berlalu memasuki kamar mandi.
Tidak sampai sepuluh menit ia sudah mengenakan seragam lengkap. Menggendong tasnya dan berlalu menuruni tangga rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
By My Side
General FictionShania Gracia tolong percaya aku. Aku sangat mencintaimu.