Rumah Kakak - Sabtu Siang

2.7K 28 5
                                    

Hari Sabtu, setelah kejadian tadi pagi dan setelah sarapan, kakakku ijin keluar karena perlu bertemu temannya. Sementara aku menunggu siang karena aku sendiri sudah ada acara siang ini.

Salah satu alasan kenapa aku mengunjungi tempat kakak di kota adalah karena ada tempat yang ingin kukunjungi akhir pekan ini.

Sekitar pukul 11 siang, aku bersiap-siap untuk pergi keluar. Namun saat hendak keluar, aku jadi terpikir. Karena nanti mungkin aku akan sulit ke toilet, mungkin sebaiknya aku pakai popok saja ke sana.

Aku pun menurunkan celanaku. Aku lepaskan celana jeans dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan satu popok dari bungkusan yang dibelikan kakak kemarin.

Setelah itu, aku pun mengenakan celana pendek dan rok supaya popoknya tidak menampak seperti kalau aku pakai celana jeans. Setelah itu, aku pun memasukkan satu popok lagi ke tasku sebelum berangkat pergi.

Aku lalu memanggil ojek online dan menunggu sebentar sebelum dijemput. Aku menunggangi ojek ini beberapa waktu sampai ke tujuan. Satu mall besar di kota.

Memang inilah tujuanku. Aku jauh-jauh ke kota karena di sini ada mall yang bioskopnya menayangkan film yang ingin kutonton. Di dekat rumahku di pinggiran kota, jangankan bioskop, mall saja jarang.

Sebenarnya bukan pertama kali aku ke sini. Berapa kali saat main ke tempat kakak, aku kadang main ke sini juga makanya sudah biasa. Aku pun sedikit berputar-putar melihat-lihat toko-toko dalam mall sambil sedikit-sedikit menuju bioskop di lantai atas.

Saat masih jauh, aku bisa melihat kalau bioskopnya sedang lumayan ramai meski penayangan film yang hendak kutonton masih sekitar setengah jam lagi. Benar saja, antrian tiket film yang ingin kutonton ternyata sudah agak panjang. Di sini, aku jadi agak cemas tidak kebagian tiket dan langsung segera mengantri.

Monitor di atas loket menampilkan sisa tiket film yang tersedia. Memang jumlahnya masih banyak dan mungkin lebih banyak daripada jumlah orang yang mengantri. Tapi siapa tahu satu orang yang mengantri mau beli berapa tiket.

Agak lama aku mengantri, mungkin sekitar 15 menitan. Sempat aku menyaksikan beberapa orang yang mengantri entah keluar antrian atau digantikan oleh teman satu kelompoknya karena lelah berdiri atau karena ingin ke toilet. Sebenarnya aku juga sama, hanya saja karena sendirian aku pun urung.

Akhirnya giliranku pun tiba. Aku memesan satu tiket untuk diriku sendiri. Saat aku mendapatkan tiket, waktunya tinggal 5 menit lagi sampai filmnya dimulai. Aku pun memutuskan untuk ke toilet dulu untuk pipis karena jujur aku sedikit kebelet karena lama mengantri.

Namun sial, di saat bersamaan dua pintu teater bioskop terbuka dan penontonnya keluar dari sana. Mereka yang keluar pun banyak yang langsung ke toilet. Hanya dalam waktu singkat, toilet pun terisi oleh mereka.

Aku yakin kalau aku ikut mengantri, aku akan telat masuk bioskop nanti.

Karena sebal, aku pun cuma bisa menahan kebelet. Toh aku pakai popok juga. Pipis nanti juga tidak apa-apa.

Durasi film yang ingin kutonton cukup panjang, hampir dua jam lamanya. Maka dari itu aku pun membeli makanan ringan beserta minuman untuk di dalam. Begitu pintu teater dibuka, aku pun segera masuk bersama penonton-penonton lainnya.

Aku menikmati film yang langsung seru dalam 15 menit pertamanya. Aku pun tidak bisa menemukan jeda waktu kalau aku ingin ke toilet. Setelah 30 menit berlalu, aku yang semakin kebelet namun juga ogah ke toilet pun pasrah. Aku pun ngompol di popok saat nonton film.

Waktu terus berlalu, cerita film semakin lama semakin seru namun lagi karena aku sudah menghabiskan makanan dan minuman yang kubeli ditambah pendingin ruangan bioskop yang sangat dingin membuatku cepat kebelet lagi. Aku pun kembali ngompol di popok sekali lagi.

Film pun berakhir. Lampu bioskop dinyalakan dan aku segera keluar dari bioskop. Namun seperti sebelumnya, toilet langsung dipenuhi orang-orang yang baru keluar dari bioskop.

Aku malas menunggu, jadinya aku pun memilih keluar bioskop dan mencari toilet lain karena ingin ganti popok. Dua kali ngompol sudah membuat popokku merosot karena agak berat. Dua kali menemukan toilet tapi dua kali juga toiletnya ternyata sedang dibersihkan. Karena menyerah, aku pun memutuskan untuk langsung pulang.

Sambil berjalan keluar aku memanggil satu ojek online untuk menjemputku. Tidak lama kemudian aku mendapatkan ojek dan menyuruhnya menunggu sampai aku sampai keluar. Namun saat hampir tiba, mendadak ojek online tadi mengirimi pesan mengatakan kalau di luar baru saja hujan.

Aku bergegas menuju pintu keluar, semakin dekat dengan pintu semakin terdengar suara rintikan hujan deras.

Begitu keluar dari pintu, aku mencari supir ojekku. Aku menemukannya sedang menungguku di luar. Setelah saling menyapa, kami pun berunding harus bagaimana; mau menunggu atau langsung berangkat. Masalahnya adalah supir ojek ini hanya punya satu jas hujan.

Sebenarnya menunggu juga boleh, namun jujur sekarang aku sudah sedikit kebelet lagi. Karena jauh kalau mau naik ke bioskop lagi dan entah kapan toilet yang sedang dibersihkan selesai, aku pun memilih untuk segera pulang saja meski kehujanan. Toh kehujanan sedikit tidak akan apa-apa.

Supir ojek pun mengiyakan. Setelah menggunakan helm dan menaiki motornya, sopir ojek langsung memacu motornya cukup ngebut di jalanan yang agak lengang karena pengemudi motor lainnya banyak yang memilih untuk berteduh.

Namun karena hujan yang ternyata lebih deras dari dugaanku, tidak lama setelah menerjang hujan air hujan merembes masuk ke bajuku. Sekujur tubuhku mulai basah kuyup, termasuk air hujan yang menurun ke popok yang kukenakan.

Semakin lama, semakin terasa popokku jadi dingin karena terkena air hujan. Setelah 15 menit ngebut, akhirnya kami tiba di rumah kakak. Namun saat turun dari motor, aku baru merasakan sudah berapa banyak air hujan yang masuk ke popokku. Saking banyaknya aku jadi sulit merapatkan paha.

Aku segera masuk rumah dan melepas bajuku yang basah, menyisakan pakaian dalam dan popok saja yang sudah sangat penuh dan segera mandi.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang