1

21 4 0
                                    

Tidak ada kendaraan yang melintas di depan sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak ada kendaraan yang melintas di depan sana. Baik mobil ataupun kendaraan lain, semuanya tidak ada. Jalanan sangat sepi. Benar-benar sepi.

Ku beranikan diriku untuk melangkah maju. Menyeberangi jalan untuk sampai ke toko buku di seberang sana.

Tubuh kecilku mulai melangkah. Seketika aku berhenti di tengah jalan.

Pikiranku kalang kabut. Kepalaku mulai pusing. Aku tidak punya arah tujuan. Semuanya hilang.

Kini kurasakan sepi. Hanya aku seorang diri. Lampu jalanan juga mulai meredup. Samar-samar kulihat lampu mobil yang mendekat. Lalu aku menoleh ke arah kanan. Dan langsung disambut oleh cahaya lampu mobil yang menyilaukan mataku.

Telinga ku tiba-tiba berdenging. Dan tanpa kusadari mobil itu sudah sangat dekat denganku.

Brakk

Aku terbangun dari mimpi burukku yang panjang. Peluh bercucuran di tubuhku. Badanku terasa sangat pegal. Bahkan kakiku kesemutan. Rasanya mimpi tadi sungguh nyata.

Kepalaku terasa pusing. Aku memijat keningku selama beberapa saat. Dan kini memaksakan diri untuk turun dari tempat tidur.

Menuruni tangga tanpa suara. Membuka lemari es dengan pelan. Membuat secangkir teh hangat dengan perlahan.

Semuanya kulakukan dengan hati-hati supaya tidak menimbulkan suara yang dapat membangunkan orang rumah.

Aku terduduk di meja makan. Menopang daguku dengan kedua tanganku. "Tuhan, mengapa harus kenangan itu? Tidak bisakah kenangan saat aku pergi ke pasar malam saja?"

Aku yakin kini wajahku tampak sangat lesu. Ku putuskan untuk menyeruput teh yang kubuat tadi. Setidaknya itu dapat menjernihkan pikiranku.

Aku memandang lurus ke depan. "Itu bukan mimpi. Tapi hanya mengulang kejadian sepuluh tahun lalu," gumamku.

Aku mengusak rambut kasar. "Kenapa aku masih mengingatnya dengan sangat jelas?" monologku tak berhenti.

Baru saja aku akan meluapkan tangisanku, dering ponselku mengehentikannya. Dengan cepat ku angkat panggilan dari kekasihku itu.

"Happy birthday, Minseo-ya."

Omo. Aku bahkan lupa kalau hari ini ulang tahunku. Tetapi dia mengingatnya. Ah, manis sekali.

Aku tersenyum. "Gomawo Beomgyu-ya. Kau belum tidur?"

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau belum tidur? Aku malah ingin meminta maaf jika kau terpaksa bangun karena harus mengangkat panggilanku. Tapi lihat, kau sepertinya belum tertidur."

Aku tertawa. "Aniya. Aku sudah tidur tadi. Hanya saja aku terbangun lagi."

"Eo? Kenapa?"

"A nightmare. Seperti kemarin."

Tepat sekali, sejak beberapa hari ini, aku memimpikan hal yang sama. Dan aku juga selalu terbangun di jam seperti sekarang. Bedanya kemarin Beomgyu tidak menghubungiku.

Undercover 5:53Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang