06

78 6 0
                                    

Happy reading🍃🍃🍃
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kini ruangan bangtan room sepi hanya ada tari dan beberapa staf. Tari menatap layar tv yang memperlihat kan penampilan bangtan sambil tersenyum. Sesekali ia bergerak gelisah karna sesak di dada nya. ia memijat pelipis nya dengan pelan berharap pusing nya akan mereda.

" apa kau baik baik saja?" tanya salah satu staf yang menghampiri tari dengan wajah cemas

" aku baik baik saja eonni"

" baiklah aku ada di sanah kau bisa memanggilku jika membutuhkan sesuatu"

Tari menangguk dan tersenyum pada staf itu. Lalu menatap kembali pada layar itu. Tak lama pintu ruangan terbuka dengan keras sampai mengagetkan tari dan para staf di sini. tari menatap sang kakak yang berjalan menghampiri nya dengan tergesa di ikuti gita dan tiga orang bodyguard dengan raut wajah cemas.

" apa lo baik baik saja?" tanya gita lalu memeluk tari

" kenapa kamu kemari? konser nya sudah mulai juga?"  tanya tari heran

" aiss dasar gue di sini kawatir sama lo lah elo masih kawatir sama konser nya, bodo amat sama konser sahabat gua lebih penting" ucap gita sewot

" hehehe makasih gita terbaik"

" dih baru tau haha, btw kenapa lo bisa di sini?" tanya gita bingung.

Saat akan menjelaskan pada gita dan kaka nya tiba tiba kepala tari begitu sakit. Ia menatap kaka nya dengan pandangan buram. Tari mendegar jika gita memanggil sambil terus menguncangkan tubuh nya. Tari ingin menjawab tapi tubuh nya sangat lemas tak lama pandangan nya menjadi gelap.

" TARI!"

Dengan gerakan cepat dika langsung menggendong tari lalu berjalan cepat keluar dari ruangan itu. Di ikuti gita yang sudah menangis menatap sendu sahabat nya. Tampa menghiraukan tatapan orang lain dika membawa tari sambil berlari keluar dari gedung dan langsung menuju mobil nya. Dengan kecepatan tinggi dika membawa tari menuju rumah sakit keluarga hermawan.

Saat sampai di rumah sakit tari langsung di ambil alih oleh dokter. Mereka sudah tau jika nona muda mereka akan datang. Dika dan gita mengikuti tari yang di bawa ke ruang UGD dengan perasaan cemas.

" hikss maapin gue tar kalo gua gak ngajak lo , mungkin sekarang lo gak bakal kaya gini" gita mengacak rambut nya frustasi merasa bersalah

Dika yang melihat gita menangis langsung mendekap nya erat, mengusap punggung gita lembut tampa mengucapkan apa apa. Bukan tidak mau mengatakan apa apa hanya saja ia bingung harus mengatakan apa.

Tak lama pintu ruangan UGD terbuka menampikan seorang dokter muda tampan menatap mereka jahil sambil tersenyum tengil. Dika melepaskan pelukan nya lalu menatap dokter itu tajam. Dokter muda itu bernama kiko sabahat dekat dika. dan kebetulan kiko bekerja di rumah sakit milik keluarga hermawan.

" gimana keadaan tari?" tanya dika langsung tampa basa basi

" hmm dia cuman kelelahan dan sesek napas nya kambuh tapi sekarang sudah tidak apa apa, sebentar lagi ia di pindahlan ke kamar rawat"

" hmmmm syukurlah " gunam dika sambil menunduk

" dasar kulkas" cibir kiko kesal

" ehk udah jangan nangis temen lo gak papa ko" kiko menghampiri gita yang menangis sesegukan

" iyah kak makasih"

" iyah yaudah gue ke pergi dulu masih banyak pasien, gue duluan dik" pamit kiko sambil menepuk pundak dika lalu berjalan pergi.

My Hope Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang