1.Penobatan Putra Makhota

11 4 9
                                    

"Trett.. te.. tet.. trett.. tet... te...t..."

Terdengar suara terompet mengiringi dilantiknya, seorang Putra Makotha.

Monceville dengan merayakan kebahagiaan mereka hari ini.

Mereka merayakan hari di lantiknya Putra Makhota mereka.

Suara terompet lonceng terdengar dari utara dan selatan pulau. Dari barat ke timur pulau.

Suara sukacita terdengar, hari pelantikkan begitu dinantikan oleh seluruh rakyat. Karena sekarang untuk pertama kalinya mereja akan melihat wajah dari pemimpin baru mereka dimasa depan.

Di Monceville, seorang Putra Makotha hanya dapat dilihat wajahnya oleh rakyat saat dirinya berusia 18 tahun.

Itulah sebabnya mengapa rakyat terlihat sangat gembira. Mereka telah mendengar banyak hal baik tentang pangeran mereka dan ingin segera melihat wajahnya.

"Ku dengar pangeran memiliki wajah yang rupawan.."

"Aku dengar kabar jika pangeran telah menyelesaikan seluruh bab dalam kitab Monccle.."

"Aku dengar pangeran telah mengusai mantra cahaya dengan sempurna diusia 10 tahun..."

"Aku dengar pangeran memiliki tongkat meredust.."

"Ah... seperti apa yang wajah Putra Makotha kita..."

Semua rakyat begitu pernasaran dengan Putra Makotha mereka.

....

......

........

Di Istana.

Seorang wanita tua dengan gaun putih cantik berlapis pertama biru kehijauan menuju kesebuah kamar besar berlapis emas, dengan ukiran putih disampingnya .

"Alontino!!" panggil wanita tua itu.

"Ya..!! Yang Mulia Ratuku,Nenekku yang Terhormat," Seorang pangeran tampan menjawab lembut panggilan wanita tua itu sambil, merapikan pakaiannya.

"Putra Qruenhku, cucuku yang terhormat hari ini Engkau akan dilantik, kapan dirimu akan bersiap...?" tanya wanita tua itu cemas.

"Saya sudah siap Yang Mulia," jawab Sang pangeran.

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju singgah sana tepat sebelum memasuki pintu area penobatan.

Sang pangeran mengulurkan tangannya sambil membungkuk kearah Sang Ratu.

"Yang Muliaku tangganmu," ucap sang pangeran.

Wanita tua itu tersenyum dan menerima uluran tangan dari cucunya itu, dan berjalan menuju area penobatan.

"Seluruh bangsawan, dan seluruh rakyat Monceville!! Sambutlah Ratu suri kita yang terhormat Ratu Jelline Aghty Qruenh Moncle dan Pangeran kita Alontino Qruenh Monch!"

"Tre....t tre...t... tert.... tret.... tret... tret.."

"Prok... prok... prok!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Le destin n'est pas uniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang