Sebagai seorang wanita karir yang dituntut oleh segudang pekerjaan, membuat Nadya menjadi pribadi yang cuek terhadap lawan jenis. Dari sekian banyak rekan pria di kantornya, tidak ada satupun yang menarik perhatiannya. Ya, mungkin karena terlalu sibuk mengejar karir jadi Nadya tidak terlalu mementingkan urusan soal percintaan, terlebih lagi Nadya harus bertanggung jawab dan menjadi tulang punggung untuk keluarganya. Sebagai anak pertama Nadya berkomitmen untuk membahagiakan ibunya dan juga Naya, Naya adik satu-satunya Nadya. Ya semenjak Ayahnya Nadya meninggal beberapa tahun yang lalu, membuat Nadya sadar kalau dia tidak boleh terlalu banyak duduk santai.
Pagi itu, matahari mulai terlihat naik untuk terbit. Terlihat pantulan cahaya dari balik gorden kamar Nadya yang berwarna putih. Cahaya matahari itu membuat Nadya terbangun dari tidurnya.
"Ya ampun, telat deh gue! Udah jam 08.10"
seraya bangkit dari tempat tidurnya, dan meletakan alarm yang sempat dia pegang tadi. Membuka gorden putih perlahan dan kini cahaya matahari itu semakin masuk ke dalam kamar Nadya yang bernuansa putih. Hampir semua furniture di kamarnya berwarna putih, mulai dari bedcover, gorden, lemari hingga wallpaper dindingnya semua tertata rapih.
Menurut Nadya, warna putih itu melambangkan ketulusan, walaupun sampai detik ini Nadya belum mau menata hatinya untuk pria-pria di luar sana.Nadya bergegas turun ke bawah sembari membawa baju kantornya dan handuk, di lantai bawah terlihat Naya dan Ibunya sedang duduk di meja makan
"Nad, tumben kamu bangun jam segini? Semalem pasti habis begadang lagi kan?" Ucap ibunya Nadya yang juga sembari sibuk mengoleskan selai kacang ke roti tawar milik Naya.
"Iya, Mah. Soalnya hari ini aku ada meeting sama klien. Jadi bahannya harus aku selesaikan semalam biar hari ini bisa dibawa"
Melihat adiknya yang sedang asik menggigit sepotong roti tawar dengan lahap, Nadya pun mulai bertanya keheranan kenapa sudah jam 08.10 adiknya tidak pergi ke sekolah
"Dek, kok kamu masih dirumah? Masih pake baju tidur lagi. Emangnya gak sekolah?"
Dengan mulut masih terisi penuh oleh roti tawarnya Naya menyauti pertanyaan Kakaknya
"Nggak Kak, Aku libur hari ini. Tapi nanti siang temen-temen aku mau datang kerumah belajar kelompok"
Mendengar jawaban dari adiknya Naya, Nadya langsung memahami tanpa memberikan pertanyaan lagi dan segera berjalan pergi menuju kamar mandi.
***
Sesampainya di kantor. Nadya bergegas menuju ruangannya, ruangan kerja, rumah kedua untuk Nadya karena waktunya lebih banyak Ia habiskan di kantor untuk mengerjakan tugas tugas deadline-nya. Entah sampai kapan Ia akan terus menjadi wanita karir, yang selalu di buru pekerjaan bukan di buru oleh pria di luar sana.
Nadya menarik bangku kerjanya dan duduk dengan tenang. Sembari membuka berkas yang Ia kerjakan semalam untuk meeting dengan klien hari ini. Ia belum tahu klien yang mana lagi yang akan Ia temui hari ini, entah itu wanita atau laki-laki sepertinya Nadya sudah terbiasa menghadapi banyak orang dengan watak yang berbeda-beda."Nadya, nanti tolong kamu hubungi Pak Reno Bastian ya. Dia klien kita hari ini yang harus kamu temui"
Terdengar suara berat seorang lelaki berpostur tinggi dengan kepala plontos menggunakan jas rapih berdiri di depan pintu ruangan Nadya. Tidak salah lagi, itu adalah Pak Aryo, seorang Direktur perusahaan di PT Sentosa Jaya Abadi tempat Nadya bekerja saat ini. Mendengar perintah itu, Nadya segera bangkit dari kursinya dan segera merapihkan berkas yang akan Ia bawa untuk meeting. Kebetulan hari ini Nadya meeting di luar, sedikit mencari suasana baru agar tidak terlalu stress memikirkan pekerjaan
"Baik, Pak. Sudah Saya siapkan berkasnya dan 15 menit lagi saya segera ke lokasi meeting Pak"
"Oke, jangan lupa buatkan laporan untuk hasil meetingnya. Selamat bekerja" terlihat senyum sumringah Pak Aryo kepada Nadya.
Ya, Nadya adalah salah satu pegawai dengan karir serta prestasi yang bagus di kantornya. Kinerjanya bukan main-main, sudah beberapa perusahaan yakin untuk bekerja sama dengan PT Sentosa Jaya Abadi. Itu semua berkat kegigihan Nadya dalam bekerja. Dan Pak Aryo sangat mempercayai kinerja Nadya yang sudah 3 tahun bergabung di perusahaannya, jadi tidak heran jika Nadya saat ini berada pada posisi Manager.
"Oke, hari ini aku ada janji dengan klien di Point coffee & donuts. Rileks Nad, tarik nafas dan semoga hari ini membawa keberuntungan" Nadya mulai berbicara dalam hati untuk meyakinkan kinerjanya hari ini, karena Ia mendengar dari salah satu pegawai di kantornya, bahwa yang akan Ia temui hari ini adalah seorang Pengusaha sukses, bukan hanya sukses tetapi pria yang bisa dikatakan sempurna sebagai seorang pria. Nadya semakin penasaran dengan pria sempurna yang dimaksudkan oleh teman sekantornya.
Apa Dia tampan?
Apa Dia Menawan?
Atau justru Angkuh dan sombong?***
Next Bagian 2..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Husband [TAMAT✓]
RomanceNadya Arumi Hanafie seorang wanita karir yang sibuk dengan berbagai aktifitas kantornya tiba-tiba bertemu dengan seorang pria tampan, tajir, punya banyak perusahaan dan terkenal karena memiliki salah satu agency perfileman Reno Bastian Mahendra. Per...