Tak ada hujan, tak ada badai, tak ada banjir menggenang, tapi tiba-tiba sebuah fenomena alam mampu memporak-porandakan sifat manusia. Sungguh, Uzumaki Naruto tak mampu untuk tidak menganga lebar."Kau ... Sasuke, atau Shikamaru?"
Kening Naruto berkerut dalam sampai kelereng birunya nampak segaris.
"Astaga! Aku tak percaya ini. Katakan kalian tak bertabrakan lalu tak sengaja berciuman lalu jiwa kalian tertukar!" Habis sudah kesabaran Naruto melihat tingkah Sasuke yang terlewat santai, yang lebih terlihat setara dengan kata sifat 'Malas'.
"Mendokusai!"
Nah! Apa ini kalau bukan fenomena alam ghaib? Bagaimana bisa kekasihnyaーups!ーsuaminya berubah menjadi orang lain.
"Sasuke? Itu mu tidak tertukar, kan?"
Sasuke menggeleng maklum. Maklum kalau otak istrinya jauh dari kata bodoh, menjurus idiot. Mana ada jiwa tertukar, aset berharga ikut tertukar! Haduh! Istrinya menggemaskan sekali. Boleh tidak Sasuke menggigit bibir cerewetnya dengan sepenuh cinta?
"Sayang, ambilkan telur gulung."
Oke! Naruto menyerah!
Dengan segenap kekuatan cinta, Naruto beranjak dari ruang makan lalu mengambil ponselnya di kamar, sedangkan Sasuke hanya mengedikkan bahu lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
Setelah mendapatkan ponselnya, Naruto segera menghubungi Shikamaru sambil berjalan kembali ke ruang makan.
"Halo, Shikamaru! Cium kembali suamiku! Aku tak sudi memiliki suami malas!"
Langsung pada pokok permasalahan. Itulah Naruto. Tak suka berbelit-belit apalagi menyangkut masalah penting.
"Kau begitu nakal, Naruto. Apakah kau memiliki suatu fetis yang ... ehm!"
"Apa maksudmu, rusa?!" jerit Naruto tak terima. Enak saja ia memiliki fetis, ia hanya ingin suaminya kembali aktif berbicara dan bertindak jika mereka sedang berdua. Ia tak betah melihat Sasuke yang pulang-pulang langsung duduk malas, lalu membuka baju pun malas. Mandi malas, dan berakhir ia memandikan Sasuke. Saat makan pun malas menaruh lauk di atas nasi sendiri. Padahal lauknya di samping mangkuk nasi.
Sialnya biasanya Sasuke yang biasa suka mencari kesempatan di dalam kebetulan malah hanya terdiam malas. Melihat wajah istri dengan tatapan datar padahal ia sudah sengaja memancing suaminya dengan tonjolan mungil di dada, favorit sang suami, tetapi apa yang terjadi. Sasuke melengos begitu saja. Biasanya melihat benda favoritnya, Sasuke paling anti mengabaikannya.
Ah, sudahlah. Naruto lelah. Apalagi ditambah jawaban abnormal Shikamaru. Rasanya ia ingin dipulangkan saja ke tempat orang tuanya.
"Kau menyuruhku mencium suamimu agar kau terangsang, lalu setelah itu kau akan menyuruh kami berー"
Tut tut tut!
Naruto langsung memutuskan sambungan lalu kembali ke meja makan. Setelah sampai di sana, ia melempar ponselnya.
"Kenapa belum makan?!"
"Aku menunggumu untuk menaruh telur gulung di atas nasiku."
Naruto menepuk keningnya lalu kembali bangkit. Kali ini tujuannya dapur yang berada di balik konter yang memisahkan ruang makan dan dapur. Dengan gemas Naruto menarik laci, lalu mengambil sebuah nampan.
"Silahkan makan, suamiku tercinta." Naruto meletakkan semua makanan yang berada di tempat terpisah di depan Sasuke ke atas nampan. Setelah itu,Naruto bergegas kambali ke kursinya. Dengan terburu-buru Naruto menghabiskan makan malam demi untuk menghindari sikap abnormal suaminya.