D-29 : A Lullaby

59 38 13
                                    

          Jangan memaksaku untuk melupakanmu, karena sejatinya hatiku yang memilihmu, bukan aku.

🪷

          Jane benar-benar menenggelamkan dirinya sepenuhnya dalam selimut, guna melindungi diri dari hawa dingin yang diciptakan oleh pendingin ruangan.

         Tubuhnya menghadap ke samping, tepat arah jendela. Matanya memang terpejam, namun kesadarannya masih penuh dengan otak yang berkeliaran kesana kemari.

        "Aish," gerutunya sembari menggerakkan tubuhnya tak nyaman, mencari posisi terbaik untuk saat ini.

        Berlalu beberapa saat, namun nyatanya tetap saja ia tak dapat terlelap, "kenapa aku ga bisa tidur, sih?" Kemudian tubuhnya menghadap ke langit-langit, dengan mata yang terbuka sempurna. "Apa karena tempat baru, ya?" Monolognya.

        Jane menoleh ke arah pintu yang menghubungkannya dengan kamar majikannya itu.

        Majikan? Jane sudah serasa seperti pembantu saja.

        Semakin memikirkannya semakin membuat Jane kesal. Kenapa ia menerima penawaran yang tak berdasar itu, ya? Heran juga.

         Padahal sudah nyaman ia menjadi dokter kandungan, bahkan ayahnya sendiri adalah pemilik dari rumah sakit itu. Lalu, mengapa dirinya yang ia anggap sangat bodoh ini sekarang berada disini?

       Sialan.

      Kan. Jane jadi ingin mengumpat.

      Jane milirik alarm digital di nakasnya, pukul 02.13 dini hari, fajar akan segera datang, namun dirinya ini masih tidak bisa terlelap juga.

       Pikirannya berkelana, itu pintu kamar Jean dikunci ga, ya? Nanti kalo dia masuk tanpa izin gimana? Besok pagi aku harus bersikap kayak gimana? Lemah lembut, kah? Bukan aku banget ... baik? Perhatian? Terus nyapa paginya gimana? "Pagi, Jean." Gitu?

         Jane mengusap wajahnya kasar, "terus gimanaaaa."

       Besok pagi ... eh ini kan udah pagi? Terus nanti aku harus ngapain? Bikin sarapan? Lah aku, kan bukan pembantu. Masuk kamar Jean aja, gitu? Buat langsung mandiin Jeanne? Eh iya, biasanya kan bayi kalo malem ...

        Detik selanjutnya Jane spontan menoleh ke arah pintu yang berada di pojok ruangan itu. Tidak salah lagi, dugaan yang barusan ia pikirkan benar adanya.

       Jeanne menangis.

       "Kan." Sembari menggigiti ujung kukunya, Jane bangkit. Menyingkap selimut dan turun dari ranjangnya.

       Suara Jeanne itu begitu kencang hingga menembus tembok kamarnya. Pagi yang seharusnya tenang dan damai itu kini beralih hanya dengan tangisan seorang bayi.

       Jane menghela napas, menatap pintu dihadapannya dengan ragu. Sebelah tangannya yang membentuk kepalan ia angkat, berniat untuk mengetuk pintu.

        Ketuk ga, ya?

       Otaknya berputar cepat, daripada ia nanti disebut sebagai pegawai yang tak punya sopan santun padahal baru hari kedua, Jane memutuskan untuk menurunkan egonya. "J-Jean?" Sedikit aneh juga memanggil majikan sendiri dengan nama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

| 30 Days A Month |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang