12.30 wib
Andin menghela nafas melihat isi kulkas yang kosong. Hari ini bi Inah pembantu dan udah Andin anggap seperti mamanya sendiri izin pulang kampung untuk 2 hari kedepan menjenguk anaknya yang sakit. Perut Andin kembali bersuara minta diisi makanan.Andin melirik jam ternyata emang waktunya makan siang. Tiba-tiba Angin teringat abangnya pasti sudah pulang dari kampus. Mata Andin berbinar dan tangannya buru-buru mengambil hp di saku jeansnya. Namun Andin kembali tersadar keadaan mulai berubah sekarang ah tidak tepatnya 2 tahun lalu.
"Cih apa sih yang gue harapin. Sadar An semuanya gk sama lagi" ucapnya pelan.
Baiklah Andin akan membeli mie instan di market terdekat komplek perumahannya. Andin berjalan kaki ke market karena memang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Beberapa jam kemudian Andin telah keluar dari market dan berjalan menuju rumahnya.
"Apa gue lewat jalan pintas aja ya biar cepet. Tapi katanya kawasan ini bahaya" batin Andin. Kruk lagi suara perut Andin berbunyi tanpa pikir panjang lagi Andin nekat melewati kawasan sepi itu demi cepat sampai kerumah.
Selang beberapa langkah lebih tepatnya Andin menginjak kakinya di pertengahan jalan tadi, disaat bersamaan cowok entah darimana asalnya tiba-tiba mengengam tangan kanannya. Hampir saja Andin memukul kepala cowok itu sebelum ia melihat ke manik hitam cowok disampingnya. Andin seolah terbius dengan mata kelam itu.
"Jalan, ada preman yang ngikutin lo" bisik cowok itu pelan.
Andin langsung melihat bayangan dibelakangnya melalui layar hitam hpnya. Benar yang dikatakan cowok disampingnya ada 2 preman yang mengikutinya tapi sepertinya umur preman itu terbilang masih remaja.
"Makasih" ucap Andin tulus ke cowok di depannya.
Cowok itu hanya menatapnya datar lalu pergi begitu saja. Andin tersenyum dibalik masker. Ya, Andin sedari tadi memakai masker.
"Ternyata cowok itu namanya Divan Saputra. Hm..SMA Samudera ya"
Oke sekarang gadis itu tahu kemana ia harus melanjutkan pendidikannya. SMa Samudera, ternyata SMA sahabatnya. Dulu dia menolak untuk bersekolah disana tapi sekarang dia berubah pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always There
Teen FictionCover by pinterest Andin selalu mendekati Divan tanpa kenal tanda lelah. Bagi Divan, adik kelasnya itu kurang waras karena selalu tersenyum lebar saat ia menolak ataupun berkata kasar pada gadis itu. Bagi Rean, sahabat kecilnya itu gadis bodoh yang...